Derita Bursa Asia: Tokyo -2%, Hong Kong dan Shanghai -1%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 March 2020 08:44
Derita Bursa Asia: Tokyo -2%, Hong Kong dan Shanghai -1%
Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (REUTERS/Yuya Shino)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia melemah pada perdagangan pagi ini. Pelaku pasar di Benua Kuning sepertinya jiper duluan setelah melihat Wall Street yang terkoreksi dalam.

Pada Jumat (6/3/2019) pukul 08:42 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:



Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York 'karam'. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 3,8%, S&P 500 amblas 3,39%, dan Nasdaq Composite ambrol 3,1%.

Secara year-to-date, DJIA sudah terkoreksi 8,47%. Dalam periode yang sama, S&P 500 minus 6,35% dan Nasdaq turun 2,51%.


Pelaku pasar (dan seluruh dunia) kian cemas dengan perkembangan penyebaran virus corona. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis pukul 07:43 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 98.041. Korban meninggal bertambah menjadi 3.349.

Tidak hanya di China yang merupakan lokasi awal penyebaran virus, dunia mencemaskan situasi di negara-negara lain. Di Korea Selatan, kasus corona sudah mencapai 6.088 dan yang tutup usia adalah 35 orang.

Sedangkan di Italia, jumlah kasus adalah 3.858 dengan korban jiwa sebanyak 148 orang. Lalu di Iran, jumlah kasus tercatat 3.513 dan korban meninggal adalah 107 orang.


Virus corona membuat aktivitas masyarakat menjadi terhambat. Pabrik-pabrik berhenti produksi karena karyawan dipulangkan, pariwisata sepi karena pelancong tidak berani plesiran, ekspor-impor lesu karena aktivitas di pelabuhan berkurang. Dunia dihadapkan kepada risiko perlambatan ekonomi yang begitu tinggi.


Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I-2020 hanya 3,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6% dan jadi yang terlemah setidaknya sejak 1992.

 

"Sulit untuk melihat optimisme pada kuartal II, jadi sepertinya situasi baru berangsur normal pada semester II. Jika Anda berada di kota yang dikarantina atau terpaksa diam di rumah karena karantina swadaya (self quarantine), maka Anda tidak bisa pergi ke bioskop atau makan di restoran. Aktivitas ekonomi sangat terpengaruh," kata Rob Carnell, Head of Asia-Pasific Research di ING, seperti dikutip dari Reuters.

Masalahnya, China adalah perekonomian terbesar di dunia. Jika sang nomor dua lesu, maka akan menular ke negara-negara lain. Jadilah pertumbuhan ekonomi global melambat.


Institute of International Finance yang berbasis di Washington memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2020 akan mendekat 1%. Jauh dibandingkan pencapaian 2019 yaitu 2,6%.

Dana Moneter Internasional (IMF) sampai memberi wanti-wanti bahwa virus corona akan menghapus seluruh optimisme pada 2020. Pertumbuhan ekonomi dunia akan mencapai titik terendah sejak krisis 2008-2009.

"Pertumbuhan ekonomi global akan melambat sampai ke bawah pencapaian tahun lalu. Namun sampai kapan perlambatan akan terjadi masih sulit untuk diprediksi," kata Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, seperti diberitakan Reuters.

Dihantui oleh ancaman perlambatan ekonomi yang sangat nyata, investor mana yang berani mengambil risiko? Memang sangat wajar jika aset-aset di pasar keuangan Asia dijauhi dulu. Akibatnya, bursa saham Asia tidak punya pilihan selain melemah.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular