
Rupiah Melemah Lagi, Kian Dekat ke Rp 16.000/US$
aji, CNBC Indonesia
20 March 2020 08:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Penyebaran virus corona yang semakin mengkhawatirkan membuat investor memburu dolar AS, aset yang dianggap paling aman untuk saat ini.
Pada Jumat (20/3/2020), US$ 1 dihargai Rp 15.950 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah benar-benar terpuruk. Bayangkan, depresiasi rupiah mencapai 4,61% dalam sehari dan dolar AS berada di Rp 15.900 kala penutupan pasar spot. Ini adalah posisi terlemah rupiah sepanjang sejarah kalau melihat posisi penutupan perdagangan, bukan intraday.
Dengan begitu, rupiah sudah anjlok 16,23% dalam sebulan terakhir. Sementara secara year-to-date, pelemahan rupiah tercatat 14,55%.
Rupiah (dan pasar keuangan pada umumnya) sedang dalam periode genting. Volatilitas di pasar sangat tinggi. Kenaikan dan penurunan tajam terjadi dengan sangat cepat. Vivere pericoloso, hidup sedang penuh mara bahaya...
Penyebabnya apa lagi kalau bukan penyebaran virus corona yang semakin masif. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 06:43 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 242.714. Korban jiwa tercatat 9.867 orang.
Di China, pusat dan asal mula virus corona, penyebaran sudah mulai berkurang. Bahkan kemarin tambahan kasus domestik baru di Negeri Tirai Bambu sudah tidak ada alias nol. Kasus bertambah karena kedatangan luar negeri (imported case).
Akan tetapi, penyebaran di luar China yang sekarang jadi kecemasan terutama di Eropa dan AS. Kasus corona di Italia sudah 41.035 dengan korban jiwa 3.405 orang. Korban meninggal di Negeri Spageti sudah melebihi China yang sebanyak 3.249 orang.
Kemudian di Spanyol ada 17.963 kasus dengan korban meninggal 830 orang, Ada pula Jerman yang mencatatkan kasus corona sebanya 15.320 di mana 44 orang meninggal dunia.
Sementara di Negeri Paman Sam, jumlah kasus corona sudah 13.680. Dari jumlah tersebut, 200 orang tutup usia.
“Ini adalah momentum yang mengharuskan koordinasi kebijakan yang terkoordinasi, cepat, dan inovatif dari berbagai negara. Kita sedang dalam situasi luar biasa, yang biasa-biasa saja tidak bisa diterapkan,” tehas Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), seperti diberitakan Reuters.
Kebijakan yang terkoordinasi tersebut sudah ditunjukkan oleh Uni Eropa. Beberapa hari lalu, 26 pemimpin negara Uni Eropa sepakat untuk menutup perbatasan. Upaya ini dilakukan untuk ‘mengurung’ virus corona agar tidak menyebar lebih jauh.
Mengutip Reuters, PBB juga kemungkinan akan melarang masyarakat untuk melintas di perbatasan AS-Meksiko. Dua orang sumber di kantor pusat PBB di New York mengungkapkan, langkah serupa juga akan diambil di perbatasan AS-Kanada.
Mobilitas masyarakat yang semakin terbatas akibat virus corona membuat roda perekonomian berjalan lambat. Bank Indonesia (BI) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2020 dari 2,9% menjadi 2,5%.
Dibayangi oleh perlambatan ekonomi, bahkan mungkin saja resesi, investor pun balik kanan. Kini instrumen pasar keuangan entah itu mata uang, saham obligasi, bahkan emas sekali pun ditinggalkan. Dalam situasi penuh ketidakpastian seperti ini, cash is king.
Namun cash pun bukan sembarang cash. Investor memburu dolar AS yang berstatus mata uang global, likuid di mana saja dan kapan saja. Akibatnya, dolar AS menjadi sangat perkasa meski The Federal Reserve/The Fed telah memangkas suku bunga acuan dengan sangat agresif.
Pada pukul 07:40 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) naik 0,09%. Indeks ini sudah berada di posisi tertinggi sejak awal 2017.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Jumat (20/3/2020), US$ 1 dihargai Rp 15.950 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah benar-benar terpuruk. Bayangkan, depresiasi rupiah mencapai 4,61% dalam sehari dan dolar AS berada di Rp 15.900 kala penutupan pasar spot. Ini adalah posisi terlemah rupiah sepanjang sejarah kalau melihat posisi penutupan perdagangan, bukan intraday.
Dengan begitu, rupiah sudah anjlok 16,23% dalam sebulan terakhir. Sementara secara year-to-date, pelemahan rupiah tercatat 14,55%.
Rupiah (dan pasar keuangan pada umumnya) sedang dalam periode genting. Volatilitas di pasar sangat tinggi. Kenaikan dan penurunan tajam terjadi dengan sangat cepat. Vivere pericoloso, hidup sedang penuh mara bahaya...
Penyebabnya apa lagi kalau bukan penyebaran virus corona yang semakin masif. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 06:43 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 242.714. Korban jiwa tercatat 9.867 orang.
Di China, pusat dan asal mula virus corona, penyebaran sudah mulai berkurang. Bahkan kemarin tambahan kasus domestik baru di Negeri Tirai Bambu sudah tidak ada alias nol. Kasus bertambah karena kedatangan luar negeri (imported case).
Akan tetapi, penyebaran di luar China yang sekarang jadi kecemasan terutama di Eropa dan AS. Kasus corona di Italia sudah 41.035 dengan korban jiwa 3.405 orang. Korban meninggal di Negeri Spageti sudah melebihi China yang sebanyak 3.249 orang.
Kemudian di Spanyol ada 17.963 kasus dengan korban meninggal 830 orang, Ada pula Jerman yang mencatatkan kasus corona sebanya 15.320 di mana 44 orang meninggal dunia.
Sementara di Negeri Paman Sam, jumlah kasus corona sudah 13.680. Dari jumlah tersebut, 200 orang tutup usia.
“Ini adalah momentum yang mengharuskan koordinasi kebijakan yang terkoordinasi, cepat, dan inovatif dari berbagai negara. Kita sedang dalam situasi luar biasa, yang biasa-biasa saja tidak bisa diterapkan,” tehas Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), seperti diberitakan Reuters.
Kebijakan yang terkoordinasi tersebut sudah ditunjukkan oleh Uni Eropa. Beberapa hari lalu, 26 pemimpin negara Uni Eropa sepakat untuk menutup perbatasan. Upaya ini dilakukan untuk ‘mengurung’ virus corona agar tidak menyebar lebih jauh.
Mengutip Reuters, PBB juga kemungkinan akan melarang masyarakat untuk melintas di perbatasan AS-Meksiko. Dua orang sumber di kantor pusat PBB di New York mengungkapkan, langkah serupa juga akan diambil di perbatasan AS-Kanada.
Mobilitas masyarakat yang semakin terbatas akibat virus corona membuat roda perekonomian berjalan lambat. Bank Indonesia (BI) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2020 dari 2,9% menjadi 2,5%.
Dibayangi oleh perlambatan ekonomi, bahkan mungkin saja resesi, investor pun balik kanan. Kini instrumen pasar keuangan entah itu mata uang, saham obligasi, bahkan emas sekali pun ditinggalkan. Dalam situasi penuh ketidakpastian seperti ini, cash is king.
Namun cash pun bukan sembarang cash. Investor memburu dolar AS yang berstatus mata uang global, likuid di mana saja dan kapan saja. Akibatnya, dolar AS menjadi sangat perkasa meski The Federal Reserve/The Fed telah memangkas suku bunga acuan dengan sangat agresif.
Pada pukul 07:40 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) naik 0,09%. Indeks ini sudah berada di posisi tertinggi sejak awal 2017.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular