The Fed Babat Habis Suku Bunga, Dolar AS Babak Belur di Eropa

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 March 2020 19:45
The Fed juga mengaktifkan kembali program pembelian aset (Quantitative Easing/QE) senilai US$ 700 miliar.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai dolar Amerika Serikat (AS) babak belur melawan mata uang Eropa pada perdagangan Senin (16/3/2020), setelah Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral Negeri Sam melakukan pelonggaran moneter yang agresif.

Pada pukul 19:20 WIB, poundsterling menguat 0,33% melawan dolar AS ke US$ 1,2315. Sementara euro melesat 0,69% ke US$ 1,1183, dan franc Swiss naik 0,67% ke 0,9432/US$.

The Fed mengumumkan pemangkasan suku bunga acuannya (Federal Funds Rate/FFR) sebesar 100 basis poin (bps) menjadi 0-0,25%. Suku bunga tersebut menjadi yang terendah sejak tahun 2015. Selain itu, The Fed juga mengaktifkan kembali program pembelian aset (Quantitative Easing/QE) senilai US$ 700 miliar.



Bank sentral paling powerful di dunia ini juga memangkas suku bunga pinjaman darurat untuk perbankan sebesar 125 bps menjadi 0,25% dan memperpanjang tenornya menjadi 90 hari. Pemangkasan suku bunga agresif The Fed dilakukan demi melindungi perekonomian AS dari dampak negatif pandemi virus corona.

"Dampak penyebaran virus corona akan membebani aktivitas ekonomi dalam jangka pendek sehingga menimbulkan risiko terhadap prospek ke depan. Dengan perkembangan ini, Komite memutuskan untuk menurunkan target suku bunga," sebut keterangan tertulis The Fed.

The Fed seharusnya melangsungkan rapat kebijakan moneter pada 17-18 Maret waktu setempat, tetapi sekali lagi dilakukan lebih awal.

Di awal bulan ini pada Selasa (3/3/2020), The Fed mengejutkan pasar dengan pemangkasan suku bunga acuannya (Federal Funds Rate/FFR) sebesar 50 basis poin (bps) ke 1%-1,25%. Pemangkasan mendadak sebesar itu menjadi yang pertama sejak Desember 2008 atau saat krisis finansial. Kala itu The Fed memangkas suku bunga 75 bps.

Akibat pemangkasan yang agresif tersebut, dolar AS mengalami tekanan meski bank sentral lainnya juga melakukan hal yang sama. Pada pekan lalu, European Central Bank (ECB) dan Bank of England (BoE) juga melonggarkan kebijakan moneter sehingga euro dan poundsterling tidak mampu menguat tajam.

Dalam pengumuman kebijakan moneter Kamis (12/3/2020), ECB di bawah pimpinan Chirstine Lagarde menambah nilai QE sebesar 120 miliar euro (US$ 105,8 miliar) yang akan dilakukan hingga akhir tahun nanti.

Untuk diketahui, pada bulan September lalu ECB sudah menggelontorkan stimulus guna memacu ekonomi zona euro yang melambat. Saat itu ECB memangkas suku bunga deposit facility sebesar 10 bps menjadi -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.

Bank sentral yang saat itu masih dipimpin Mario Draghi ini juga mengaktifkan kembali program QE yang sebelumnya sudah dihentikan pada akhir tahun 2018.

Sementara pada Rabu (11/3/2020), BoE mengumumkan pemangkasan suku bunga darurat sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 0,25%. Kebijakan dari BoE tersebut serupa dengan The Fed yang juga melakukan pemangkasan suku bunga darurat.

"Pada rapat khusus yang berakhir 10 Maret 2020, Komite Kebijakan Moneter (MPC) secara bulat memutuskan memangkas suku bunga sebesar 50 bps menjadi 0,25%" kata BoE dalam pernyataannya, Rabu (11/3/2020) sebagaimana dilansir CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Klaim Pengangguran AS Melonjak Lagi, Dolar Mulai Tertekan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular