
Bank Boleh Restrukturisasi Kredit, 161 Saham Dekati ARB

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkapar di zona merah setelah ditutup terkoreksi 5,2% ke posisi 4.105,42 poin pada perdagangan Kamis kemarin (19/3/2020).
Otoritas bursa juga melakukan penghentian sementara perdagangan atau trading halt setelah IHSG turun 5%. IHSG berkinerja terburuk ketiga setelah Filipina dan Korea Selatan. Secara year to date, IHSG minus 35%.
Semakin meluasnya penyebaran pandemi Corona di tanah air dan kekhawatiran terjadinya resesi ekonomi global menjadi sentimen negatif yang menekan pasar keuangan domestik.
Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan akhir pekan ini, Jumat (20/3/2020):
1.OJK Izinkan Bank Restrukturisasi Kredit 'Terinfeksi' Corona
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan stimulus bagi perbankan Indonesia di tengah terjangan dampak virus corona (COVID-19) terhadap perekonomian. Stimulus yang diberikan berupa pelonggaran penilaian kualitas kredit dan restrukturisasi kredit di industri perbankan.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan pemberian stimulus ini tertuang dalam Peraturan OJK No.11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease yang diterbitkan hari ini.
"Dengan terbitnya POJK ini maka pemberian stimulus untuk industri perbankan sudah berlaku sejak 13 Maret 2020 sampai dengan 31 Maret 2021. Perbankan diharapkan dapat proaktif dalam mengidentifikasi debitur-debiturnya yang terkena dampak penyebaran Covid-19 dan segera menerapkan POJK stimulus dimaksud," kata Heru dalam siaran persnya, Kamis (19/3/2020).
2.Perdagangan Dihentikan, BCA Kena ARB & 161 Saham Mendekati
Aksi jual di pasar saham kembali berlanjut, Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai harus mengalami penghentian perdagangan sementara (trading halt) selama 30 menit setelah ambles lebih dari 5%. Pada pukul 9:37 WIB Kamis kemarin, IHSG ambles 5,01% di 4.113,647, yang menjadi level terendah sejak September 2015.
Mengiringi amblesnya IHSG, sebanyak Berdasarkan data RTI, sebanyak 7 saham sudah tertekan auto rejection bawah (ARB), termasuk PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar ini sudah ambles 7%.
Lima saham lainnya, yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Intraco Pentra Tbk (INTA), PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF), PT Merck Tbk (MERK), PT Metrodata Electronic Tbk (MTDL), PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA).
3.Tak Lagi Jual Solar Subsidi, Pendapatan AKRA Terkoreksi 8%
Laba bersih emiten perdagangan bahan bakar minyak (BBM) dan logistik, PT AKR Corporindo Tbk Tbk (AKRA), naik tipis 0,29% pada tahun lalu menjadi Rp 713,62 miliar dari tahun sebelumnya Rp 711,52 miliar seiring dengan pendapatan perusahaan yang justru minus year on year (yoy).
Data laporan keuangan menunjukkan, perusahaan mencatatkan laba neto tahun berjalan yang turun cukup dalam yakni 56% menjadi Rp 703,08 miliar dari tahun sebelumnya Rp 1,60 triliun.
Dengan capaian laba bersih atribusi entitas induk yang naik tipis tersebut, maka laba per saham AKRA menjadi Rp 180,28 dari sebelumnya Rp 413,45/saham.
4.Pendapatan Turun, Laba Bersih Waskita Anjlok 76% di 2019
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk dari PT Waskita Karya Tbk (WSKT) sepanjang 2019 terjun bebas menjadi hanya senilai Rp 938,14 miliar dari sebelumnya mencapai Rp 3,96 triliun. Nilai tersebut ambrol 76,32% secara year on year (YoY) dari periode yang sama tahun 2018.
Nilai laba per saham juga turun tajam menjadi Rp 69,11 dari sebelumnya yang senilai Rp 291,95.
Dalam laporan keuangan yang dirilis perusahaan, turunnya laba bersih ini salah satunya disebabkan karena pendapatan yang turun 35,66% YoY menjadi Rp 31,38 triliun di akhir Desember 2019 dari Rp 48,78 triliun periode yang sama tahun sebelumnya.
5.Harga Saham Drop 30% Lebih, 2 Emiten Siap Buyback
Dua emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) siap melaksanakan pembelian kembali saham (buyback) merespons kondisi pasar yang berfluktasi sangat signifikan.
Sejak awal tahun ini, IHSG terkoreksi tajam 34,91% ke posisi 4.100,48.
Kedua emiten tersebut adalah, perusahaan rintisan PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) dan perusahaan pengembang properti, PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA).
6.Asosiasi Broker Usul Auto Reject Bawah Kurang dari 5%
Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) mengusulkan sejumlah insentif kepada regulator pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) merespons situasi pasar saham yang terguncang akibat virus Corona.
Ketua Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), Octavianus Budiyanto mengusulkan beberapa insentif untuk meredam gejolak di pasar saham, salah satunya melalui penurunan batasan auto reject bawah (ARB) di bawah 5% dari yang berlaku saat ini 7%.
"Batasan Auto Reject Bawah (ARB) bisa dikecilkan lagi di bawah 5%," kata Oky kepada CNBC Indonesia, Kamis (19/3/2020).
7.Laba Emiten Sandi Uno Naik 35% di 2019, tapi Saham Jeblok 20%
Emiten tambang emas milik Grup Saratoga, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mencatatkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 70,82 juta atau setara dengan Rp 1,06 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.000 per US$ sepanjang tahun 2019.
Mengacu laporan keuangan yang dipublikasikan Kamis ini (19/3/2020), perolehan laba bersih ini naik 35% dari periode yang sama tahun lalu US$ 52,48 juta atau setara Rp 787,20 miliar.
Dengan demikian, nilai laba per saham perusahaan yang terafiliasi dengan emiten Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya (SRTG), pemegang 19,74% saham MDKA, naik dari sebelumnya US$ 0,0026 per saham menjadi US$ 0,0033 per saham.
8.Saham Ambles 32%, KIJA Buyback Rp 300 M
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) merencanakan untuk melakukan pembelian kembali saham (buyback) yang ada di publik. Untuk aksi korporasi ini perusahaan sudah menganggarkan dana senilai Rp 300 miliar.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis perusahaan, jumlah saham yang akan di-buyback jumlahnya tidak akan melebihi 20% dari modal disetor dan paling sedikit 7,5% dari modal disetor.
Manajemen perusahaan menyebutkan buyback ini sudah mulai dilaksanakan pada kemarin Rabu (18/3/2020) hingga 17 Juni 2020 nanti.
(tas/tas) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500