
Kuartal I: Dana Asing Rp 134,9 T Lenyap dari Obligasi RI
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
02 April 2020 08:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing pada kuartal I-2020 sudah keluar dari pasar obligasi pemerintah baik, konvensional maupun syariah. Berdasarkan data surat berharga negara (SBN) yang dapat diperdagangkan di Direktorat Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, dana asing yang keluar mencapai Rp 134,95 triliun.
Pada akhir 2019, nilai kepemilikan investor asing pada SBN tercatat sebesar Rp 1.061,86 triliun. Pada 31 Maret 2020, nilai tersebut berkurang menjadi Rp 926,91 triliun.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, sempat memberikan penjelasan terkait penarikan dana asing dari pasar keuangan Indonesia yang disebabkan tekanan global dan volatilitas di pasar keuangan global yang masih tinggi.
"Tekanan global mereda, meskipun masih tinggi volatilitas dan ketidakpastiannya," kata Perry di Channel Youtube Bank Indonesia, Selasa (31/3/2020).
Perry mengatakan, periode 20 Januari atau outbreak virus corona terjadi penarikan dana asing cukup deras mengalir keluar. Bank sentral sendiri telah melakukan buyback atau pembelian kembali SBN di pasar sekunder.
"Di mana mencapai Rp 166,2 triliun," kata Perry.
Namun, Perry menambahkan minat investor asing terhadap instrumen investasi di Indonesia termasuk obligasi negara masih tinggi.
"Minat investasi [asing] ke Indonesia masih tinggi, meski demikian year to date terjadi net outflow," kata Perry.
Hal itu itu tercermin dari lelang SBNÂ yang dimenangkan pemerintah hingga Rp 22,2 triliun, di atas target sebesar Rp 15 triliun.
"Karena memang bid-nya [penawaran yang masuk dari investor] Rp 35,1 triliun, jadi memang minat investor beli SBN masih tinggi dan Kementerian Keuangan memenangkan lelang lebih dari target Rp 15 triliun, dan memenangkan Rp 22,2 triliun dari bid yang masuk," jelas Perry.
Perry menjelaskan sebagian besar aliran modal asing keluar lebih karena momen pandemi corona (COVID-19). Jika dihitung periode 20 Januari hingga 30 Maret lalu, terjadi outflow sebesar Rp 167,9 triliun.
Adapun periode awal Januari sampai tanggal 19, terjadi aliran modal asing (inflow), sementara pada 20 Januari mulai terjadi outflow cukup besar. "Pada 20 Januari ada outflow besar, di antaranya SBN Rp 153,4 triliun dan saham Rp 13,4 triliun, itu yang terjadi," katanya.
Dia mengatakan investor global juga didorong untuk masuk ke transaksi domestic non deliverable forward (DNDF). DNDF adalah transaksi forward yang penyelesaian transaksinya dilakukan secara netting dalam mata uang rupiah di pasar valuta asing domestik.
"Berkaitan dengan aliran modal, memang outflow seminggu terakhir mereda dan sekarang ada inflow."
Tekanan jual asing tersebut membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah naik. Sepanjang kuartal I-2020, imbal hasil obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun naik 80,9 basis poin (bps). Kenaikan yield menandakan harga instrumen ini turun karena tekanan jual.
Sementara itu, dari pasar saham, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) terjadi net sell sebesar Rp 10 triliun. Tekanan jual asing di pasar saham juga membuat kinerja IHSG ambruk hampir 28% pada periode yang sama.
(hps/tas) Next Article 3 Bulan, Dana Asing Rp 134,9 T Kabur dari Obligasi RI
Pada akhir 2019, nilai kepemilikan investor asing pada SBN tercatat sebesar Rp 1.061,86 triliun. Pada 31 Maret 2020, nilai tersebut berkurang menjadi Rp 926,91 triliun.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, sempat memberikan penjelasan terkait penarikan dana asing dari pasar keuangan Indonesia yang disebabkan tekanan global dan volatilitas di pasar keuangan global yang masih tinggi.
Perry mengatakan, periode 20 Januari atau outbreak virus corona terjadi penarikan dana asing cukup deras mengalir keluar. Bank sentral sendiri telah melakukan buyback atau pembelian kembali SBN di pasar sekunder.
"Di mana mencapai Rp 166,2 triliun," kata Perry.
Namun, Perry menambahkan minat investor asing terhadap instrumen investasi di Indonesia termasuk obligasi negara masih tinggi.
"Minat investasi [asing] ke Indonesia masih tinggi, meski demikian year to date terjadi net outflow," kata Perry.
Hal itu itu tercermin dari lelang SBNÂ yang dimenangkan pemerintah hingga Rp 22,2 triliun, di atas target sebesar Rp 15 triliun.
"Karena memang bid-nya [penawaran yang masuk dari investor] Rp 35,1 triliun, jadi memang minat investor beli SBN masih tinggi dan Kementerian Keuangan memenangkan lelang lebih dari target Rp 15 triliun, dan memenangkan Rp 22,2 triliun dari bid yang masuk," jelas Perry.
Perry menjelaskan sebagian besar aliran modal asing keluar lebih karena momen pandemi corona (COVID-19). Jika dihitung periode 20 Januari hingga 30 Maret lalu, terjadi outflow sebesar Rp 167,9 triliun.
Adapun periode awal Januari sampai tanggal 19, terjadi aliran modal asing (inflow), sementara pada 20 Januari mulai terjadi outflow cukup besar. "Pada 20 Januari ada outflow besar, di antaranya SBN Rp 153,4 triliun dan saham Rp 13,4 triliun, itu yang terjadi," katanya.
Dia mengatakan investor global juga didorong untuk masuk ke transaksi domestic non deliverable forward (DNDF). DNDF adalah transaksi forward yang penyelesaian transaksinya dilakukan secara netting dalam mata uang rupiah di pasar valuta asing domestik.
"Berkaitan dengan aliran modal, memang outflow seminggu terakhir mereda dan sekarang ada inflow."
Tekanan jual asing tersebut membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah naik. Sepanjang kuartal I-2020, imbal hasil obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun naik 80,9 basis poin (bps). Kenaikan yield menandakan harga instrumen ini turun karena tekanan jual.
Sementara itu, dari pasar saham, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) terjadi net sell sebesar Rp 10 triliun. Tekanan jual asing di pasar saham juga membuat kinerja IHSG ambruk hampir 28% pada periode yang sama.
(hps/tas) Next Article 3 Bulan, Dana Asing Rp 134,9 T Kabur dari Obligasi RI
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular