Rupiah Memang Menguat, Tetapi Rapuh Seperti Hatimu...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 March 2020 08:19
Corona Menggila, Hawa Resesi Membahana
Foto: Memakai Masker, Antisipasi Masuknya Virus Corona ke Indonesia. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Akan tetapi, rupiah masih harus waspada karena sejatinya sentimen yang menyelimuti pasar keuangan dunia masih negatif. Pertama tentu penyebaran virus corona yang semakin menghawatirkan.

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:13 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia sudah mencapai 113.583. Korban jiwa sudah mendekati 4.000 orang, tepatnya 3.996 orang.


Di luar China, penyebaran virus corona kian membikin cemas. Misalnya di Italia, kini jumlah kasus corona di Negeri Menara Pisa adalah 9.172 dengan korban meninggal 463 orang. Kasus dan jumlah korban jiwa di Italia adalah yang terbesar di luar China.

 

Pemerintah Italia sudah menutup akses dari dan ke wilayah Lombandy di Provinsi Milan. 'Penguncian' juga dilakukan di 14 provinsi lainnya.

Pemerintah mengimbau warga untuk tetap di rumah kalau tidak bekerja atau ada urusan yang mendesak. Warga juga diminta menjaga jarak sosial, bahkan kursi di restoran tidak boleh lagi berdekatan, minimal ada jarak satu meter.

'Korban' dari larangan interaksi sosial ini adalah calcio alias sepakbola. Maklum, pertandingan sepakbola di stadion adalah tempat berkumpulnya ribuan manusia. Risiko penularan jadi semakin besar.

Akhir pekan lalu, Liga Italia Serie A masih dipertandingkan meski tanpa penonton. Namun kini pemerintah bertindak tegas. Kompetisi Serie A dihentikan sampai batas waktu yang belum ditentukan.


Vincenzo Spadafora, Menteri Olah Raga Italia, mengecam Serie A yang masih berlangsung sampai pekan lalu. Seharusnya liga sudah dihentikan untuk mencegah penularan virus lebih lanjut.

"Dunia sepakbola merasa imun terhadap aturan dan pengorbanan. Pertandingan yang berlangsung tersebut adalah bentuk rasa tidak bertanggung jawab dari Serie A dan presidennya Paolo dal Pino. Kami meminta warga untuk tetap di rumah," tegas Spadafora, seperti diberitakan BBC.

Pembatasan aktivitas publik untuk meredam risiko penularan memang langkah yang benar, karena nyawa adalah prioritas utama. Namun kebijakan seperti ini, apalagi kalau diterapkan di banyak negara, akan memperlambat atau bahkan menghentikan roda perekonomian.

Oleh karena itu, perlambatan ekonomi dunia gara-gara corona sudah tidak bisa dihindari lagi. Bahkan sejumlah pihak mulai bicara soal risiko resesi.

"Dalam pandangan kami, situasi yang terburuk masih akan datang beberapa bulan lagi. Sudah terlihat ada risiko resesi di AS dan Eropa pada paruh pertama tahun ini, tetapi bisa pulih pada paruh kedua. Namun Jepang sepertinya sangat mungkin untuk mengalami resesi," kata Joachim Fels, Global Economic Advisor di PIMCO, seperti diberitakan Reuters.



(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular