Virus Corona Hantam Emiten Pelayaran, Apa Dampaknya?

tahir saleh, CNBC Indonesia
26 March 2020 17:06
Asosiasi Pemilik Pelayaran Nasional Indonesia buka suara soal dampak corona.
Foto: ilustrasi kapal angkutan. Dok Sillo Marine

Jakarta, CNBC IndonesiaAsosiasi Pemilik Pelayaran Nasional Indonesia atau Indonesian National Shipowners Association (INSA) mengungkapkan sejumlah dampak akibat pandemi virus corona (COVID-19) di sektor pelayaran nasional.

Theo Lekatompessy, Ketua Yayasan INSA dan Chairman INSA Foundation, mengatakan pembatasan aktivitas bisnis di Tanah Air termasuk bisnis pelayaran juga cukup besar. Namun dampak yang dirasakan para pelaku industri pelayaran tidak bisa dipukul rata, mengingat sektor usaha yang dijalankan para anggota INSA juga variatif, mulai dari offshore hingga general cargo.

Untuk jasa pelayaran di sektor pendukung minyak atau offshore (lepas pantai), selain dampak virus corona saat ini, juga ada pengaruh dengan kebijakan pemerintah dan geopolitik yang menekan harga minyak dunia di level rendah US$ 30/barel.

"Kalau offshore seperti Wintermar [PT Wintermar Offshore Marine Tbk/WINS], PT Logindo Samudramakmur Tbk/LEAD], juga ikut sentimen dampak dari harga minyak yang saat ini 30 dolar per barel," kata Theo, dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (26/3/2020).

Foto: CNBC Indonesia TV


Lebih lanjut, Theo yang juga Komisaris Utama PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) ini mengatakan di sektor lain yakni angkutan BBM dan LNG juga masih bisa berjalan dengan baik karena adanya kontrak jangka menengah dan menerima pembayaran dalam dolar AS.

"Untuk angkutan BBM dan LNG seperti HITS dan Soechi [PT Soechi Lines Tbk/SOCI] oke karena kontrak jangka menengah dan terima USD," katanya.


Sementara untuk angkutan kargo, kontainer dari luar negeri seperti PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) diprediksi turun karena volume perdagangan regional juga terkoreksi.

"Untuk angkutan cargo containers dari luar negeri seperti Samin [SMDR] pasti turun karena volume regional trade turun 30%, kalau tahan itu hanya karena kualitas company yang bagus..kita lihat kapan regional trade back to bussiness."

"untuk kontainer dalam negeri seperti Temas [PT Temas Tbk/TMAS], dalam semester 1 ada lonjakan pengiriman dan stok makanan, juga stok Lebaran. Kalau corona mereda di Juni ya mungkin bisa normal kembali. Untuk bulk carrier yang kontrak menengah untuk PT PLN stabil cuma pasti kena rugi kurs," terangnya. "Tapi yang kerja spot bawa hasil tambang pasti turun," katanya lagi.

Secara umum, katanya, hanya sub sektor transportasi bahan energi saja yang aman dan tidak turun di tengah pandemi virus corona ini. "[Sektor] lainnya di 2020 pasti turun," katanya.

Dengan demikian, Theo menegaskan menjadi alasan yang rasional jika para pengusaha berbagai sektor yang terdampak virus corona meminta penjadwalan ulang terkait dengan utang perbankan dalam 1 tahun ke depan dan keringanan bunga serta penghapusan denda gegara COVID-19.

"Akibatnya ke bank. Tidak aneh kalau rama-ramai [pengusaha] akan minta bank rescheduling 1 tahun dan keringanan bunga serta penghapusan denda gara-gara COVID-19. Akhirnya harus siap ada goverment bailout untuk bank-bank nasional. Karena juklak OJK menyatakan rescheduling bisa untuk semua debitur, tapi terutama untuk UMKM."

Di sisi lain, emiten Nely Layanto, Direktur Wintermar Offshore Marine, juga menjelaskan dampak yang ditimbulkan bagi bisnis perusahaan pelayaran ini. Hal ini karena dalam beberapa minggu belakangan ini telah terlihat tindakan dan kebijakan pemerintah untuk memperlambat penyebaran yang cepat dari pandemi COVID-19.

"Hal ini telah menyebabkan adanya kontrol ketat pada daerah-daerah perbatasan, pembatasan perjalanan, penerapan pembatasan jarak kontak fisik, penutupan gedung sekolah namun belajar secara online, penerapan bekerja dari rumah dan pembatalan pertemuan-pertemuan publik. Semua ini telah memiliki dampak signifikan pada ekonomi dan prospek bisnis," katanya, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia.

Dia menjelaskan dikarenakan diterapkannya pembatasan perjalanan, perseroan akan mengalami gangguan dan keterlambatan atas rencana- rencana awal sehubungan dengan pergantian awak kapal, khususnya pada kapal-kapal Wintermar yang bekerja di luar Indonesia.

"Kami mengerti hal ini diperlukan saat ini, di mana interaksi sosial secara fisik harus dikurangi, dan penerapan hal tersebut juga guna melindungi kesehatan dari awak-awak kapal kami. Tim kami bersama dengan penyewa sedang bekerja bersama-sama untuk menemukan cara untuk mengurangi dampak ini," jelasnya.


Selain itu, katanya, masih ada beberapa proyek yang sedang dalam tahap tender, dan akan ada risiko penundaan atas proses ini jika dana pemerintah kemudian dialihkan kepada kebutuhan yang lebih mendesak seperti halnya pada paket bantuan dan stimulasi COVID-19.

"Dalam jangka panjang, terbukti bahwa dunia akan mengalami dampak ekonomi yang signifikan dari krisis global oleh virus COVID-19 ini, dan seluruh negara dan bisnis-bisnis kemudian harus meninjau ulang dan menilai tanggapan individual. Hal ini berlaku juga bagi kami."

"Dalam waktu dekat, situasi ini akan sangat tidak terprediksi, namun kami memiliki tim manajemen handal yang bekerja setiap hari untuk memantau situasi ini secara cermat dan beradaptasi dengan keadaan sebagaimana diperlukan," tegas Nely.

Pihaknya juga berharap agar kontrak perseroan yang telah ada sekarang tetap dapat berjalan. "Melalui penggunaan teknologi yang tersedia, kami masih dapat memantau dan mengelola armada kami secara memadai meskipun telah menerapkan prosedur Bekerja dari Rumah."



[Gambas:Video CNBC]




(tas/hps) Next Article Wintermar Private Placement 90 Juta Saham, Ada Pemodal Masuk!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular