
Naik Tinggi dan Menukik Tajam, Emas Bak Roller Coaster
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 March 2020 17:24

Jakarta, CNBC Indonsia - Pergerakan harga emas dunia bak roller coaster, di awal pekan melesat naik hingga ke level tertinggi sejak 2012, tetapi setelahnya malah menukik tajam. Pandemi virus corona atau COVID-19 menjadi pemicu pergerakan logam mulia sepanjang pekan ini, bahkan dalam beberapa pekan ke belakang.
Lebih dari 100 negara terpapar COVID-19, menjangkiti lebih dari i 145.000 dengan korban meninggal sebanyak 5.411 orang. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan melambat signifikan di tahun ini, yang membuat pasar finansial bergejolak, dan para pelaku pasar mengalihkan investasinya ke aset aman (safe haven) seperti emas.
Hal tersebut membuat emas sempat melesat naik 1,72% ke US$ 1.702,56/troy ons pada hari Senin (9/3/2020). Tetapi setelah mencapai level tersebut harga emas justru terus merosot hingga 8,64% di US$ 1.529,31/troy ons pada perdagangan Jumat kemarin.
Aksi jual masif di bursa saham global di pekan ini seharusnya membawa emas menguat lebih tinggi.
Dari bursa Asia, indeks Nikkei Jepang ambles 11,51%, Kospi Korea Selatan -13,17%. Sementara Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China merosot 8,08% dan 4,85%.
Bursa saham Eropa lebih parah lagi, indeks FTSE 100 Inggris ambles 16,97%, CAC Prancis -19,86%, DAX Jerman -20,1%, dan FTSE MIB Italia paling parah setelah ambrol 23,3%.
Bursa saham AS (Wall Street) juga terpuruk di pekan ini, indeks S&P 500 sepanjang pekan ini merosot 8,79%, Nasdaq -8,17%, dan Dow Jones yang terburuk setelah ambles 10,36%.
Ketika aset-aset berisiko berguguran, pelaku pasar biasanya mengalihkan investasinya ke aset safe haven, dan harga emas cenderung akan menguat. Tetapi nyatanya emas ikut terseret kemerosotan bursa saham global, hingga anjlok lebih dari 8%.
Menukiknya harga emas di pekan ini bisa dikatakan karena posisinya yang sudah tinggi.
Harga emas dunia sedang bersinar di tahun ini, bahkan sempat melewati US$ 1.700/troy ons di awal pekan ini. Sejak akhir 2019, hingga ke level tertinggi tahun ini US$ 1.702,56/troy ons yang dicapai Senin lalu, emas sudah menguat lebih dari 12%.
Di sisi lain, bursa saham global mengalami aksi jual yang masif, sehingga merosot tajam. Kemerosotan tajam di pasar saham tersebut tentunya membuat banyak investor mengalami margin call atau pemberitahuan untuk membayar kekurangan dana.
Dengan demikian, pelaku pasar mencairkan keuntungan dari investasi emas, dan memasukkan kembali di bursa saham untuk menghindari kekurangan dana, dengan harapan bursa saham akan bangkit ketika wabah virus corona berakhir, atau ketika para pemangku kebijakan mulai bertindak guna meminimalisir dampak virus corona ke perekonomian.
Hal tersebut membuat harga emas merosot di pekan ini, meski bursa saham terus mengalami aksi jual.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
Lebih dari 100 negara terpapar COVID-19, menjangkiti lebih dari i 145.000 dengan korban meninggal sebanyak 5.411 orang. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan melambat signifikan di tahun ini, yang membuat pasar finansial bergejolak, dan para pelaku pasar mengalihkan investasinya ke aset aman (safe haven) seperti emas.
Hal tersebut membuat emas sempat melesat naik 1,72% ke US$ 1.702,56/troy ons pada hari Senin (9/3/2020). Tetapi setelah mencapai level tersebut harga emas justru terus merosot hingga 8,64% di US$ 1.529,31/troy ons pada perdagangan Jumat kemarin.
Aksi jual masif di bursa saham global di pekan ini seharusnya membawa emas menguat lebih tinggi.
Dari bursa Asia, indeks Nikkei Jepang ambles 11,51%, Kospi Korea Selatan -13,17%. Sementara Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China merosot 8,08% dan 4,85%.
Bursa saham Eropa lebih parah lagi, indeks FTSE 100 Inggris ambles 16,97%, CAC Prancis -19,86%, DAX Jerman -20,1%, dan FTSE MIB Italia paling parah setelah ambrol 23,3%.
Bursa saham AS (Wall Street) juga terpuruk di pekan ini, indeks S&P 500 sepanjang pekan ini merosot 8,79%, Nasdaq -8,17%, dan Dow Jones yang terburuk setelah ambles 10,36%.
Ketika aset-aset berisiko berguguran, pelaku pasar biasanya mengalihkan investasinya ke aset safe haven, dan harga emas cenderung akan menguat. Tetapi nyatanya emas ikut terseret kemerosotan bursa saham global, hingga anjlok lebih dari 8%.
Menukiknya harga emas di pekan ini bisa dikatakan karena posisinya yang sudah tinggi.
Harga emas dunia sedang bersinar di tahun ini, bahkan sempat melewati US$ 1.700/troy ons di awal pekan ini. Sejak akhir 2019, hingga ke level tertinggi tahun ini US$ 1.702,56/troy ons yang dicapai Senin lalu, emas sudah menguat lebih dari 12%.
Di sisi lain, bursa saham global mengalami aksi jual yang masif, sehingga merosot tajam. Kemerosotan tajam di pasar saham tersebut tentunya membuat banyak investor mengalami margin call atau pemberitahuan untuk membayar kekurangan dana.
Dengan demikian, pelaku pasar mencairkan keuntungan dari investasi emas, dan memasukkan kembali di bursa saham untuk menghindari kekurangan dana, dengan harapan bursa saham akan bangkit ketika wabah virus corona berakhir, atau ketika para pemangku kebijakan mulai bertindak guna meminimalisir dampak virus corona ke perekonomian.
Hal tersebut membuat harga emas merosot di pekan ini, meski bursa saham terus mengalami aksi jual.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular