Rupiah Bangkit vs Yen, Jauhi Level Terlemah Sepanjang Sejarah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 March 2020 10:10
Yen berjaya dalam beberapa pekan terakhir, baik melawan rupiah maupun dolar AS.
Foto: REUTERS/Thomas White
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya menguat melawan yen di awal perdagangan Selasa (10/3/2020) setelah menyentuh rekor terlemah sepanjang sejarah awal pekan kemarin.

Pada pukul 9:25 WIB, Selasa ini (10/3/2020), kurs rupiah berada di level Rp 139,48/JPY, menguat 0,74% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Sementara pada Senin kemarin rupiah jeblok lebih dari 4% di Rp 140,52/JPY, bahkan sempat menyentuh level Rp 141,18/JPY yang menjadi rekor terlemah sepanjang sejarah.

Sementara itu dolar AS yang kemarin jeblok 2,81% melawan yen dan berada di level terlemah sejak November 2016 berhasil menguat 0,87% melawan yen ke 103,23/US$.

Yen berjaya dalam beberapa pekan terakhir, baik melawan rupiah maupun dolar AS. Kecemasan akan pelambatan ekonomi global akibat wabah virus corona membuat pelaku pasar keluar dari aset-aset berisiko dan masuk ke aset aman (safe haven) seperti yen.



Bursa saham global ambles pada perdagangan Senin kemarin. Indeks Nikkei Jepang jeblok lebih dari 5%, Kospi Korea Selatan lebih dari 4% dan Shanghai Composite China lebih dari 3%.

Kemudian dari Eropa, DAX 30 Jerman, FTSE 100 Inggris dan CAC 40 Perancis, ambles lebih dari 7%. Sementara itu FTSE MIB Italia anjlok lebih dari 11%.

Sementara itu, bursa saham AS (Wall Street) lebih parah lagi, kiblat bursa saham dunia tersebut perdagangannya dihentikan hanya hitungan menit setelah dibuka pada Senin (9/3/2020).

Seperti dikutip dari Reuters, penghentian perdagangan dilakukan karena indeks karena S&P 500 turun 7% dan memicu penghentian otomatis perdagangan selama 15 menit. Ini merupakan penghentian perdagangan pertama sejak krisis 2008-2009.

Di akhir perdagangan, indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq masing-masing merosot lebih dari 7%.

Patut diingat penyebab utama anjloknya bursa saham global adalah wabah virus corona yang berisiko menekan pertumbuhan ekonomi global. Yen pun menjadi alternatif investasi karena statusnya sebagai aset safe haven.

Penguatan yen juga didukung oleh status Jepang sebagai negara kreditur terbesar di dunia.



Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip CNBC International, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.

Jumlah kepemilikan aset asing oleh Jepang bahkan 1,3 kali lebih banyak dari Jerman yang menduduki peringkat kedua negara kreditur terbesar di dunia. Saat terjadi gejolak di pasar finansial, investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen terus menguat.

Penguatan yen sebenarnya kurang bagus bagi ekonomi Jepang. Produk dari Negeri Samurai ini menjadi kurang kompetitif jika yen terus menguat, dampaknya perekonomian Jepang bisa semakin terpukul, dan resesi bisa semakin nyata. Di kuartal IV-2019 lalu ekonomi Jepang berkontaksi 1,6% quarter-on-quarter (QoQ) bahkan menjadi yang terdalam sejak 6 tahun terakhir.

Oleh karena itu bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) Senin kemarin menyatakan siap bertindak untuk meredam gejolak finansial.

"Kami akan berupaya untuk menyediakan likuiditas yang cukup dan memastikan stabilitas di pasar finansial melalui operasi pembelian obligasi dan menambah pembelian ETF" kata Guberbur BoJ, Haruhiko Kuroda di hadapan Parlemen Jepang, Senin (9/3/2020) sebagaimana dilansir Kyodonews.

Operasi moneter BoJ mulai terlihat, yen mulai melemah pada hari ini, dan rupiah berhasil menjauhi level terlemah sepanjang masa.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular