
Bursa RI Terguncang, 4 Hari Perdagangan IHSG Ambles 17% Lebih
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 March 2020 16:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles lagi pada perdagangan sesi I Kamis (19/3/2020) setelah ambrol lebih dari 12% tiga hari terkahir.
IHSG langsung merosot begitu perdagangan dibuka, bahkan mengalami penghentian sementara (trading halt) selama 30 menit setelah ambles 5,01% di 4.113,647 pada pukul 9:37 WIB.
Sesuai dengan kebijakan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perdagangan bursa saham akan dihentikan selama 30 menit jika IHSG anjlok 5% atau lebih, sebagai langkah antisipasi dalam mengurangi fluktuasi tajam di pasar modal.
Kinerja IHSG belum membaik saat perdagangan kembali dibuka. Bursa kebanggaan tanah air ini malah semakin merosot hingga mengakhiri perdagangan sesi I di 4.099,09 ambles 5,35%. Level tersebut merupakan yang terendah sejak September 2015.
Memasuki perdagangan sesi II, IHSG Sempat melemah ke 4.093,714, tetapi setelahnya berhasil menangkas pelemahan dan mengakhiri perdagangan di level 4.105,422, ambles 5,2%. Dengan demikian sepanjang pekan ini atau dalam empat hari perdagangan IHSG sudah ambrol 17,44%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 5,18 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 605,11 miliar di pasar reguler.
Mengiringi amblesnya IHSG, sebanyak 7 saham sudah tertekan auto rejection bawah (ARB), termasuk PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar ini sudah ambles 7%.
Enam saham lainnya, yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Intraco Pentra Tbk (INTA), PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF), PT Merck Tbk (MERK), PT Metrodata Electronic Tbk (MTDL), PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA).
Pandemi virus corona (COVID-19) yang terus menyebar membuat aksi jual terjadi di bursa saham global. Lebih dari 150 negara terpapar COVID-19, menjangkiti level dari 217.000 orang, dengan 8.800 orang meninggal dunia. Banyak negara kini menerapkan kebijakan lockdown, aktivitas ekonomi menjadi menurun drastis, dan pertumbuhan ekonomi berisiko melambat, bahkan terancam mengalami resesi global. Akibatnya aksi jual di bursa saham global tak terhindarkan.
Di Indonesia hingga saat ini sudah ada 309 kasus positif COVID-19, dengan 25 orang dilaporkan meninggal, dan 15 orang dinyatakan sembuh.
Untuk meredam penyebaran COVID-19 dan meminimalisir dampaknya ke perekonomian pemerintah sudah merilis dua paket stimulus fiskal untuk meredam dampak penyebaran virus corona. Namun itu bukan yang terakhir, karena pemerintah sedang menyusun rencana paket stimulus fiskal jilid III.
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, mengungkapkan fokus dalam paket stimulus ketiga adalah kesehatan, perlindungan sosial, dan menjaga kinerja pelaku usaha. Di bidang kesehatan, Sri Mulyani menjanjikan akan 'mengguyur' anggaran dalam jumlah besar.
"Untuk stimulus ke-3 pertama adalah kesehatan. Kita akan lihat segala kebutuhan, kita akan flush di situ, jumlahnya masih belum. Sekarang BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sedang menghitung, Kemenkes (Kementerian Kesehatan) juga menghitung," kata Sri Mulyani dalam video conference realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 edisi Maret 2020, Rabu (18/3/2020)
Sementara itu dari sisi moneter, Bank Indonesia (BI) juga memangkas suku bunga lagi saat pengumuman kebijakan moneter hari ini.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Maret 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (19/3/2020)
Selain itu, BI kembali perkuat bauran kebijakan dan dukung mitigasi risiko covid-19 dan dorong pertumbuhan ekonomi melalui 7 langkah yakni:
Pertama, BI akan memperkuat intensitas kebijakan triple intervention untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar, baik secara spot, Domestic Non-deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN dari pasar sekunder.
Kedua, BI memperpanjang tenor Repo SBN hingga 12 bulan dan menyediakan lelang setiap hari untuk memperkuat pelonggaran likuiditas Rupiah perbankan, yang berlaku efektif sejak 20 Maret 2020.
Ketiga, BI akan menambah frekuensi lelang FX swap tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan dari 3 (tiga) kali seminggu menjadi setiap hari, guna memastikan kecukupan likuiditas, yang berlaku efektif sejak 19 Maret 2020.
Keempat, BI akan memperkuat instrumen Term Deposit valuta asing guna meningkatkan pengelolaan likuiditas valuta asing di pasar domestik, serta mendorong perbankan untuk menggunakan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) valuta asing yang telah diputuskan Bank Indonesia untuk kebutuhan di dalam negeri.
Kelima, BI akan mempercepat berlakunya ketentuan penggunaan rekening Rupiah dalam negeri (Vostro) bagi investor asing sebagai underlying transaksi dalam transaksi DNDF, sehingga dapat mendorong lebih banyak lindung nilai atas kepemilikan Rupiah di Indonesia, berlaku efektif paling lambat pada 23 Maret 2020 dari semula 1 April 2020.
Keenam, BI akan memperluas kebijakan insentif pelonggaran GWM harian dalam Rupiah sebesar 50bps yang semula hanya ditujukan kepada bank-bank yang melakukan pembiayaan ekspor-impor, ditambah dengan yang melakukan pembiayaan kepada UMKM dan sektor-sektor prioritas lain, berlaku efektif sejak 1 April 2020.
Ketujuh, BI akan memperkuat kebijakan sistem pembayaran untuk mendukung upaya mitigasi penyebaran COVID-19 melalui tiga hal. Pertama, menjaga ketersediaan uang layak edar yang higienis, layanan kas, dan backup layanan kas alternatif, serta menghimbau masyarakat agar lebih banyak menggunakan transaksi pembayaran secara non-tunai.
Sayangnya, stimulus fiskal dan moneter tersebut belum mampu mengangkat kinerja IHSG pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article IHSG Jebol Nyaris 3%, Perdagangan Akan Dihentikan?
IHSG langsung merosot begitu perdagangan dibuka, bahkan mengalami penghentian sementara (trading halt) selama 30 menit setelah ambles 5,01% di 4.113,647 pada pukul 9:37 WIB.
Sesuai dengan kebijakan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perdagangan bursa saham akan dihentikan selama 30 menit jika IHSG anjlok 5% atau lebih, sebagai langkah antisipasi dalam mengurangi fluktuasi tajam di pasar modal.
Kinerja IHSG belum membaik saat perdagangan kembali dibuka. Bursa kebanggaan tanah air ini malah semakin merosot hingga mengakhiri perdagangan sesi I di 4.099,09 ambles 5,35%. Level tersebut merupakan yang terendah sejak September 2015.
Memasuki perdagangan sesi II, IHSG Sempat melemah ke 4.093,714, tetapi setelahnya berhasil menangkas pelemahan dan mengakhiri perdagangan di level 4.105,422, ambles 5,2%. Dengan demikian sepanjang pekan ini atau dalam empat hari perdagangan IHSG sudah ambrol 17,44%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 5,18 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 605,11 miliar di pasar reguler.
Mengiringi amblesnya IHSG, sebanyak 7 saham sudah tertekan auto rejection bawah (ARB), termasuk PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar ini sudah ambles 7%.
Enam saham lainnya, yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Intraco Pentra Tbk (INTA), PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF), PT Merck Tbk (MERK), PT Metrodata Electronic Tbk (MTDL), PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA).
Pandemi virus corona (COVID-19) yang terus menyebar membuat aksi jual terjadi di bursa saham global. Lebih dari 150 negara terpapar COVID-19, menjangkiti level dari 217.000 orang, dengan 8.800 orang meninggal dunia. Banyak negara kini menerapkan kebijakan lockdown, aktivitas ekonomi menjadi menurun drastis, dan pertumbuhan ekonomi berisiko melambat, bahkan terancam mengalami resesi global. Akibatnya aksi jual di bursa saham global tak terhindarkan.
Di Indonesia hingga saat ini sudah ada 309 kasus positif COVID-19, dengan 25 orang dilaporkan meninggal, dan 15 orang dinyatakan sembuh.
Untuk meredam penyebaran COVID-19 dan meminimalisir dampaknya ke perekonomian pemerintah sudah merilis dua paket stimulus fiskal untuk meredam dampak penyebaran virus corona. Namun itu bukan yang terakhir, karena pemerintah sedang menyusun rencana paket stimulus fiskal jilid III.
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, mengungkapkan fokus dalam paket stimulus ketiga adalah kesehatan, perlindungan sosial, dan menjaga kinerja pelaku usaha. Di bidang kesehatan, Sri Mulyani menjanjikan akan 'mengguyur' anggaran dalam jumlah besar.
"Untuk stimulus ke-3 pertama adalah kesehatan. Kita akan lihat segala kebutuhan, kita akan flush di situ, jumlahnya masih belum. Sekarang BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sedang menghitung, Kemenkes (Kementerian Kesehatan) juga menghitung," kata Sri Mulyani dalam video conference realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 edisi Maret 2020, Rabu (18/3/2020)
Sementara itu dari sisi moneter, Bank Indonesia (BI) juga memangkas suku bunga lagi saat pengumuman kebijakan moneter hari ini.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Maret 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (19/3/2020)
Selain itu, BI kembali perkuat bauran kebijakan dan dukung mitigasi risiko covid-19 dan dorong pertumbuhan ekonomi melalui 7 langkah yakni:
Pertama, BI akan memperkuat intensitas kebijakan triple intervention untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar, baik secara spot, Domestic Non-deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN dari pasar sekunder.
Kedua, BI memperpanjang tenor Repo SBN hingga 12 bulan dan menyediakan lelang setiap hari untuk memperkuat pelonggaran likuiditas Rupiah perbankan, yang berlaku efektif sejak 20 Maret 2020.
Ketiga, BI akan menambah frekuensi lelang FX swap tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan dari 3 (tiga) kali seminggu menjadi setiap hari, guna memastikan kecukupan likuiditas, yang berlaku efektif sejak 19 Maret 2020.
Keempat, BI akan memperkuat instrumen Term Deposit valuta asing guna meningkatkan pengelolaan likuiditas valuta asing di pasar domestik, serta mendorong perbankan untuk menggunakan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) valuta asing yang telah diputuskan Bank Indonesia untuk kebutuhan di dalam negeri.
Kelima, BI akan mempercepat berlakunya ketentuan penggunaan rekening Rupiah dalam negeri (Vostro) bagi investor asing sebagai underlying transaksi dalam transaksi DNDF, sehingga dapat mendorong lebih banyak lindung nilai atas kepemilikan Rupiah di Indonesia, berlaku efektif paling lambat pada 23 Maret 2020 dari semula 1 April 2020.
Keenam, BI akan memperluas kebijakan insentif pelonggaran GWM harian dalam Rupiah sebesar 50bps yang semula hanya ditujukan kepada bank-bank yang melakukan pembiayaan ekspor-impor, ditambah dengan yang melakukan pembiayaan kepada UMKM dan sektor-sektor prioritas lain, berlaku efektif sejak 1 April 2020.
Ketujuh, BI akan memperkuat kebijakan sistem pembayaran untuk mendukung upaya mitigasi penyebaran COVID-19 melalui tiga hal. Pertama, menjaga ketersediaan uang layak edar yang higienis, layanan kas, dan backup layanan kas alternatif, serta menghimbau masyarakat agar lebih banyak menggunakan transaksi pembayaran secara non-tunai.
Sayangnya, stimulus fiskal dan moneter tersebut belum mampu mengangkat kinerja IHSG pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article IHSG Jebol Nyaris 3%, Perdagangan Akan Dihentikan?
Most Popular