Minyak Jadi Aset Paling Amsyong, Apa yang Masih Bisa Cuan?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 March 2020 11:04
Treasury AS Paling Diburu Pelaku Pasar, Emas Juga Bersinar
Foto: Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)
Ketika nyaris semua instrumen investasi ambles, ke mana larinya duit para pelaku pasar? 

Berdasarkan data dari Reuters di halaman sebelumnya, obligasi (Treasury) AS menjadi aset yang paling diburu pelaku pasar. Harga Treasury AS melesat 12% pada periode 20 Januari - 27 Maret lalu. Sementara secara YTD sebesar 12,9%. 

Kenaikan tajam harga Treasury tentunya membuat imbal hasil (yield) yang diperoleh dari investasi tersebut semakin mengecil. Sebagai informasi, pergerakan yield berbanding terbaik dengan harga. Ketika harga naik yield akan menurun, sebaliknya ketika harga turun yield akan naik. 

Yield Treasury AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 0.7075, masih belum jauh dari rekor terendah sepanjang masa 0,318% yang dicapai pada 9 Maret lalu. Yield yang kurang dari 1% tentunya memberikan keuntungan yang sangat tipis, tetapi dalam kondisi seperti sekarang, dengan ancaman resesi, pelaku pasar sepertinya tidak mementingkan cuan, yang paling penting duit aman. 

Selain Treasury AS, emas juga bersinar terang di awal tahu ini. Emas merupakan salah satu aset yang menyandang status safe haven, sehingga wajar jika melesat naik ketika "hantu" resesi gentayangan kembali. 

Pada periode yang sama dengan kenaikan Treasury AS, harga emas dunia menguat 4,2% dan secara YTD sudah naik 7%. Emas bisa berpotensi menjadi investasi yang paling menjanjikan mengingat harganya diprediksi akan terus meningkat akibat gelontoran stimulus moneter dan fiskal diberbagai negara, bahkan sangat agresif di negara-negara maju. 

Bank Sentral AS misalnya, yang membabat habis suku bunga acuannya hingga 0-0,25%, dan mengaktifkan kembali program pembelian aset (quantitative easing/QE) dengan nilai tak terbatas. 

Kemudian Pemerintah AS menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 2 triliun, yang menjadi terbesar sepanjang sejarah. Nilai tersebut dua kali lipat dari nilai ekonomi Indonesia. Semua itu dilakukan guna memerangi COVID-19. 

Akibat kebijakan tersebut, harga emas diprediksi setidaknya ke US$ 1.800/troy ons di tahun ini oleh kepala strategi global di TD Securities, Bart Melek. Bahkan tidak menutup kemungkinan ke US$ 2.000/troy ons. Sebagai informasi, pagi ini harga emas dunia berada di kisaran US$ 1.612/troy ons. 

"Normalisasi kondisi likuiditas, suku bunga riil negatif, dan biaya investasi yang rendah serta kekhawatiran akan depresiasi mata uang, situasinya mirip dengan periode setelah krisis finansial global (2008), yang berarti harga emas dapat menguat menuju US$ 1.800/troy ons dalam waktu dekat" tulis Melek sebagaimana dikutip Kitco.com. 

Melek menambahkan penguatan menuju US$ 2.000/troy ons adalah kemungkinan lain sebelum memasuki tahun 2021, jika kondisi ekonomi global mulai normal, kebijakan moneter masih longgar serta defisit fiskal melonjak.


Jika tahun ini emas berpeluang ke US$ 2.000/US$, dalam tiga tahun ke depan logam mulia ini diprediksi ke US$ 3.000/troy ons oleh analis dari analis WingCapital. Analis tersebut melihat stimulus fiskal pemerintah AS yang dapat menaikkan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) akan membawa emas ke level tersebut. 

"Secara historis kami melihat rasio utang terhadap PDB memiliki korelasi yang lebih besar dibandingkan dengan balance sheet [neraca] The Fed [terhadap harga emas]," tulis analis WingCapital yang dikutip Kitco.com.

Untuk saat ini, belanja masif pemerintah AS guna memerangi COVID-19 diprediksi akan membengkakkan defisit anggaran, hingga rasio utang terhadap PDB akan menyamai ketika perang dunia II ketika naik sebesar 30% tahun ini. Sementara itu, beberapa analis lainnya melihat rasio tersebut akan naik sekitar 10% sampai 14%.



Untuk diketahui, saat ini rasio utang terhadap PDB AS pada tahun 2019 mencapai 108,28% dari PDB, berdasarkan data CEIC. Sebagai perbandingan pada tahun 2008 ketika terjadi krisis finansial global, rasio utang terhadap PDB AS naik sekitar sebesar 8% di tahun 2008 dari tahun 2007 menjadi 72,72%. Kemudian naik lagi 12% menjadi 85,21% di tahun 2009. Laju kenaikan tersebut mulia menurun pada tahun 2010 dan harga emas mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah pada September 2011, setelahnya malah terus melorot seiring melambatnya laju kenaikan rasio utang terhadap PDB AS.

"Dalam prospek harga, menggunakan panduan pasca krisis finansial 2008 ketika pasar bullish dan harga emas naik dua kali lipat 3 tahun setelahnya, menurut kami target emas jangka panjang ke US$ 3.000/troy ons menjadi masuk akal" kata analis tersebut.

"Kami melihat, pelemahan harga emas akibat faktor musiman atau kebutuhan akan likuiditas spekulator besar, akan menjadi peluang beli untuk mengakumulasi posisi jangka panjang" katanya.

Jika harga emas dunia melesat naik, maka harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk. atau emas batangan Antam juga akan terkerek. Harga emas dunia merupakan salah satu acuan penentuan harga emas Antam. 

Satu troy ons, mengacu aturan di pasar, setara dengan 31,1 gram, sehingga besaran US$ 1.800 per troy ounce dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 57,87 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah Rp 16.000/US$, maka prediksi harga emas tahun ini bisa menembus Rp 926.045/gram.

Dengan perhitungan yang sama, jika harga emas mencapai US$ 2.000/troy ons maka harga per gramnya Rp 1,028 juta, sementara jika emas ke US$ 3.000/troy itu ons, harga per gramnya menjadi Rp 1,54 juta. 

Perhitungan tersebut belum memasukkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga emas Antam, sehingga tentunya masih bisa lebih tinggi lagi. 
Sebagai informasi, harga emas Antam batangan 100 gram yang kerap dijadikan acuan hari ini dibanderol Rp 875.000/gram.

Jika prediksi kenaikan harga emas dunia tersebut terjadi, tentunya harga emas Antam akan ikut terkerek naik. Pada saat COVID-19 "menghancurkan" instrument investasi lainnya, emas menjadi salah satu yang bersinar. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular