
Kuartal II Jadi Waktu yang Tepat Beli Emas? Cek Dulu Faktanya
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 April 2020 17:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melemah tipis di perdagangan sesi Eropa, Jumat (3/4/2020) setelah menguat tajam dalam 2 hari terakhir. Pandemi virus corona (COVID-19) yang diprediksi membawa perekonomian global menuju resesi masih menjadi penggerak utama harga emas.
Pada pukul 16:48 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.609,92/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara dalam 2 hari terakhir, emas menguat 1,24% dan 1,37%.
Sepanjang kuartal I-2020, harga emas berhasil mencetak penguatan 3,56%, penguatan yang tidak terlalu besar, tetapi harga emas bergerak dengan volatilitas tinggi, khususnya di bulan Maret.
Kondisi ekonomi global yang sedang melambat parah, bahkan bisa berujung resesi akibat pandemi COVID-19 membuat bank sentral di berbagai negara memberikan stimulus moneter sementara pemerintahnya menggelontorkan stimulus fiskal.
Selain itu pandemi COVID-19 juga memicu global di pasar keuangan, bursa saham global dibuat babak belur, hingga muncul istilah cash is the king. Investor lebih nyaman memegang uang tunai dibandingkan dengan aset investasi lainnya.
Seperti itulah gambaran yang terjadi saat ini, dan yang mempengaruhi harga emas sehingga bergerak dengan volatilitas tinggi.
Beberapa analis memprediksi emas bisa mencetak rekor tertinggi, sebagian lagi meramal emas akan merosot. Kepala strategi global di TD Securities, Bart Melek, memprediksi emas akan ke US$ 1.800/troy ons dalam waktu dekat, bahkan tidak menutup kemungkinan ke US$ 2.000/troy ons akibat kebijakan moneter dan fiskal di AS.
Analis dari WingCapital Investment bahkan lebih bullish lagi, memprediksi emas bisa ke US$ 3.000/troy ons dalam tiga tahun ke depan. Kemudian, ahli strategi komoditas di Scotiabank, Nicky Shiels, mengatakan harga emas sudah mencapai level bawah (bottom) di US$ 1.450/troy ons, dan berpeluang mencetak rekor tertinggi.
Sementara analis logam mulia dari IHS Markit, KC Chang, mengatakan emas berisiko ambles hingga ke US$ 1.300/troy ons, bahkan bisa ke US$ 1.050/troy ons jika pertumbuhan ekonomi global lebih buruk dari perkiraan para ekonom.
"Proyeksi kami, emas akan semakin merosot di semester II tahun ini, akibat investor terus beralih ke uang tunai" kata Chang sebagaimana dilansir Kitco News.
Terbaru, analis BNP Paribar memprediksi harga emas akan mencapai puncaknya pada kuartal II-2020. Dengan kata lain, menjadi saat yang tepat untuk membeli.
"Ancaman resesi pada perekonomian global akibat COVID-19 membuat investor akan terus mencari perlindungan di emas" kata kepala ekonom dan komoditas BNP Paribas Harry Tchilinguirian dan rekannya Michael Sneyd sebagaimana dilansir Kitco.com.
Meski demikian, BNP Paribas tidak terlalu bullish dengan memprediksi harga emas puncaknya masih di bawah US$ 1,700/troy ons, level yang sudah pernah disentuh pada 9 Maret lalu. Rata-rata harga emas di kuartal II diprediksi berada di level US$ 1.675/troy ons, kemudian menurun menjadi US$ 1.610/troy ons di kuartal III, dan turun lagi ke US$ 1,550/troy ons di tiga bulan terakhir tahun ini.
Melihat performa harga emas ke belakangan, ternyata sejak tahun 2000 logam mulia ini mayoritas memang menguat di kuartal II. Dalam 20 tahun terakhir, pelemahan emas di kuartal II sebanyak 7 kali, dan 13 kali mencatat penguatan.
Penguatan terbesar terjadi pada kuartal II-2010, kal itu emas melesat lebih dari 11%. Sementara pelemahan terburuk terjadi pada kuartal II-2013, ketika harga emas dunia ambrol lebih dari 22%.
Pada kuartal II tahun lalu, kenaikan harga emas juga cukup tajam 9,07%, dan yang menjadi awal laju impresif emas sepanjang tahun 2019.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
Pada pukul 16:48 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.609,92/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara dalam 2 hari terakhir, emas menguat 1,24% dan 1,37%.
Sepanjang kuartal I-2020, harga emas berhasil mencetak penguatan 3,56%, penguatan yang tidak terlalu besar, tetapi harga emas bergerak dengan volatilitas tinggi, khususnya di bulan Maret.
Selain itu pandemi COVID-19 juga memicu global di pasar keuangan, bursa saham global dibuat babak belur, hingga muncul istilah cash is the king. Investor lebih nyaman memegang uang tunai dibandingkan dengan aset investasi lainnya.
Seperti itulah gambaran yang terjadi saat ini, dan yang mempengaruhi harga emas sehingga bergerak dengan volatilitas tinggi.
Beberapa analis memprediksi emas bisa mencetak rekor tertinggi, sebagian lagi meramal emas akan merosot. Kepala strategi global di TD Securities, Bart Melek, memprediksi emas akan ke US$ 1.800/troy ons dalam waktu dekat, bahkan tidak menutup kemungkinan ke US$ 2.000/troy ons akibat kebijakan moneter dan fiskal di AS.
Analis dari WingCapital Investment bahkan lebih bullish lagi, memprediksi emas bisa ke US$ 3.000/troy ons dalam tiga tahun ke depan. Kemudian, ahli strategi komoditas di Scotiabank, Nicky Shiels, mengatakan harga emas sudah mencapai level bawah (bottom) di US$ 1.450/troy ons, dan berpeluang mencetak rekor tertinggi.
Sementara analis logam mulia dari IHS Markit, KC Chang, mengatakan emas berisiko ambles hingga ke US$ 1.300/troy ons, bahkan bisa ke US$ 1.050/troy ons jika pertumbuhan ekonomi global lebih buruk dari perkiraan para ekonom.
"Proyeksi kami, emas akan semakin merosot di semester II tahun ini, akibat investor terus beralih ke uang tunai" kata Chang sebagaimana dilansir Kitco News.
Terbaru, analis BNP Paribar memprediksi harga emas akan mencapai puncaknya pada kuartal II-2020. Dengan kata lain, menjadi saat yang tepat untuk membeli.
"Ancaman resesi pada perekonomian global akibat COVID-19 membuat investor akan terus mencari perlindungan di emas" kata kepala ekonom dan komoditas BNP Paribas Harry Tchilinguirian dan rekannya Michael Sneyd sebagaimana dilansir Kitco.com.
Meski demikian, BNP Paribas tidak terlalu bullish dengan memprediksi harga emas puncaknya masih di bawah US$ 1,700/troy ons, level yang sudah pernah disentuh pada 9 Maret lalu. Rata-rata harga emas di kuartal II diprediksi berada di level US$ 1.675/troy ons, kemudian menurun menjadi US$ 1.610/troy ons di kuartal III, dan turun lagi ke US$ 1,550/troy ons di tiga bulan terakhir tahun ini.
Melihat performa harga emas ke belakangan, ternyata sejak tahun 2000 logam mulia ini mayoritas memang menguat di kuartal II. Dalam 20 tahun terakhir, pelemahan emas di kuartal II sebanyak 7 kali, dan 13 kali mencatat penguatan.
Penguatan terbesar terjadi pada kuartal II-2010, kal itu emas melesat lebih dari 11%. Sementara pelemahan terburuk terjadi pada kuartal II-2013, ketika harga emas dunia ambrol lebih dari 22%.
Pada kuartal II tahun lalu, kenaikan harga emas juga cukup tajam 9,07%, dan yang menjadi awal laju impresif emas sepanjang tahun 2019.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
Most Popular