
Corona Obrak-abrik Ekonomi China, Q1-2020 Cuma Tumbuh 3,5%?

Jakarta, CNBC Indonesia - Wabah virus corona yang telah melanda dunia sejak muncul di Wuhan, China, Desember lalu, diperkirakan bakal mengurangi separuh pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu di kuartal I (Q1) 2020 dari kuartal sebelumnya.
"Pertumbuhan China diperkirakan akan turun ke median 3,5% di kuartal ini dari 6% pada kuartal keempat 2019," menurut hasil jajak pendapat Reuters pada 3-5 Maret terhadap lebih dari 40 ekonom sebagaimana dikutip dari Reuters.
Angka proyeksi ini lebih rendah dari hasil jajak pendapat sebelumnya yang diadakan pada 14 Februari.
Bahkan, di bawah skenario terburuk, perkiraan median untuk Q1 akan lebih rendah yaitu menjadi 2,4%, dibandingkan dengan 3,5% dalam jajak pendapat sebelumnya.
Namun demikian, ekonomi diperkirakan akan bangkit kembali di Q2, menjadi 5,6%, sedikit lebih rendah dari perkiraan 5,7% tiga minggu lalu. Kisaran pertumbuhan di kuartal ini juga lebih baik yaitu 3,7%-6,5%.
"Sulit untuk menghasilkan kuartal kedua yang optimis dan kasus terbaik yang saya dapat benar-benar sarankan adalah bahwa paruh kedua tahun ini mungkin mulai terlihat sedikit lebih normal," kata Rob Carnell, kepala peneliti untuk Asia-Pasifik di ING.
"Jika Anda berada di kota yang pada dasarnya ditutup atau dimasukkan ke dalam tahanan rumah virtual, Anda tidak akan pergi ke jalan-jalan, Anda tidak dapat pergi ke bioskop, restoran ... dengan semua hal itu, kegiatan ekonomi akan sangat terpengaruh secara negatif." tambahnya, merujuk pada keadaan kota China yang beberapa diantaranya telah dikarantina (locked down) demi mengurangi penyebaran COVID-19.
Sementara itu, untuk setahun penuh, pertumbuhan diperkirakan akan melambat menjadi 5,4%. Jika benar sesuai proyeksi, maka ini akan menjadi yang paling lambat sejak pencatatan dimulai pada tahun 1992.
Di bawah skenario terburuk, pertumbuhan tahun ini bahkan diproyeksikan hanya 5%. Bahkan semua ekonom setuju pertumbuhan China tahun ini kemungkinan akan di bawah target 6% pemerintah. Hanya satu ekonom yang memproyeksikan ekonomi akan tumbuh di atas target itu.
"Tidak ada permintaan terpendam sebagai hasil dari semua ini, ini adalah pengembalian yang lambat ke tren sebelumnya, tetapi dengan beberapa kerugian produksi permanen," tambah Carnell.
Wabah corona yang berpusat di China telah menjangkiti 98.370 secara global, di mana lebih dari 80 ribu kasus itu terjadi di China. Sementara itu, kasus kematian global adalah 3.383, yang 2.900 lebih di antaranya terjadi di China.
Untuk menangani wabah dan juga untuk menopang ekonomi yang terdampak corona, pemerintahan Presiden Xi Jinping sebenarnya telah mengeluarkan berbagai stimulus, termasuk memotong suku bunga pembiayaan kembali (refinancing rate) dan menawarkan pinjaman yang ditargetkan untuk bisnis.
People's Bank of China juga diperkirakan bakal memangkas suku bunga pinjaman (loan prime rate/LPR) bertenor satu tahun pada pertengahan tahun ini, menjadi 3,85% dari 4,05% saat ini.
(sef/sef) Next Article Terbaru, Hampir 500 Orang Tewas Karena Corona
