
Italia Lockdown, Euro Melesat ke Level Tertinggi 1 Tahun
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 March 2020 17:46

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar euro melesat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (9/3/2020) meski wabah virus corona mengganas di beberapa negara Benua Biru.
Italia bahkan harus mengisolasi (lockdown) beberapa wilayahnya agar penyebaran virus corona (COVID-19) tidak meluas.
Di awal perdagangan hari ini, euro sempat menguat 1,83% ke 1,1492/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut menjadi yang tertinggi sejak 31 Januari 2019. Sementara pada pukul 17:10 WIB, penguatan euro sedikit terpangkas menjadi 1,13% di 1,1413/US$.
Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE jumlah kasus virus corona kini lebih dari 110.000 orang, dengan korban meninggal sebanyak 3.840 orang.
Di Eropa, lonjakan kasus terjadi di Jerman mencapai 1,112 kasus dan Perancis 1.209 kasus. Selain itu di Italia, hingga saat ini sudah ada 7.375 kasus. Italia juga menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak ketiga, di bawah China dan Korea Selatan.
Pemerintah Italia sudah mengambil langkah tegas dengan menutup daerah Lombardy, dan 14 provinsi lainnya yaitu Modena, Parma, Piacenza, Reggio Emilia, Rimini, Pesaro, Urrbino, Alessandria, Asti, Novara, Vebano-Cusio-Ossola, Vercelli, Padua, Treviso, dan Venesia. Total jumlah penduduk di daerah-daerah yang ditutup itu sekira 16 juta orang.
"Kita menghadapi situasi darurat nasional. Pemerintah dari awal sudah memilih untuk jujur dan transparan. Sekarang kita bergerak dengan penuh keberanian, ketegasan, dan determinasi. Kita harus membatasi ruang penyebaran virus dan mencegah rumah sakit kesulitan dalam menangani pasien," tegas Giuseppe Conte, Perdana Menteri Italia, seperti dikutip dari Reuters.
Lombardy adalah daerah yang berada di Provinsi Milan dan merupakan pusat keuangan di Italia. Ada 16 juta orang, sekitar 26% dari populasi Italia, mengalami kesulitan mobilitas karena penutupan akses.
Sektor pariwisata Italia juga pasti kena dampak signifikan, karena penutupan museum, stadion olahraga, dan tempat-tempat wisata lainnya. Padahal sektor pariwisata menyumbang sekitar 14% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Italia.
Meski demikian, isolasi beberapa wilayah tersebut ternyata belum menekan nilai tukar euro. Sebabnya, dolar AS sedang mengalami tekanan hebat.
Jumlah kasus corona di AS kini mencapai 554 orang, negara bagian California dan New York bahkan sudah mengumumkan kondisi darurat corona. Selain akibat wabah corona, risiko pelambatan ekonomi juga membayangi ekonomi Paman Sam, sehingga bank sentrakl AS (Federal Reserve/The Fed harus memangkas suku bunga.
The Fed pada pekan lalu mengejutkan pasar dengan memangkas suku bunga 50 basis poin (bps) menjadi 1-1,25%, dan diprediksi memangkas lagi dengan jumlah yang sama pada pekan depan.
Pelaku pasar memprediksi The Fed masih akan memangkas suku bunga lagi saat mengumumkan suku bunga 18 Maret (19 Maret waktu Indonesia) nanti.
Berdasarkan data dari piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat adanya probabilitas sebesar 77,5% The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 bps menjadi 0,5-0,75%. Selain itu pelaku pasar melihat 22,5% suku bunga akan dipangkas 75 bps menjadi 0,25%-0,5%, dan tidak ada probabilitas suku bunga dipangkas 25 bps atau dipertahankan. Akibatnya, euro berhasil terus menekan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Italia bahkan harus mengisolasi (lockdown) beberapa wilayahnya agar penyebaran virus corona (COVID-19) tidak meluas.
Di awal perdagangan hari ini, euro sempat menguat 1,83% ke 1,1492/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut menjadi yang tertinggi sejak 31 Januari 2019. Sementara pada pukul 17:10 WIB, penguatan euro sedikit terpangkas menjadi 1,13% di 1,1413/US$.
Di Eropa, lonjakan kasus terjadi di Jerman mencapai 1,112 kasus dan Perancis 1.209 kasus. Selain itu di Italia, hingga saat ini sudah ada 7.375 kasus. Italia juga menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak ketiga, di bawah China dan Korea Selatan.
Pemerintah Italia sudah mengambil langkah tegas dengan menutup daerah Lombardy, dan 14 provinsi lainnya yaitu Modena, Parma, Piacenza, Reggio Emilia, Rimini, Pesaro, Urrbino, Alessandria, Asti, Novara, Vebano-Cusio-Ossola, Vercelli, Padua, Treviso, dan Venesia. Total jumlah penduduk di daerah-daerah yang ditutup itu sekira 16 juta orang.
"Kita menghadapi situasi darurat nasional. Pemerintah dari awal sudah memilih untuk jujur dan transparan. Sekarang kita bergerak dengan penuh keberanian, ketegasan, dan determinasi. Kita harus membatasi ruang penyebaran virus dan mencegah rumah sakit kesulitan dalam menangani pasien," tegas Giuseppe Conte, Perdana Menteri Italia, seperti dikutip dari Reuters.
Lombardy adalah daerah yang berada di Provinsi Milan dan merupakan pusat keuangan di Italia. Ada 16 juta orang, sekitar 26% dari populasi Italia, mengalami kesulitan mobilitas karena penutupan akses.
Sektor pariwisata Italia juga pasti kena dampak signifikan, karena penutupan museum, stadion olahraga, dan tempat-tempat wisata lainnya. Padahal sektor pariwisata menyumbang sekitar 14% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Italia.
Meski demikian, isolasi beberapa wilayah tersebut ternyata belum menekan nilai tukar euro. Sebabnya, dolar AS sedang mengalami tekanan hebat.
Jumlah kasus corona di AS kini mencapai 554 orang, negara bagian California dan New York bahkan sudah mengumumkan kondisi darurat corona. Selain akibat wabah corona, risiko pelambatan ekonomi juga membayangi ekonomi Paman Sam, sehingga bank sentrakl AS (Federal Reserve/The Fed harus memangkas suku bunga.
The Fed pada pekan lalu mengejutkan pasar dengan memangkas suku bunga 50 basis poin (bps) menjadi 1-1,25%, dan diprediksi memangkas lagi dengan jumlah yang sama pada pekan depan.
Pelaku pasar memprediksi The Fed masih akan memangkas suku bunga lagi saat mengumumkan suku bunga 18 Maret (19 Maret waktu Indonesia) nanti.
Berdasarkan data dari piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat adanya probabilitas sebesar 77,5% The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 bps menjadi 0,5-0,75%. Selain itu pelaku pasar melihat 22,5% suku bunga akan dipangkas 75 bps menjadi 0,25%-0,5%, dan tidak ada probabilitas suku bunga dipangkas 25 bps atau dipertahankan. Akibatnya, euro berhasil terus menekan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Most Popular