
Jokowi Tabur Stimulus Rp 405 T, Ini Sederet Saham Pilihan
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
01 April 2020 14:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham sektor defensif menjadi pilihan di tengah pandemi Covid-19. Terlebih lagi, pemerintah memberikan banyak stimulus untuk meredam dampak negatif wabah Corona terhadap perekonomian domestik.
Kepala Riset Ekuitas Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto dalam riset yang diperoleh CNBC Indonesia, Rabu (1/4/2020) menyebutkan ada beberapa saham pilihan yang direkomendasikan antara lain di sektor perbankan, telekomunikasi, konsumer, media dan poultry.
Di sektor perbankan, Danareksa Sekuritas merekomendasikan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Adapun, di sektor konsumer alias sektor defensif adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Di sektor poultry ada PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)
Sedangkan, di sektor telekomunikasi adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan emiten menara PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dan perusahaan media adalah PT Surya Citra Media Tbk (SCMA).
Helmy Kristanto menjelaskan, dengan wabah COVID-19 yang kian meluas di tanah air, berbagai stimulus yang dikeluarkan pemerintah melalui pengeluaran tambahan dan pembiayaan sebesar Rp 405 triliun. Perinciannya, stimulus ini akan dialokasikan kepada 4 bidang utama, kesehatan Rp 75 triliun, jaring pengaman sosial Rp 110 triliun, insentif pajak dan KUR Rp 70 triliun dan pembiayaan dalam rangka program pemulihan ekonomi Rp 150 trilium.
"Namun ini akan meningkatkan defisit APBN hingga 5%," kata Helmy, Rabu (1/4/2020).
Masyarakat berpenghasilan rendah sangat rentan terkena dampaknya terutama mengingat potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor-sektor tertentu.
Pemerintah akan memberikan pembayaran bulanan di bawah Program Keluarga Harapan kepada 10 juta keluarga mulai April, program kartu pra-kerja menjadi Rp 20 triliun kepada untuk 5,6juta pekerja informal dan usaha mikro dan kecil. Yang termiskin akan menerima pengabaian dan diskon tagihan listrik.
Di sisi lain, pemerintah juga memberikan insentif dari pemotongan pajak perusahaan lebih cepat dari 25% menjadi 22% tahun ini.
"Ini akan positif untuk perusahaan properti dan konstruksi. Berdasarkan perhitungan kami, untuk setiap penurunan 5% dalam tarif pajak, pendapatan akan meningkat sebesar 6,3%," pungkasnya.
(hps/hps) Next Article Optimistis Ekonomi RI Pulih, IHSG Siap-siap ke Level 5.000
Kepala Riset Ekuitas Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto dalam riset yang diperoleh CNBC Indonesia, Rabu (1/4/2020) menyebutkan ada beberapa saham pilihan yang direkomendasikan antara lain di sektor perbankan, telekomunikasi, konsumer, media dan poultry.
Di sektor perbankan, Danareksa Sekuritas merekomendasikan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Adapun, di sektor konsumer alias sektor defensif adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Di sektor poultry ada PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)
Helmy Kristanto menjelaskan, dengan wabah COVID-19 yang kian meluas di tanah air, berbagai stimulus yang dikeluarkan pemerintah melalui pengeluaran tambahan dan pembiayaan sebesar Rp 405 triliun. Perinciannya, stimulus ini akan dialokasikan kepada 4 bidang utama, kesehatan Rp 75 triliun, jaring pengaman sosial Rp 110 triliun, insentif pajak dan KUR Rp 70 triliun dan pembiayaan dalam rangka program pemulihan ekonomi Rp 150 trilium.
"Namun ini akan meningkatkan defisit APBN hingga 5%," kata Helmy, Rabu (1/4/2020).
Masyarakat berpenghasilan rendah sangat rentan terkena dampaknya terutama mengingat potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor-sektor tertentu.
Pemerintah akan memberikan pembayaran bulanan di bawah Program Keluarga Harapan kepada 10 juta keluarga mulai April, program kartu pra-kerja menjadi Rp 20 triliun kepada untuk 5,6juta pekerja informal dan usaha mikro dan kecil. Yang termiskin akan menerima pengabaian dan diskon tagihan listrik.
Di sisi lain, pemerintah juga memberikan insentif dari pemotongan pajak perusahaan lebih cepat dari 25% menjadi 22% tahun ini.
"Ini akan positif untuk perusahaan properti dan konstruksi. Berdasarkan perhitungan kami, untuk setiap penurunan 5% dalam tarif pajak, pendapatan akan meningkat sebesar 6,3%," pungkasnya.
(hps/hps) Next Article Optimistis Ekonomi RI Pulih, IHSG Siap-siap ke Level 5.000
Most Popular