
Bursa Asia Merah Menyala, Bursa Australia Anjlok 7% Lebih
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
09 March 2020 15:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi jual panik (panic selling) di bursa saham Asia Pasifik tak kunjung berhenti hingga penutupan perdagangan. Bursa saham Australia dan Jepang turun paling dalam perdagangan hari ini, Senin (9/3/2020).
Data perdagangan mencatat, indeks acuan Nikkei 225 di Bursa Tokyo turun 5,07%, merupakan penurunan terbesar sejak Februari 2018. Nikkei kehilangan 1.050,99 poin menjadi ditutup pada 19.698,76, jatuh di bawah garis 20.000 yang penting secara psikologis. Indeks Topix yang lebih luas konstituennya turun 5,61%, atau kehilangan 82,49 poin, menjadi 1.388,97.
Sementara di Australia, indesk ASX jebol 7,33%. Di Hong Kong, indeks Hang Seng terkoreksi 4,54%, Shanghai turun 3,01 dan indeks Straits turun 5,93% di Singapura.
Sejak pagi pasar dibuka melemah tajam setelah saham di bursa Wall Street jatuh pada Jumat, dengan saham-saham produsen minyak dan bank jatuh sangat keras.
"Itu seperti penjualan panik [panic selling]," Shinichi Yamamoto, pialang di Okasan Securities di Tokyo, dilansir AFP.
Sementara Italia pun merangsek ke urutan ketiga di mana korbannya cukup cepat mencapai 7.375 yang tertular virus corona. Disusul Iran dengan jumlah pasien positif corona mencapai 1.209 orang.
Harga minyak anjlok setelah OPEC+ gagal capai kata sepakat untuk pangkas lebih dalam produksi minyaknya saat pertemuan di Vienna pekan lalu.
(hps/tas) Next Article Bursa Asia Menghijau Pagi Hari Ini, Apa Sebabnya?
Data perdagangan mencatat, indeks acuan Nikkei 225 di Bursa Tokyo turun 5,07%, merupakan penurunan terbesar sejak Februari 2018. Nikkei kehilangan 1.050,99 poin menjadi ditutup pada 19.698,76, jatuh di bawah garis 20.000 yang penting secara psikologis. Indeks Topix yang lebih luas konstituennya turun 5,61%, atau kehilangan 82,49 poin, menjadi 1.388,97.
Sementara di Australia, indesk ASX jebol 7,33%. Di Hong Kong, indeks Hang Seng terkoreksi 4,54%, Shanghai turun 3,01 dan indeks Straits turun 5,93% di Singapura.
Sejak pagi pasar dibuka melemah tajam setelah saham di bursa Wall Street jatuh pada Jumat, dengan saham-saham produsen minyak dan bank jatuh sangat keras.
"Itu seperti penjualan panik [panic selling]," Shinichi Yamamoto, pialang di Okasan Securities di Tokyo, dilansir AFP.
Kejatuhan bursa saham utama Asia karena merespons perkembangan wabah virus corona dan kejatuhan harga minyak dunia.
Jumlah korban virus corona tercatat sudah mencapai 110.034 kasus positif corona terjadi di berbagai belahan negara. Pada periode tersebut juga, sudah 3.825 orang yang meninggal akibat virus jahat yang sampai detik ini belum ada vaksinnya.
Sebanyak 80.735 kasus positif corona terjadi di China. Sementara pada urutan kedua terbanyak, ada di Korea Selatan dengan 7.382 korban.
Sementara Italia pun merangsek ke urutan ketiga di mana korbannya cukup cepat mencapai 7.375 yang tertular virus corona. Disusul Iran dengan jumlah pasien positif corona mencapai 1.209 orang.
Sementara itu, harga minyak dunia pada pukul 11.54 WIB tercatat telah anjlok lebih dari 25% dalam sehari. Brent melorot 28,1% ke US$ 32,26/barel sementara WTI anjlok lebih dalam sebesar 31,6% di bawah US$ 30/barel atau tepatnya di US$ 28,22/barel.
Harga minyak anjlok setelah OPEC+ gagal capai kata sepakat untuk pangkas lebih dalam produksi minyaknya saat pertemuan di Vienna pekan lalu.
(hps/tas) Next Article Bursa Asia Menghijau Pagi Hari Ini, Apa Sebabnya?
Most Popular