
Karantina Besar-besaran Efek Corona, Bursa Italia Jatuh 11%
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
09 March 2020 18:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Tindakan karantina besar-besaran yang dilakukan pemerintah Italia yang membatasi pergerakan masyarakat di wilayah utara, kini menciptakan kepanikan di antara penduduk yang pada akhirnya memicu perpecahan antara wilayah utara dan selatan Negeri Pizza tersebut.
Perpecahan dimulai ketika Perdana Menteri Giuseppe Conte menandatangani dekrit yang memberlakukan pembatasan di wilayah utara Lombardy yang menjadi pusat penyebaran wabah di Italia, dengan 14 provinsi lain di utara hingga 3 April mendatang. Dektrit itu diteken pada Minggu (8/3/2020) kemarin.
Langkah-langkah tersebut mempengaruhi lebih dari 16 juta orang, melarang mereka masuk dan keluar dari daerah tersebut, seperti yang diberitakan oleh CNBC Internasional.
Penerbitan draft keputusan tersebut mengungkapkan tindakan karantina akan memicu kepanikan di antara penduduk yang berusaha keluar sebelum pembatasan diberlakukan setelah tengah malam.
Laporan-laporan media mengatakan bar dan restoran dikosongkan dengan ribuan orang berusaha meninggalkan daerah itu dengan mobil dan kereta api dan berujung kekacauan.
Bahkan dilaporkan adanya kerusuhan di sebuah penjara di Modena saat para tahanan diberitahu bahwa kunjungan penjara dari kerabat telah dilarang untuk mencegah penyebaran infeksi.
Akibat peristiwa ini, indeks acuan utama yang berisi saham-saham unggulan alias blue chip di Borsa Italiana, yakni FTSE MIB (Milano Indice Borsa) dibuka Senin (9/3/2020) bersama dengan pasar Eropa lainnya dan ambruk. Ketika indeks dibuka, saham-saham di indeks tersebut diperdagangkan turun di sekitar 2.290 poin, atau sekitar 11%.
Ekonom di Italia memperkirakan bahwa ekonomi Italia, yang sudah lemah sebelum masuknya wabah corona ke negara tersebut, akan masuk ke dalam resesi.
Pemerintah Italia sendiri telah mengumumkan bahwa mereka akan menghabiskan miliaran euro untuk mencoba mengurangi dampak ekonomi dari virus pada bisnis dan untuk membantu sistem perawatan kesehatan wilayah utara yang dikarantina.
Italia sekarang memiliki 7.375 kasus dikonfirmasi virus dan 366 kematian. Wabah corona sendiri terkonsentrasi di wilayah utara Lombardy terkaya Italia, dengan 3.372 kasus dikonfirmasi; wilayah Emilia-Romagna dengan 1.097 kasus; dan Veneto yang menimbulkan kesenjangan ekonomi dan budaya Italia utara-selatan.
Sebelumnya Bursa Eropa juga dibuka melemah tajam pada awal perdagangan Senin (9/3/2020). Ini terjadi setelah wabah virus corona asal Wuhan, China, membuat investor global khawatir.
Selain itu kinerja bursa juga diperburuk oleh merosotnya harga minyak pasca OPEC+ memutuskan untuk tidak melanjutkan pemangkasan produksi.
Indeks Pan-European Stoxx 600 turun 6% pada awal perdagangan, saham minyak dan gas dan sumber daya dasar anjlok 7,4%, memimpin penurunan saat semua sektor dan bursa utama memasuki wilayah negatif.
(tas/tas) Next Article Jadi 'Korban' Corona, IHSG Ambles 6,9%, Asing Masih Kabur!
Perpecahan dimulai ketika Perdana Menteri Giuseppe Conte menandatangani dekrit yang memberlakukan pembatasan di wilayah utara Lombardy yang menjadi pusat penyebaran wabah di Italia, dengan 14 provinsi lain di utara hingga 3 April mendatang. Dektrit itu diteken pada Minggu (8/3/2020) kemarin.
Langkah-langkah tersebut mempengaruhi lebih dari 16 juta orang, melarang mereka masuk dan keluar dari daerah tersebut, seperti yang diberitakan oleh CNBC Internasional.
Penerbitan draft keputusan tersebut mengungkapkan tindakan karantina akan memicu kepanikan di antara penduduk yang berusaha keluar sebelum pembatasan diberlakukan setelah tengah malam.
Laporan-laporan media mengatakan bar dan restoran dikosongkan dengan ribuan orang berusaha meninggalkan daerah itu dengan mobil dan kereta api dan berujung kekacauan.
Bahkan dilaporkan adanya kerusuhan di sebuah penjara di Modena saat para tahanan diberitahu bahwa kunjungan penjara dari kerabat telah dilarang untuk mencegah penyebaran infeksi.
Akibat peristiwa ini, indeks acuan utama yang berisi saham-saham unggulan alias blue chip di Borsa Italiana, yakni FTSE MIB (Milano Indice Borsa) dibuka Senin (9/3/2020) bersama dengan pasar Eropa lainnya dan ambruk. Ketika indeks dibuka, saham-saham di indeks tersebut diperdagangkan turun di sekitar 2.290 poin, atau sekitar 11%.
Ekonom di Italia memperkirakan bahwa ekonomi Italia, yang sudah lemah sebelum masuknya wabah corona ke negara tersebut, akan masuk ke dalam resesi.
Pemerintah Italia sendiri telah mengumumkan bahwa mereka akan menghabiskan miliaran euro untuk mencoba mengurangi dampak ekonomi dari virus pada bisnis dan untuk membantu sistem perawatan kesehatan wilayah utara yang dikarantina.
Italia sekarang memiliki 7.375 kasus dikonfirmasi virus dan 366 kematian. Wabah corona sendiri terkonsentrasi di wilayah utara Lombardy terkaya Italia, dengan 3.372 kasus dikonfirmasi; wilayah Emilia-Romagna dengan 1.097 kasus; dan Veneto yang menimbulkan kesenjangan ekonomi dan budaya Italia utara-selatan.
Sebelumnya Bursa Eropa juga dibuka melemah tajam pada awal perdagangan Senin (9/3/2020). Ini terjadi setelah wabah virus corona asal Wuhan, China, membuat investor global khawatir.
Selain itu kinerja bursa juga diperburuk oleh merosotnya harga minyak pasca OPEC+ memutuskan untuk tidak melanjutkan pemangkasan produksi.
Indeks Pan-European Stoxx 600 turun 6% pada awal perdagangan, saham minyak dan gas dan sumber daya dasar anjlok 7,4%, memimpin penurunan saat semua sektor dan bursa utama memasuki wilayah negatif.
Indeks FTSE di Inggris drop 8,53%, index DAX di Jerman drop 8,11%, dan indeks CAC di Prancis merosot 4,45%.
![]() |
(tas/tas) Next Article Jadi 'Korban' Corona, IHSG Ambles 6,9%, Asing Masih Kabur!
Most Popular