
Jagat Finansial Heboh Harga Minyak Minus, IHSG Ambles 1,6%
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 April 2020 15:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles di perdagangan Selasa (21/4/2020) akibat memburuknya sentimen pelaku pasar setelah harga minyak mentah ambrol hingga minus.
IHSG langsung masuk ke zona merah begitu perdagangan dibuka, bahkan semakin dalam hingga menyentuh level terendah intraday 4.482,639 ambles 2,04%. Posisi tersebut sedikit membaik, di akhir sesi I IHSG berada di level 4.489,148 atau melemah 1,9%.
Berdasarkan data BEI, nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 4,14 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 239,08 miliar di pasar reguler dan non-reguler
Memasuki perdagangan sesi II, harga minyak cenderung bergerak menyamping (sideways), sehingga praktis tidak ada perubahan yang signifikan. Di akhir perdagangan, IHSG berada di level 4.501,919, ambles 1,622%.
Nilai transaksi sepanjang perdagangan hari ini sebesar Rp 6,48 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 427,3 miliar di pasar reguler dan non-reguler.
Hawa negatif sudah muncul sejak dini hari tadi. Jagat finansial dibuat heboh dengan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengakhiri perdagangan Senin di wilayah minus, pertama kali dalam sejarah.
Berdasarkan dara Refinitiv, minyak WTI sempat ambles hingga US$ -40,32/barel sebelum mengakhiri perdagangan di US$ -37,63/barel atau ambles 305,97% kemarin.
Sontak hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar memburuk, dan bursa saham AS (Wall Street) berakhir di zona merah, dan pasar Asia juga ikut terseret.
Harga minyak mentah biasanya dijadikan acuan tingkat aktivitas ekonomi global, sebab ketika roda perekonomian berputar dengan cepat, permintaan minyak mentah untuk industri akan menjadi tinggi, dan harga minyak mentah akan naik.
Sebaliknya, ketika harga minyak mentah terus menurun, itu artinya permintaan rendah dan roda perekonomian melambat, atau bahkan terhenti sehingga tidak ada permintaan minyak mentah yang membuat harganya menjadi negatif.
"Dalang" dari semua ini sudah jelas, virus corona yang membuat banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) sehingga aktivitas ekonomi terhenti.
Tetapi patut diingat, harga minyak mentah yang minus terjadi pada kontrak minyak bulan Mei dimana masa aktif perdagangannya hingga hari ini (waktu AS). Sehingga volume transaksinya menjadi rendah, dan kurang tepat untuk menggambarkan kondisi pasar minyak saat ini.
Kontrak minyak yang paling aktif diperdagangkan saat ini adalah kontrak bulan Juni, harganya di kisaran US$ 21/barel, dan lebih tepat untuk menggambarkan kondisi pasar.
Selain harga minyak negatif, kabar Pimpinan Korea Utara yang sakit juga menjadi headline hari ini.
Sebelumnya telah terjadi spekulasi tentang kesehatan Kim menyusul ketidakhadirannya dari acara perayaan ulang tahun sang ayah dan kakeknya yang jadi pendiri negara itu, 15 April lalu.
Daily NK, mengatakan ia menerima perawatan medis di sebuah rumah sakit pada 12 April. Kesehatannya dikabarkan memburuk dalam beberapa bulan terakhir akibat kegiatan merokoknya yang cukup kuat, obesitas, dan terlalu banyak bekerja.
Situs itu mengutip sumber-sumber tak dikenal di dalam negara dengan mengatakan Kim kini berada di sebuah vila di daerah resor Gunung Kumgang, Hyangsan di
pantai timur negeri itu. Namun Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani urusan antar-Korea, menolak mengomentari laporan tersebut.
"Pemahaman saya adalah bahwa dia telah berjuang (dengan masalah kardiovaskular) sejak Agustus lalu tetapi memburuk setelah kunjungan berulang ke Gunung Paektu," kata sumber yang dikutip Daily NK, dilansir dari Reuters.
Kim Jong Un merupakan tokoh yang berpengaruh dan kerap berseteru dengan Korea Selatan dan pihak Barat. Kabar sakitnya Kim Jong Un tentunya bisa mempengaruhi stabilitas politik di negara tersebut, termasuk juga di Korea Selatan. Ketika stabilitas politik terganggu, maka ketidakpastian di pasar akan meningkat, dan investor paling benci ketidakpastian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Harga Minyak Ambruk, Ramalan Tembus US$ 100/Barel Batal?
IHSG langsung masuk ke zona merah begitu perdagangan dibuka, bahkan semakin dalam hingga menyentuh level terendah intraday 4.482,639 ambles 2,04%. Posisi tersebut sedikit membaik, di akhir sesi I IHSG berada di level 4.489,148 atau melemah 1,9%.
Berdasarkan data BEI, nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 4,14 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 239,08 miliar di pasar reguler dan non-reguler
Nilai transaksi sepanjang perdagangan hari ini sebesar Rp 6,48 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 427,3 miliar di pasar reguler dan non-reguler.
Hawa negatif sudah muncul sejak dini hari tadi. Jagat finansial dibuat heboh dengan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengakhiri perdagangan Senin di wilayah minus, pertama kali dalam sejarah.
Berdasarkan dara Refinitiv, minyak WTI sempat ambles hingga US$ -40,32/barel sebelum mengakhiri perdagangan di US$ -37,63/barel atau ambles 305,97% kemarin.
Sontak hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar memburuk, dan bursa saham AS (Wall Street) berakhir di zona merah, dan pasar Asia juga ikut terseret.
Harga minyak mentah biasanya dijadikan acuan tingkat aktivitas ekonomi global, sebab ketika roda perekonomian berputar dengan cepat, permintaan minyak mentah untuk industri akan menjadi tinggi, dan harga minyak mentah akan naik.
Sebaliknya, ketika harga minyak mentah terus menurun, itu artinya permintaan rendah dan roda perekonomian melambat, atau bahkan terhenti sehingga tidak ada permintaan minyak mentah yang membuat harganya menjadi negatif.
"Dalang" dari semua ini sudah jelas, virus corona yang membuat banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) sehingga aktivitas ekonomi terhenti.
Tetapi patut diingat, harga minyak mentah yang minus terjadi pada kontrak minyak bulan Mei dimana masa aktif perdagangannya hingga hari ini (waktu AS). Sehingga volume transaksinya menjadi rendah, dan kurang tepat untuk menggambarkan kondisi pasar minyak saat ini.
Kontrak minyak yang paling aktif diperdagangkan saat ini adalah kontrak bulan Juni, harganya di kisaran US$ 21/barel, dan lebih tepat untuk menggambarkan kondisi pasar.
Selain harga minyak negatif, kabar Pimpinan Korea Utara yang sakit juga menjadi headline hari ini.
Sebelumnya telah terjadi spekulasi tentang kesehatan Kim menyusul ketidakhadirannya dari acara perayaan ulang tahun sang ayah dan kakeknya yang jadi pendiri negara itu, 15 April lalu.
Daily NK, mengatakan ia menerima perawatan medis di sebuah rumah sakit pada 12 April. Kesehatannya dikabarkan memburuk dalam beberapa bulan terakhir akibat kegiatan merokoknya yang cukup kuat, obesitas, dan terlalu banyak bekerja.
Situs itu mengutip sumber-sumber tak dikenal di dalam negara dengan mengatakan Kim kini berada di sebuah vila di daerah resor Gunung Kumgang, Hyangsan di
pantai timur negeri itu. Namun Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani urusan antar-Korea, menolak mengomentari laporan tersebut.
"Pemahaman saya adalah bahwa dia telah berjuang (dengan masalah kardiovaskular) sejak Agustus lalu tetapi memburuk setelah kunjungan berulang ke Gunung Paektu," kata sumber yang dikutip Daily NK, dilansir dari Reuters.
Kim Jong Un merupakan tokoh yang berpengaruh dan kerap berseteru dengan Korea Selatan dan pihak Barat. Kabar sakitnya Kim Jong Un tentunya bisa mempengaruhi stabilitas politik di negara tersebut, termasuk juga di Korea Selatan. Ketika stabilitas politik terganggu, maka ketidakpastian di pasar akan meningkat, dan investor paling benci ketidakpastian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Harga Minyak Ambruk, Ramalan Tembus US$ 100/Barel Batal?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular