
IHSG Terseok-seok, Target Akhir Tahun Direvisi Jadi 6.500
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
09 March 2020 15:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus merana dan melorot ke bawah level 5.200. Pada pukul 14.48 WIB, Senin ini (9/3/2020), indeks acuan Bursa Efek Indonesia (BEI) ini minus 5,67% di level 5.186 dengan net sell atau jual bersih asing mencapai Rp 467 miliar.
Koreksi IHSG ini terjadi di tengah aksi jual panik (panic selling) di bursa-bursa utama Asia dan kejatuhan harga minyak dunia membuat investor di pasar saham domestik ikut-ikutan melakukan aksi jual.
Data BEI mencatat, sebanyak 372 saham ambles, sementara yang naik hanya 46, sementara sisanya stagnan dan tidak diperdagangkan.
Di tengah kejatuhan indeks, PT Mirae Asset Sekuritas memangkas proyeksi IHSG hingga akhir tahun ini. Sentimen negatif dari meluasnya penyebaran virus corona secara global yang berakibat pada melemahnya harga komoditas menjadi pertimbangan pemangkasan tersebut.
Head of Research Mirae Asset Sekuritas, Hariyanto Wijaya menyiapkan tiga skenario IHSG hingga pengujung akhir tahun.
Pertama, untuk base scenario, Mirae Asset Sekuritas memangkas target IHSG dari sebelumnya 7.140 poin menjadi 6.500 poin.
Dengan asumsi, valuasi earnings per share (EPS) 5% dari proyeki awal 9%. Base scenario ini dapat terjadi bila wabah corona tidak terjadi secara signifikan di Indonesia dan wabah secara global mulai mereda pada akhir Mei, serta harga CPO (minyak sawit mentah) global yang mulai stabil di kisaran RM2.500 per ton.
EPS atau yang disebut juga sebagai laba per saham merupakan rasio keuangan yang mengukur jumlah laba bersih yang diperoleh per saham yang beredar.
"Saat ini sentimen Corona menyebabkan harga komoditas melemah," tutur Hariyanto dalam diskusi terbatas dengan awak media di Jakarta, Senin (9/3/2020).
Pada skenario bull case, Mirae memperkirakan IHSG pada akhir tahun mencapai level 7.350, dipangkas dari sebelumnya 7.920. Penghitungan ini mengacu pada proyeksi valuasi earnings per share (EPS) sebesar 6% dari proyeksi awal 11%.
Skenario terakhir, bear case, Mirae memprediksi, IHSG akan mencapai level 5.400 pada ujung tahun ini, dipangkas dari sebelumnya 6.000 poin. Valuasi EPS juga diturunkan dari 5% menjadi hanya 1 persen saja.
Asumsi ini dihitung dengan pertimbangan risiko penyebaran wabah Corona di Indonesia sangat signifikan dan di global terus meluas hingga Mei 2020 dan kejatuhan harga CPO di bawah RM 2.000 per ton.
Hariyanto menuturkan, dari dalam negeri, katalis positif yang dapat menopang laju IHSG hingga akhir tahun ini antara lain stimulus baik dari sisi stimulus fiskal dan moneter. Bank Indonesia, kata dia, juga diproyeksikan masih memiliki ruang memangkas suku bunga acuan dari posisi saat ini 4,25% merespons penurunan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin.
(tas/tas) Next Article Jadi 'Korban' Corona, IHSG Ambles 6,9%, Asing Masih Kabur!
Koreksi IHSG ini terjadi di tengah aksi jual panik (panic selling) di bursa-bursa utama Asia dan kejatuhan harga minyak dunia membuat investor di pasar saham domestik ikut-ikutan melakukan aksi jual.
Data BEI mencatat, sebanyak 372 saham ambles, sementara yang naik hanya 46, sementara sisanya stagnan dan tidak diperdagangkan.
Di tengah kejatuhan indeks, PT Mirae Asset Sekuritas memangkas proyeksi IHSG hingga akhir tahun ini. Sentimen negatif dari meluasnya penyebaran virus corona secara global yang berakibat pada melemahnya harga komoditas menjadi pertimbangan pemangkasan tersebut.
Head of Research Mirae Asset Sekuritas, Hariyanto Wijaya menyiapkan tiga skenario IHSG hingga pengujung akhir tahun.
Pertama, untuk base scenario, Mirae Asset Sekuritas memangkas target IHSG dari sebelumnya 7.140 poin menjadi 6.500 poin.
Dengan asumsi, valuasi earnings per share (EPS) 5% dari proyeki awal 9%. Base scenario ini dapat terjadi bila wabah corona tidak terjadi secara signifikan di Indonesia dan wabah secara global mulai mereda pada akhir Mei, serta harga CPO (minyak sawit mentah) global yang mulai stabil di kisaran RM2.500 per ton.
EPS atau yang disebut juga sebagai laba per saham merupakan rasio keuangan yang mengukur jumlah laba bersih yang diperoleh per saham yang beredar.
"Saat ini sentimen Corona menyebabkan harga komoditas melemah," tutur Hariyanto dalam diskusi terbatas dengan awak media di Jakarta, Senin (9/3/2020).
Pada skenario bull case, Mirae memperkirakan IHSG pada akhir tahun mencapai level 7.350, dipangkas dari sebelumnya 7.920. Penghitungan ini mengacu pada proyeksi valuasi earnings per share (EPS) sebesar 6% dari proyeksi awal 11%.
Skenario terakhir, bear case, Mirae memprediksi, IHSG akan mencapai level 5.400 pada ujung tahun ini, dipangkas dari sebelumnya 6.000 poin. Valuasi EPS juga diturunkan dari 5% menjadi hanya 1 persen saja.
Asumsi ini dihitung dengan pertimbangan risiko penyebaran wabah Corona di Indonesia sangat signifikan dan di global terus meluas hingga Mei 2020 dan kejatuhan harga CPO di bawah RM 2.000 per ton.
Hariyanto menuturkan, dari dalam negeri, katalis positif yang dapat menopang laju IHSG hingga akhir tahun ini antara lain stimulus baik dari sisi stimulus fiskal dan moneter. Bank Indonesia, kata dia, juga diproyeksikan masih memiliki ruang memangkas suku bunga acuan dari posisi saat ini 4,25% merespons penurunan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin.
![]() |
(tas/tas) Next Article Jadi 'Korban' Corona, IHSG Ambles 6,9%, Asing Masih Kabur!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular