Efek Covid-19

Jangan Kaget! Dolar AS Tak Kuasa Lawan 4 Mata Uang Ini

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 May 2020 13:04
U.S. dollar and Euro banknotes are seen in this picture illustration taken May 3, 2018. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) benar-benar mengguncang dunia, perekonomian global merosot bahkan terancam mengalami resesi.

Berdasarkan data Worldometer, hingga saat ini virus corona sudah "menyerang" lebih dari 200 negara dan teritori, menjangkiti lebih dari 5 juta orang, dengan 334.621 orang meninggal dunia dan lebih dari 2 juta orang sembuh.

Nyaris tidak ada negara yang bebas dari kemerosotan ekonomi, sebabnya penerapan kebijakan karantina wilayah (lockdown) di berbagai negara yang menyebabkan arus transaksi barang dan jasa global tersendat. Merosotnya perekonomian tentunya berdampak buruk terhadap nilai tukar mata uang suatu negara.

Beberapa mata uang yang dianggap aset aman (safe haven) masih mampu menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di kemerosotan ekonomi. Maklum saja, statusnya sebagai safe haven justru menjadi incaran pelaku pasar, dolar AS juga menjadi salah satu aset safe haven, maka wajar the greenback membuat rontok mata uang lainnya.

Tetapi, mata uang juara atau dengan kinerja terbaik di dunia melawan dolar AS saat ini justru bukan mata uang safe haven, bahkan mungkin tidak semua orang tahu.



Hingga saat ini hanya ada 4 mata uang yang masih membukukan kinerja positif melawan dolar AS di tengah kemerosotan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Berdasarkan dara Refinitiv, berikut ke-empat mata uang tersebut

Franc Swiss
Sepanjang tahun ini atau secara year-to-date (YTD) franc membukukan penguatan 0,3% melawan dolar AS, dan menduduki peringkat terbaik ke-4 mata uang terbaik dunia. Maklum saja, franc merupakan salah satu mata uang yang dianggap safe haven. "Keistimewaan" tersebut membuatnya malah menjadi salah satu aset investasi pelaku pasar di saat perekomomian global merosot akibat pandemi Covid-19.

Perekonomian Swiss di tahun ini diprediksi akan mengalami kontraksi alias minus 6,7% di tahun ini, dan menjadi yang terburuk sejak 1975.

Jumlah kasus Covid-19 di Swiss sebenarnya cukup besar, berdasarkan data Worldometer, hingga saat ini lebih dari 30.694 orang dinyatakan positif. Dari total kasus tersebut, sebanyak 1.898 orang meninggal dunia, dan 27.900  sembuh.

Selain karena status safe haven, franc juga menguat akibat persentase pasien Covid-19 yang sembuh mencapai 90%, sementara persentase yang meninggal 6%.

[Gambas:Video CNBC]




Dolar Hong Kong
Penguatan dolar Hong Kong cukup mengejutkan di tengah pandemi Covid-19 sejak awal. Belum lagi masalah politik yang dihadapi di dalam daerah khusus China tersebut.

Sepanjang tahun ini, dolar Hong Kong menguat 0,5% melawan dolar AS, dan menjadi yang terbaik ke-3 di dunia. Salah satu yang membuat dolar Hong Kong menguat yakni kemampuan meredam penyebaran Covid-19.

Hong Kong menjadi salah satu yang terkena penyebaran virus corona, maklum saja masih masuk wilayah China. Tetapi hingga saat ini total kasus di Hong Kong hanya 1.064 orang, dengan 4 orang meninggal dunia, dan 1,029 sembuh.

Yen Jepang
Yen merupakan mata uang safe haven, sehingga wajar jika mampu menguat melawan dolar AS. Yen menjadi runner up mata uang dengan kinerja terbaik setelah menguat 1% YTD.

Jepang merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di dunia, tetapi saat ini sudah mengalami resesi akibat pandemi Covid-19.

Pada pekan lalu, data dari Pemerintah Jepang hari ini menunjukkan di kuartal I-2020 PDB Jepang mengalami kontraksi alias minus 0,9% quarter-on-quarter (QoQ), sementara secara year-on-year (YoY) minus 3,4%.

Jepang kini resmi mengalami resesi teknikal akibat PDB minus dalam dua kuartal beruntun secara QoQ. Di kuartal IV-2019 lalu, PDB Jepang minus 1,9% QoQ, dan di kuartal sebelumnya stagnan 0%.

Tetapi sekali lagi statusnya sebagai safe haven yen masih perkasa di tahun ini.

Pound Mesir
Mata uang juara dunia alias yang terbaik di dunia saat ini dipegang oleh pound Mesir, yang mungkin tidak semua orang tahu. Sepanjang tahun ini, pound Mesir menguat 1,5% melawan dolar AS.

Perekonomian Mesir juga tak lepas dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Namun nilai tukar mata uangnya masih cukup kuat. Sampai saat ini, jumlah kasus Covid-19 di Mesir sebanyak 15.003 orang, dengan 696 meninggal dunia, dan 4.217 sembuh. 

"Pound Mesir, yang sudah menguat 11% melawan dolar AS di tahun 2019, menunjukkan volatilitas yang minim sejauh ini, meski terjadi tekanan" kata Fitch Ratings sebagaimana dilansir Reuters.

Masih kuatnya pound Mesir tersebut dikatakan akibat intervensi bank sentralnya.

"Intervensi yang besar membuat nilai tukar pound Mesir seperti dikunci, bergerak di kisaran 15,72/US$ sejak pertengahan Maret lalu" kata Phoenix Kalen dari Societe Generale, sebagaimana dilansir Reuters.

Sementara itu Analis dari Bank of America memberikan estimasi, nilai tukar pound Mesir overvalue atau lebih tinggi dari nilai wajar sebesar 15%.

idrFoto: Refinitiv


TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/hps) Next Article Dolar AS Mengerikan, Safe Haven Yen Ambrol Hingga 6,8%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular