Sepekan Jadi Primadona, Saham Emiten Farmasi 'Gigit Jari'

tahir saleh, CNBC Indonesia
09 March 2020 09:24
Pasar masih diliputi kekhawatiran virus corona.
Foto: Suasana RSPI Sulianti Saroso Saat Kabar Adanya Pasien Positif Corona. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar masih diliputi kekhawatiran setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal pekan ini Senin (9/3) dibuka memerah di level 5.364,6 atau turun 2,44% dibanding periode perdagangan Jumat (6/3) pekan lalu.

Satu menit perdagangan berlangsung, IHSG drop 3,3% ke level 5.316,87. Pada 09.08 WIB, IHSG minus 2,99% di level 5.333.

Data BEI mencatat, dalam sebulan terakhir IHSG minus 10,41% dan year to date atau tahun berjalan indeks terkoreksi hingga 15,35%.

Saham-saham emiten farmasi yang pekan lalu menjadi primadona karena melesat di atas 50% pun pada hari ini gigit jari.


Mengacu data BEI, saham PT Kimia Farma (persero) Tbk (KAEF) yang menguat tajam sepekan lalu hingga 52,6%, hari ini ambles 5,08% di level Rp 840/saham. Saham emiten farmasi 'saudaranya' yakni PT Indofarma Tbk (INAF) yang pekan lalu meroket 72,99% di level Rp 775/saham, kini melorot hingga 6,45% di level Rp 725/saham, padahal asing membukukan beli bersih.

Saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang sepekan lalu mencatatkan kenaikan 1,23% (week on week/wow), hari ini minus 4,45% di level Rp 1.180/saham.

Sementara saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) yang pekan lalu naik 0,81% (wow), hari ini turun tipis 2,02% di level Rp 1.215 saham, padahal asing masuk. Pelemahan saham-saham farmasi seiring dengan aksi jual yang dilakukan investor domestik.


Salah satu sentimen yang masih membayangi adalah RI masih terpapar virus corona (COVID-19) setelah pemerintah mengumumkan pada Minggu (8/3) bahwa sudah ada 6 kasus positif corona di Indonesia.

Juru Bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, menjelaskan bahwa pasien yang positif dan suspect virus corona hanya memerlukan ruang isolasi tanpa peralatan canggih.

"Baik yang dipelajari pada kasus global dan sedang kita alami, bahwa sebagian besar pasien yang positif dan suspect COVID-19 tidak jatuh dalam kondisi berat sehingga tidak memerlukan peralatan canggih," ujar Yurianto, di Kantor Presiden RI, (8/3/2020).

Yurianto juga menghimbau kepada masyarakat untuk tidak perlu panik dan selalu mengecek kesehatan di rumah sakit atau Puskesmas. Karena pemerintah sudah memberikan edukasi di seluruh Puskesmas untuk pengecekan dini.

Foto: Achmad Yurianto. (CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara)

Jadi, masyarakat yang tinggal atau berada di wilayah yang jauh dari rumah sakit bisa juga melakukan pendeteksian dini terhadap wabah virus corona.

"Semua Puskesmas diseluruh Indonesia mampu melakukan deteksi dini untuk hal ini [virus corona], jadi tidak usah panik ke rumah sakit besar," jelas Yurianto.





Tim Riset CNBC Indonesia mencatat, terkait virus corona ada beberapa poin yang perlu diperhatikan terkait emiten saham sektor farmasi ini.

Berikut poin yang perlu dicermati:

Untuk pertama kalinya, emiten farmasi pelat merah ini telah mengekspor 31 ton bahan baku kosmetik ke perusahaan Korea Selatan yakni Jinyoung Bio Co Ltd. Menurut Presiden Direktur KAEF Vedi Budidarmo, ini merupakan gerbang pertama KAEF untuk menembus pasar bahan baku kosmetik global.


Mengingat Korea Selatan saat ini menjadi negara dengan kasus infeksi corona terbanyak kedua setelah China, hal yang perlu diwaspadai adalah potensi ekspor KAEF ke depan.

Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah bahan baku industri farmasi tanah air sebenarnya masih bergantung dari pasokan impor dari China. Sementara China saat ini sedang terkena musibah akibat wabah virus corona.

Epidemi corona yang pertama kali terjadi di Wuhan membuat puluhan kota di China dikarantina dan libur tahun baru imlek diperpanjang. Alhasil aktivitas produksi China terutama untuk industri manufaktur menjadi terhambat dan rantai pasok global menjadi terganggu.

Merespons hal ini emiten berkode KLBF telah menyiapkan strategi dual vendor untuk tetap mendapatkan pasokan bahan bakunya. Manajemen KLBF berasumsi jika wabah ini akan berakhir pada Juni dan akan terjadi kelangkaan pada beberapa bahan baku, maka potensi kehilangan penjualan perusahaan untuk tahun 2020 berkisar di Rp 100-200 miliar.

Untuk emiten farmasi lain yakni SIDO karena konten lokal bahan bakunya sangat tinggi, maka dampaknya ke perusahaan sangatlah minim. Hal ini tentu menjadi sentimen positif untuk perusahaan.

[Gambas:Video CNBC]


(tas/hps) Next Article Kerja Sama Obat Covid, Saham Kalbe Terbang, Genexine Tumbang!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular