Investor Asing Kabur Lagi dari RI, Rupiah Terburuk di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 March 2020 17:43
The Fed Diprediksi Agresif Pangkas Suku Bunga
Foto: REUTERS/Carlos Barria
Seperti diketahui sebelumnya, pada Selasa malam (Selasa pagi waktu AS) lalu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) secara tiba-tiba mengumumkan memangkas suku bunga acuannya atau Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1-1,25%.

Pemangkasan yang mendadak sebesar itu merupakan yang pertama sejak Desember 2008 atau saat krisis finansial. Kala itu The Fed memangkas suku bunga sebesar 75 bps.

Bank sentral paling powerful di dunia ini seharusnya mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Maret waktu AS, tetapi penyebaran wabah corona virus menjadi alasan The Fed memangkas suku bunga lebih awal dari jadwal RDG.


Dalam konferensi pers setelah pengumuman tersebut, pimpinan The Fed Jerome Powell mengatakan keputusan pemangkasan suku bunga diambil setelah para anggota dewan The Fed melihat wabah virus corona mempengaruhi outlook perekonomian.

"Besarnya efek virus corona terhadap perekonomian AS masih sangat tidak menentu dan berubah-ubah. Melihat latar belakang tersebut, anggota dewan menilai risiko terhadap outlook perekonomian telah berubah secara material. Merespon hal tersebut, kami telah melonggarkan kebijakan moneter untuk memberikan lebih banyak support ke perekonomian" kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International.

Pemangkasan tersebut sudah diprediksi oleh pelaku pasar, hanya saja terjadi lebih cepat dari jadwal RDG dua pekan mendatang.



Kini, pelaku pasar kembali memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga 25 bps saat mengumumkan suku bunga 18 Maret (19 Maret waktu Indonesia) nanti. Tidak cukup sampai di situ, The Fed juga diprediksi akan kembali memangkas suku bunga sebesar 50 bps di bulan April mendatang, sebagaimana dilansir CNBC International.

Bahkan beberapa pelaku pasar juga melihat kemungkinan The Fed mengaktifkan kembali program pembelian aset atau uang dikenal dengan istilah quantitiatve easing (QE). Dampaknya, dolar AS mengalami tekanan, sayangnya belum bisa dimanfaatkan rupiah untuk menguat. Outflow yang terjadi di pasar saham dan obligasi membuat rupiah tak bertenaga. 


TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]



(pap/tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular