Sri Mulyani Sebut Corona Melahirkan Kebijakan Tidak Biasa

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
01 April 2020 09:41
Kebijakan yang bersifat textbook sudah tidak bisa lagi diterapkan.
Foto: Konfrensi Pers bersama Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Kepala Dewan Komisaris OJK, dan Kepala Dewan Komisaris LPS terkait Stimulus Ekonomi pada Rabu (01/04) (Youtube Kementerian Keuangan

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran virus corona memaksa pemerintah dan otoritas moneter melakukan kebijakan yang tidak biasa. Kebijakan yang bersifat textbook sudah tidak bisa lagi diterapkan.

Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, mengatakan akibat penyebaran virus corona yang begitu masif, pemerintah di berbagai negara menggelontorkan stimulus fiskal dalam jumlah besar. Misalnya di Australia, yang mengeluarkan stimulus fiskal bernilai 9,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Australia memberikan jaminan income kepada seluruh pekerja minimal AU$ 1.500 agar masyarakat tenang karena mereka tidak bisa keluar rumah tetapi tetap harus membayar sewa rumah, listrik, Ada pemberian minimum income support," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers stimulus fiskal, Rabu (1/4/2020).



Kemudian di Kanada, lanjut Sri Mulyani, ada stimulus fiskal bernilai 6% PDB. Pemerintah Prancis juga memberikan stimulus sebesar 2% PDB.

"Sering kita quote adalah Amerika Serikat yaitu 10,5% PDB.  Singapura yang biasanya sangat prudent, mereka dua kali melakukan revisi budget karena ekonominya terdampak,. Di seluruh dunia dilakukan langkah-langkah extra ordinary," papar Sri Mulyani.

Tidak hanya pemerintah, bank sentral juga melakukan kebijakan yang tidak biasa. Penurunan suku bunga acuan belum cukup, bank sentral kini harus lebih aktif masuk ke pasar.

"B
ank sentral melakukan tindakan non konvensional. The Fed (bank sentral AS) mendanai corporate bond dan municipal bond. The Fed juga melakukan repo swap kepada lebih dari 160 negara. Krisis ini menjadi krisis global, negara emerging terpangaruh dari sisi ekspor, capital outflow yang menyebabkan harga saham merosot, foreign excchange terdepresiasi, obligasi mengalami kenaikan yield," jelas Sri Mulyani.



[Gambas:Video CNBC]





(aji/aji) Next Article Sri Mulyani: Sistem Keuangan dalam Kondisi Normal!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular