Pasar Saham Bak Roller Coaster, Terus Investor Harus Gimana?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
18 March 2020 15:32
Benarkah Cash Kembali jadi The King?
Foto: Poundsterling (REUTERS/Phil Noble)
Dengan terus merebaknya COVID-19 berbagai negara di dunia sudah mengambil kebijakan lockdown. Hal ini membuat orang-orang menjadi lebih memilih cash atau uang tunai sebagai asetnya. Mau bagaimana lagi, kalau lockdown dan likuiditas seret kan bisa amsyong.

Di satu sisi, lockdown dilakukan untuk mengurangi transmisi penularan virus dan untuk menekan agar jumlah kasus tidak bertambah banyak. Namun jika lockdown tidak dipersiapkan dengan matang, konsekuensinya bisa sangat mengerikan.

Mulai dari kelangkaan pasokan kebutuhan pokok dan medis hingga hilangnya penghasilan dan pekerjaan. Ketika pasokan kebutuhan pokok jadi langka, harganya akan melejit. Inflasi akan mencekik dan ujung-ujungnya cash yang ada di tangan juga jadi tak berharga.

Mengerikan memang. Semoga saja ini tak terjadi. Nah, sekarang pertanyaan terbesarnya adalah bagaimana investor saat ini harus mengambil langkah? Kapan pasar akan kembali bergairah?

Walau sudah anjlok signifikan, tetapi dasar/bottom dari periode koreksi yang terjadi saat ini masih belum terlihat jelas. Banyak yang berpendapat bahwa kejutan The Fed justru membuat investor jadi semakin panik dan melihat risiko yang besar akibat wabah ini. Mislav Matejka, kepala Global Equity Strategy di JP Morgan mengatakan ada beberapa syarat untuk pasar bisa reli berkelanjutan.

“Kita akan melihat reli berkelanjutan jika 1) ada stimulus fiskal yang agresif dan 2) masalah utamanya yakni wabah virus secara jelas menunjukkan tanda-tanda mencapai puncaknya” kata Matejka, melansir CNBC International.

Sebenarnya untuk poin yang pertama, berbagai negara sudah menyiapkan stimulus fiskal. Terkait apakah signifikan atau tidak tiap negara tentu berbeda-beda pertimbangannya. Salah satu pertimbangan untuk memberikan stimulus fiskal tentu adalah defisit anggaran.

Dari Paman Sam sendiri, Donald Trump selaku Presiden sudah mencoba mengabulkan permintaan pasar. Melalui Menteri Keuangganya, Steven Mnuchin, AS sedang merencanakan paket stimulus fiskal yang nilanya mencapai US$ 1 triliun.

NegaraFiskalMoneter
AustraliaRencana paket stimulus ekonomi senilai US$ 17,6 miliar (bantuan tunai US$ 750 untuk ~6 juta warga Australia berpenghasilan rendah, US$ 6,7 miliar untuk gaji pegawai, US$ 4 miliar untuk insentif investasi, US$ 1,2 miliar untuk program magang & US$ 1 miliar untuk sektor pariwisataReserves Bank of Australia (RBA) memangkas suku bunga acuan 25 bps ke level terendah 0,5%
JepangJepang sedang mempersiapkan paket stimulus ekonomi sebesar US$189 miliar untuk diberikan pada rumah tangga serta memberikan subsidi untuk perusahaan di sektor pariwisata yang terdampak COVID-19Bank of Japan (BoJ) bersiap untuk membeli US$ 1,88 miliar surat utang pemerintah bertenor 10 tahun dan akan menyuntikkan likuiditas ke pasar senilai JPY 1,5 triliun
InggrisSedang mempersiapkan paket stimulus ekonomi senilai GBP 30 miliar (US$ 39 miliar) dengan alokasi sebesar GBP 7 miliar untuk warga dan sektor bisnis, GBP 5 miliar untuk sektor kesehatan publik dan sisanya dialokasikan untuk pengeluaran pemerintah tahun iniBank of England (BoE) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 bps ke level 0,25%
Amerika SerikatRencana paket stimulus US$ 1 triliun termasuk untuk bantuan tunai bagi warga AS demi menjaga daya beli dan meredam dampak COVID-19 pada ekonomi ASThe Federal Reserves memangkas Federal Fund Rates (FFR) 50 bps ke rentang 1-1,25%
IndonesiaPemerintah menggelontorkan stimulus fiskal sebesar Rp 10 triliun (US$ 718 juta) untuk sektor-setor yang terdampak wabah COVID-19. Selain itu pemerintah juga melakukan relaksasi pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, PPh Pasal 22 Impor, PPh Pasal 25 dan restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN).Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7-DRRR) 25 bps ke level 4,75% dan menurunkan GWM rupiah sebesar 50 bps dan GWM valas menjadi 4% dari DPK untuk bank yang beriorientasi kegiatan ekspor impor
Sumber : Brown County Democrat, Financial Times, Guardian, Straits Times, CNBC Indonesia Research

Paket stimulus ini nantinya sebagian akan dialokasikan untuk ditransfer dalam bentuk tunai ke warga AS untuk tetap menjaga daya beli ketika dalam kondisi genting seperti sekarang ini.

Pagi tadi, pasar memang sempat merespons positif kabar tersebut. Tiga indeks utama bursa saham New York, menguat lebih dari 5% setelah anjlok dalam pada perdagangan sebelumya.

Namun baru sehari berselang ada indikasi Wall Street akan kembali runtuh. Pada pukul 15.00 WIB, indeks futures Dow Jones telah anjlok dan memerah lagi. Aduh biyung....

Masalahnya sekarang ada di perkembangan kasus. Lonjakan kasus baru masih mungkin akan terjadi. Sehingga pasar sekarang sedang sangat menghindari risiko (risk off). Orang jadi enggan untuk masuk pasar terlebih dulu.

Situasinya memang rumit. Tak ada kata lain yang tepat selain sabar. Investor harus lebih bersabar dan terus memantau perkembangan kasus wabah yang jadi tragedi kemanusiaan dekade ini. Well, jangan lupa juga untuk siapkan likuiditas yang cukup. Bagaimanapun juga sedia payung sebelum hujan adalah opsi terbaik.




TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular