Kala BI Jadi 'Penadah' Obligasi yang Dijual Asing

Haryanto, CNBC Indonesia
01 April 2020 14:07
Pasar modal Tanah Air padan kuartal I-2020 mengalami masa yang sulit akibat meluasnya penyebaran wabah virus corona (COVID-19).
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar modal Tanah Air padan kuartal I-2020 mengalami masa yang sulit akibat meluasnya penyebaran wabah virus corona (COVID-19). Tidak hanya pasar saham dan valas, pasar obligasi juga tertekan.

Sepanjang kuartal I-2020, imbal hasil obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun naik 80,9 basis poin (bps). Kenaikan yield menandakan harga instrumen ini turun karena tekanan jual.

(yield)

Benar saja, kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) memang turun drastis. Pada awal tahun, kepemilikan asing tercatat Rp 1.063,29 triliun dan per 30 Maret adalah Rp 930,71 triliun.

Semua ini karena penyebaran virus corona. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pukul 12:47 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia adalah 860.181 orang di mana 42.354 di antaranya tutup usia.

Penyebaran virus corona yang begitu masif membuat sejumlah negara memberlakukan kebijakan ekstrem. Penutupan perbatasan dan pembatasan aktivitas publik menjadi hal yang banyak ditemui di berbagai negara, atas nama mempersempit ruang gerak penyebaran virus corona.

Namun aktivitas masyarakat yang terbatas karena harus bekerja, belajar, dan beribadah di rumah membuat laju perekonomian menjadi sangat pelan. Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan menyebut perekonomian dunia saat ini sudah memasuki masa resesi.

Akibatnya terjadi kepanikan di pasar keuangan dunia. Investor tidak lagi percaya kepada aset-aset berisiko dan memilih berlindung di balik aset berstatus safe haven, seperti emas.

"Reaksi di sisi ekonomi benar-benar menimbulkan volatilitas luar biasa. IMF menyampaikan ekonomi 2020 akan masuk ke resesi, berarti pertumbuhannya negatif. JPMorgan memprediksi pertumbuhan global mencapai -1,1%, Economist Intelligence Unit memprediksi -2,2%. Kondisi ini menyebabkan jittery atau kepanikan di sektor keuangan," papar Sri Mulyani Indrawati dalam jumpa pers stimulus ekonomi, hari ini.

Menurut catatan Bank Indonesia (BI), sejak isu corona merebak pada Januari terjadi pembalikan arus modal dari pasar keuangan Indonesia sebesar Rp 167,9 triliun. SBN tentu salah satunya.

Ketika investor asing ramai-ramai melepas SBN, BI menjadi penyelamat. Bank sentral membeli SBN di pasar sekunder sebagai salah satu cara stabilisasi nilai tukar rupiah, selain intervensi di pasar spot dan Domestik Non-Deliverable Forwards (DNDF).

"BI berkomitmen melakukan stabilisasi di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forwards , dan pembelian SBN di pasar sekunder. Secara year-to-date, BI telah membeli SBN sebesar Rp 172,5 triliun," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam briefing perkembangan ekonomi terkini, kemarin.

Tanpa BI, mungkin koreksi di pasar SBN bisa lebih parah lagi. Situasi yang terbalik 180 derajat terjadi tahun lalu, di mana investor asing berbondong-bondong masuk untuk memborong SBN.

Sepanjang 2019, kepemilikan investor asing di SBN bertambah Rp 171,59 triliun yang membuat yield SBN 10 tahun turun sampai 96,57 bps. Tidak hanya di SBN, obligasi korporasi juga kebanjiran order sehingga kepemilikan asing bertambah Rp 5,48 triliun.

Namun itu semua tinggal kenangan. Tahun ini, selama teror virus corona masih merajalela, sepertinya tekanan di pasar obligasi masih akan terjadi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har) Next Article Asing Lepas SBN, Obligasi RI Tertekan Kian Dekati Angka 7,95%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular