Stimulus Gagal Redam Kepanikan, Investor Global Pilih Cash!

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
19 March 2020 19:21
Wabah virus corona (COVID-19) telah memporak-porandakan ekonomi global.
Foto: REUTERS/Ralph Orlowski

Jakarta, CNBC Indonesia - Wabah virus corona (Covid-19) telah memporak-porandakan ekonomi global pada Kamis (19/3/2020) yang tampak dari banyaknya aksi jual di pasar saham utama global sehingga harga saham di bursa-bursa utama dunia anjlok parah.

Nilai obligasi, emas, dan komoditas, semuanya juga jatuh dengan kecenderungan investor memegang kas alias tunai di tengah dampak wabah corona yang menjadi pandemi. Sementara itu, nilai dolar AS pun terus menguat, termasuk terhadap mata uang negara berkembang, salah satunya rupiah.

Chris Weston, Kepala Riset Pepperstone, broker yang berbasis Melbourne, Australia, mengatakan kejatuhan sejumlah instrumen keuangan dan investasi ini lantaran langkah-langkah darurat yang dikeluarkan berbagai bank sentral, mulai dari Eropa, Jepang, Amerika Serikat (AS) dan Australia, gagal menghentikan gelombang aksi jual yang dipicu kepanikan wabah Covid-19.

"Tidak ada pembeli, tidak ada likuiditas yang banyak, dan semua orang keluar," kata Weston, dilansir Reuters, Kamis (19/3/2020).


Data perdagangan mencatat, bursa saham berjangka (futures) di AS hampir mencapai level terlemahnya. Sementara itu, bursa saham berjangka di EuroSTOXX 50 pun anjlok 4%, dan FTSE futures juga turun 3%.

Adapun dolar Australia juga melemah 3% ke level terendah dalam 17 tahun melawan dolar AS dan telah terdepresiasi lebih dari 20% tahun ini.

Hampir semua pasar saham di Asia juga mencatatkan penurunan dan sempat terjadi penghentian perdagangan sementara (circuit breaker) di bursa Seoul (Korea Selatan), Jakarta dan Manila.

"Kita jelas hidup dalam masa yang luar biasa dan menantang," kata Gubernur Reserve Bank of Australia (RBA) Philip Lowe dalam pidato yang disiarkan di seluruh negeri.

"Saya tidak dapat memberi Anda satu set prakiraan ekonomi yang telah diperbarui. Situasinya terlalu rumit," tambahnya.


Di sisi lain, Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang, juga turun sekitar 5% ke level terendah empat tahun, dengan saham-saham di Bursa Korea Selatan dan Taiwan memimpin penurunan di indeks acuan global tersebut.

Hal serupa juga terjadi di pasar obligasi, di mana banyak aksi jual aset likuid untuk menutupi kerugian di pasar saham.

Imbal hasil (yield) obligasi negara untuk tenor 10 tahun yang menjadi acuan di Selandia Baru, Malaysia, Korea Selatan dan Singapura serta Thailand juga melonjak karena harganya jatuh. Harga berbanding terbalik dengan yield, jika yield naik yang mencerminkan risiko naik, maka harga turun, begitu juga sebaliknya.

Sementara yield US Treasury, obligasi AS bertenor 10-tahun naik 10 basis poin sepanjang sesi berlangsung.

Di sisi lain, harga emas dunia turun 1% dan harga tembaga mencapai batas bawahnya di pasar Shanghai. Indeks Nikkei juga turun 1%, ASX 200 turun hampir 4%, sedangkan Kospi di Korsel anjlok 8%, sementara Indeks Hang Seng tergelincir 3%.


"Kami berada dalam fase ini di mana investor hanya ingin melikuidasi [mencairkan aset] posisi mereka," kata Prashant Newnaha, analis TD Securities di Singapura.

Semua kekacauan itu terjadi meski pagi tadi Bank Sentral Eropa (ECB) telah berjanji untuk membeli obligasi senilai 750 miliar euro (US$ 820 miliar) sepanjang 2020.

Pada sore hari, Federal Reserve AS, bank sentral AS, juga menjanjikan fasilitas likuiditas untuk reksa dana pasar uang, sementara Bank of Japan melakukan dua pembelian obligasi yang tidak direncanakan senilai 1,3 triliun yen (US$ 12 miliar).

Bank sentral Australia, RBA, juga memangkas suku bunga ke rekor terendah 0,25% dan mengumumkan langkah besar dalam pelonggaran kuantitatif.

Sayangnya, kesemua langkah itu juga telah gagal membendung kepanikan.

"Saya akan mengatakan pasar bukan menjadi tempat investasi pada saat ini," kata Daniel Cuthbertson, Direktur Pelaksana Value Point Asset Management di Sydney. "Sampai kita mendapatkan cara mencegah kontraksi global, pasar akan bergerak tanpa arah."

[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article Prabowo Bagi Pengalaman Main Pasar Modal-Jawab Kritik Food Estate

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular