Sesi II Dimulai, IHSG Makin Tertekan & Ambles 4%

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
16 March 2020 14:00
Kemerosotan bursa saham Asia Pasifik menjadi sentimen utama yang membuat IHSG turun hingga 4%.
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami tekanan pada awal sesi II. Kemerosotan bursa saham Asia Pasifik menjadi sentimen utama yang membuat IHSG turun hingga 4%.

Berdasarkan data perdagangan BEI, pada pukul 13.50 WIB, IHSG terkoreksi 4,07% ke level 4.707,58 dan sempat terkoreksi 4,2%. Sebanyak 334 saham mengalami koreksi, 67 saham naik dan 79 saham stagnan. 

Nilai transaksi tercatat mencapai Rp 4,12 triliun. Dimana investor asing tercatat membukukan net buy diseluruh pasar senilai Rp 351,73 miliar.


Neraca dagang yang surplus tak mampu ditransmisikan menjadi sentimen positif bagi IHSG. Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus tinggi pada Februari 2020. Namun alih-alih gembira, sepertinya Indonesia malah perlu waspada.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor pada Februari sebesar US$ 13,94 miliar atau naik 11% year-on-year (YoY). Sementara impor tercatat US$ 11,6 miliar, turun 5,11% YoY. Ini membuat neraca perdagangan membukukan surplus US$ 2,34 miliar, tertinggi sejak 2011.

Di satu sisi, neraca pembayaran yang surplus tinggi menjadi kabar baik. Ketersediaan valas di perekonomian domestik meningkat, sehingga tekanan transaksi berjalan (current account) menurun. Ini bisa menjadi modal untuk memperkuat fondasi rupiah.

Namun di sisi lain, surplus ini patut dikhawatirkan. Pasalnya data yang ada begitu jelas menggambarkan rantai pasok yang rusak. 

Selain itu, sentimen penurunan suku bunga acuan The Fed juga tak mampu menjadi angin segar untuk IHSG. Dini hari tadi (Minggu malam waktu AS) bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengumumkan memangkas suku bunga acuanya (Federal Funds Rate/FFR) sebesar 100 basis poin (bps) menjadi 0-0,25%. Suku bunga tersebut menjadi yang terendah sejak tahun 2015.



Selain itu The Fed juga mengaktifkan kembali program pembelian aset (Quantitative Easing/QE) senilai US$ 700 miliar.

Bank sentral paling powerful di dunia ini juga memangkas suku bunga pinjaman darurat untuk perbankan sebesar 125 bps menjadi 0,25% dan memperpanjang tenornya menjadi 90 hari.


[Gambas:Video CNBC]




(hps/dru) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular