
Combo Effect Trump & Jay Powell Picu Gairah Pasar Saat Wabah
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
28 March 2020 16:31

Namun ada juga yang berpendapat bahwa pasar belum menyentuh titik terendahnya. Ini hanya sentimen sesaat ketika pasar sedang bearish. “Rebound pasar saham AS yang terjadi di pekan ini lebih mencerminkan reli saat pasar bearish ketimbang mengindikasikan bahwa pasar sudah berada di titik terendahnya” kata Edward Moya, analis pasar OANDA.
“Kekhawatiran akan wabah virus corona dan kacaunya fundamental ekonomi kemungkinan besar masih akan menimbulkan skeptisisme di benak orang-orang” tambahnya seperti yang diwartakan Forbes.
Kalau dilihat memang belum ada konsensus terkait arah pergerakan pasar saham ke depan. Wajar saja, musuh tak kasat mata memang masih mengintai. Wabah corona kini sudah menjangkiti hampir semua negara di dunia dan jumlah kasus per hari ini nyaris menyentuh angka 600.000.
Apalagi saat ini Amerika menjadi negara dengan jumlah kasus infeksi paling banyak (104.686 kasus) mengungguli China (81.946 kasus) dan Italia (86.498 kasus).
Pemerintah AS tak sendirian berperang melawan corona. The Fed selaku bank sentral AS juga sudah menggunakan bazookanya untuk menghadapi virus ganas ini. Pada Senin (23/3/2020), The Fed mengumumkan bahwa bank sentral akan melakukan program pembelian aset atau quantitative easing (QE) dengan nilai tak terbatas guna membantu perekonomian AS menghadapi tekanan dari pandemi virus corona (COVID-19).
Aset yang akan dibeli seperti obligasi pemerintah, efek beragun aset perumahan (Residential Mortgage-Backed Security/RMBS), hingga obligasi korporasi dengan rating investment grade dan exchange traded fund (ETF)-nya. The Fed mengatakan akan melakukan QE seberapapun yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran fungsi pasar serta transmisi kebijakan moneter yang efektif di segala kondisi finansial dan ekonomi.
"Tidak seperti pasca krisis finansial global (2008), saat itu nilai QE The Fed terbatas setiap bulannya, kali ini jumlahnya tak terbatas" kata Ray Attril, kepala strategi valas di National Australia Bank, sebagaimana dilansir CNBC International.
Walau masih ada perbedaan terkait ke mana pasar akan bergerak ke depan, tak bisa dipungkiri kombinasi stimulus ekonomi AS bernilai jumbo dan bazooka The Fed lewat QE buat pasar saham bergairah pekan ini.
Namun satu yang pasti, jumlah kasus corona masih terus bertambah dengan signifikan. Ketidakpastian masih ada. Walau pasar melihat periode empat atau enam bulan ke depan, seberapa parah wabah akan tetap berpengaruh terhadap seberapa lama ekonomi akan pulih. Oleh karena itu tak menutup kemungkinan, volatilitas tinggi masih akan dirasakan.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
“Kekhawatiran akan wabah virus corona dan kacaunya fundamental ekonomi kemungkinan besar masih akan menimbulkan skeptisisme di benak orang-orang” tambahnya seperti yang diwartakan Forbes.
Kalau dilihat memang belum ada konsensus terkait arah pergerakan pasar saham ke depan. Wajar saja, musuh tak kasat mata memang masih mengintai. Wabah corona kini sudah menjangkiti hampir semua negara di dunia dan jumlah kasus per hari ini nyaris menyentuh angka 600.000.
Pemerintah AS tak sendirian berperang melawan corona. The Fed selaku bank sentral AS juga sudah menggunakan bazookanya untuk menghadapi virus ganas ini. Pada Senin (23/3/2020), The Fed mengumumkan bahwa bank sentral akan melakukan program pembelian aset atau quantitative easing (QE) dengan nilai tak terbatas guna membantu perekonomian AS menghadapi tekanan dari pandemi virus corona (COVID-19).
Aset yang akan dibeli seperti obligasi pemerintah, efek beragun aset perumahan (Residential Mortgage-Backed Security/RMBS), hingga obligasi korporasi dengan rating investment grade dan exchange traded fund (ETF)-nya. The Fed mengatakan akan melakukan QE seberapapun yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran fungsi pasar serta transmisi kebijakan moneter yang efektif di segala kondisi finansial dan ekonomi.
"Tidak seperti pasca krisis finansial global (2008), saat itu nilai QE The Fed terbatas setiap bulannya, kali ini jumlahnya tak terbatas" kata Ray Attril, kepala strategi valas di National Australia Bank, sebagaimana dilansir CNBC International.
Walau masih ada perbedaan terkait ke mana pasar akan bergerak ke depan, tak bisa dipungkiri kombinasi stimulus ekonomi AS bernilai jumbo dan bazooka The Fed lewat QE buat pasar saham bergairah pekan ini.
Namun satu yang pasti, jumlah kasus corona masih terus bertambah dengan signifikan. Ketidakpastian masih ada. Walau pasar melihat periode empat atau enam bulan ke depan, seberapa parah wabah akan tetap berpengaruh terhadap seberapa lama ekonomi akan pulih. Oleh karena itu tak menutup kemungkinan, volatilitas tinggi masih akan dirasakan.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular