
Diserang Corona, Cadangan Devisa China Ambles Rp 125 T
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
07 March 2020 15:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Cadangan devisa China pada Februari anjlok cukup dalam seiring dengan pelemahan Yuan karena kekhawatiran penyebaran epidemi virus corona (Covid-19) yang berdampak pada perekonomian negeri Tirai Bambu.
Mengutip Reuters, Sabtu (7/3/2020), cadangan devisa China berada di posisi US$ 3,11 triliun atau anjlok sekitar US$ 8,78 miliar atau sekitar Rp 125,13 triliun dibandingkan posisi pada bulan sebelumnya, seperti diumumkan hari ini.
Dalam jejak pendapat yang dihimpun Reuters, para analis memperkirakan cadangan devisa China bisa tergerus hingga US$ 15,50 miliar menjadi US$ 3,1 triliun dipicu dari fluktuasi yuan serta obligasi.
Arus modal asing yang masuk ke negeri Tirai Bambu selama ini telah membantu perekonomian China terjaga stabilitasnya, kendati diterpa ancaman perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) dan melempemnya pertumbuhan ekonomi domestik.
Namun, anjloknya mata uang Yuan pada Februari menandakan para investor mulai meninggalkan aset di negara kawasan Asia untuk mengalihkan ke negara-negara yang jauh dianggap lebih aman.
Wabah virus corona serta langkah kebijakan pemerintah China menahan penyebarannya bukan tidak mungkin akan mengurangi separuh dari pertumbuhan ekonomi negeri Tirai Bambu pada kuartal pertama tahun ini, menurut Reuters.
(hps/hps) Next Article China Mulai Gerah, Dolar AS Mulai "Dibuang"
Mengutip Reuters, Sabtu (7/3/2020), cadangan devisa China berada di posisi US$ 3,11 triliun atau anjlok sekitar US$ 8,78 miliar atau sekitar Rp 125,13 triliun dibandingkan posisi pada bulan sebelumnya, seperti diumumkan hari ini.
Dalam jejak pendapat yang dihimpun Reuters, para analis memperkirakan cadangan devisa China bisa tergerus hingga US$ 15,50 miliar menjadi US$ 3,1 triliun dipicu dari fluktuasi yuan serta obligasi.
Namun, anjloknya mata uang Yuan pada Februari menandakan para investor mulai meninggalkan aset di negara kawasan Asia untuk mengalihkan ke negara-negara yang jauh dianggap lebih aman.
Wabah virus corona serta langkah kebijakan pemerintah China menahan penyebarannya bukan tidak mungkin akan mengurangi separuh dari pertumbuhan ekonomi negeri Tirai Bambu pada kuartal pertama tahun ini, menurut Reuters.
(hps/hps) Next Article China Mulai Gerah, Dolar AS Mulai "Dibuang"
Most Popular