Corona Menggila, Investor Masih 'Alergi' Masuk Bursa Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 March 2020 08:45
Corona Menggila, Investor Masih 'Alergi' Masuk Bursa Asia
Ilustrasi Bursa Saham Hong Kong (Reuters/Tyrone Siu)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia masih cenderung melemah di perdagangan pagi ini. Penyebaran virus corona yang bisa berujung ke resesi ekonomi membuat pelaku pasar emoh masuk ke aset berisiko di pasar keuangan Asia.

Pada Selasa (17/3/2020) pukul 08:45 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:



Bursa saham Asia mengekor Wall Street yang terkoreksi dalam. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 12,93%, S&P 500 ambles 11,98%, dan Nasdaq Composite ambrol 12,32%. Ini adalah koreksi harian terdalam sejak 1987.


Penyebaran virus corona memang semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:33 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 181.580. Korban jiwa sudah melampaui 7.000, tepatnya 7.138 orang.

 



Investor cemas kebijakan yang ditempuh otoritas fiskal dan moneter tidak akan mampu meredam dampak virus corona. Di sisi moneter, berbagai bank sentral sudah melakukan pelonggaran termasuk penurunan suku bunga acuan secara agresif.

Misalnya bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed. Akhir pekan ini, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed kembali menurunkan suku bunga acuan. Tidak main-main, penurunannya mencapai 100 basis poin (bps) menjadi 0-0,25%, terendah sejak 2015.

Dalam sebulan terakhir, ini menjadi kali kedua The Fed menurunkan suku bunga acuan di luar rapat terjadwal. Pertama dilakukan pada 3 Maret, kala itu Federal Funds Rate dipangkas 50 bps. Seharusnya rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committe/FOMC) baru berlangsung pada 17-18 Maret.

"Penyebaran virus corona telah melukai masyarakat dan mengganggu aktivitas ekonomi di berbagai negara, termasuk AS. Pasar keuangan global pun terpengaruh. "Dampak penyebaran virus corona akan membebani aktivitas perekonomian AS dalam jangka pendek dan menyebabkan risiko terhadap prospek ke depan. Dengan perkembangan ini, Komite memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan ke 0-0,25%," tulis keterangan resmi The Fed.

Meski The Fed sudah memangkas suku bunga hingga hampir 0%, tetapi kekhawatiran pelaku pasar bukannya berkurang malah kian bertambah. Sebab, penurunan suku bunga memang tidak mengatasi pokok permasalahan yaitu rantai pasok yang rusak.


"Tidak ada yang memberi ketenangan di pasar. Apalagi sampai sekarang belum jelas kapan penyebaran virus akan berhenti," tegas Jeffery Kleintop, Chief Global Investment Strategist di Charles Schwab, seperti dikutip dari Reuters.

Bahkan risiko resesi semakin tinggi akibat gangguan rantai pasok. Pasar pun semakin panik.

"Selama belum ada kenyamanan, panik tidak akan reda. Saya memperkirakan ke depan masih akan ada pergerakan besar," kata Jim Paulsen, Chief Investment Strategist di Leuthold Group, seperti diberitakan Reuters.

Apa boleh buat, dalam waktu dekat apalagi kalau penyebaran virus corona semakin masif, kekhawatiran di pasar keuangan global belum akan mereda. Oleh karena itu, kencangkan ikat pinggang karena perjalanan akan penuh liku dan guncangan.



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Jelang Rilis Data Inflasi AS, Bursa Eropa Tetap Tegar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular