Pasar Global Kacau Gegara Corona, Emas & Yen Jadi Primadona

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 March 2020 17:03
Emas, Yen, hingga Obligasi AS Mengalami Aksi Beli
Foto: Dok ANTAM
Di saat aksi jual terjadi di bursa saham, para pelaku pasar mengalihkan investasinya ke aset-aset yang dianggap aman (safe haven) seperti emas, mata uang yen, hingga obligasi AS.

Sejak kemunculan wabah virus corona di China pada pertengahan Januari lalu, harga emas terus bergerak naik hingga mencapai level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.

Virus corona sebenarnya sudah ditemukan pada akhir Desember lalu, tetapi penyebarannya secara masif baru dimulai sejak pertengahan Januari, dan memicu aksi jual di bursa saham China.

Seperti disebutkan di halaman sebelumnya, indeks Shanghai mulai melemah sejak 14 Januari. Jika melihat sejak hari itu hingga Kamis kemarin harga emas dunia sudah melesat naik 6% dan ke US$ 1.670,3/troy ons, yang merupakan level penutupan tertinggi sejak Februari 2013.



Meski merupakan aset tanpa imbal hasil, tetapi emas menjadi salah satu aset safe haven yang paling diburu pelaku pasar saat terjadi gejolak finansial.

Nasib berbeda dialami aset safe haven lainnya, yakni yen. Mata uang Jepang ini sempat tertekan melawan dolar AS hingga ke level terlemah 10 bulan pada 20 Februari lalu meski bursa saham global sedang "kebakaran".

Sebabnya, Jepang menjadi salah satu negara dengan kasus virus corona terbanyak, dan perekonomiannya dikhawatirkan mengalami resesi akibat pelambatan ekonomi China.

Perekonomian Jepang berkontraksi tajam di kuartal IV-2019, bahkan menjadi yang terdalam sejak 6 tahun terakhir. Data dari Cabinet Office menunjukkan produk domestic bruto (PBD) kuartal IV-2019 berkontraksi 1,6% quarter-on-quarter (QoQ), menjadi yang terdalam sejak kuartal II-2014.

Wabah virus corona memperburuk outlook ekonomi Jepang, yang membuat nilai tukar yen terus tertekan, bahkan diprediksi bisa kehilangan statusnya sebagai aset safe haven.

Tetapi, sejak mencapai level terlemah 10 bulan tersebut yen bangkit, hingga perdagangan hari ini sudah menguat lebih dari 5% dan menyentuh level terkuat dalam 6 bulan terakhir. Wabah virus corona yang masuk ke AS serta The Fed yang agresif memangkas suku bunga membuat yen kembali berjaya melawan dolar AS.



Selain itu penyebab yen kembali menguat adalah status Jepang sebagai negara kreditur terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip CNBC International, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.

Jumlah kepemilikan aset asing oleh Jepang bahkan 1,3 kali lebih banyak dari Jerman yang menduduki peringkat kedua negara kreditur terbesar di dunia. Saat terjadi gejolak di pasar finansial, investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi perkasa.

Selain kedua aset tersebut, obligasi AS atau Treasury yang paling menjadi incaran pelaku pasar. Hal tersebut terlihat dari turunnya yield Treasury tenor 10 tahun ke level terendah sepanjang masa. Sejak 14 Januari hingga hari ini yield Treasury tenor 10 tahun sudah turun 77,68 basis poin (bps) menjadi 0,8112%.



Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun. Itu artinya saat yield turun, permintaan obligasi sedang tinggi.

Meski imbal hasil riil yang didapat dari Treasury AS sangat rendah, tetapi pelaku pasar lebih mementingkan keamanan saat pertumbuhan ekonomi global berisiko melambat dan terjadi gejolak di pasar finansial.

Wabah virus corona memang sudah menunjukkan tanda-tanda melambat di China, tetapi terjadi lonjakan di negara-negara lain. Jika sampai kuartal II-2020 wabah COVID-19 ini masih belum berakhir, pelambatan ekonomi global berisiko semakin dalam, dan ketiga aset tersebut masih akan jadi buruan pelaku pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]



(pap/tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular