Derita Bursa Asia: Tokyo -2%, Hong Kong dan Shanghai -1%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 March 2020 08:44
Ancaman Perlambatan Ekonomi Sangat Nyata
Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (REUTERS/Toru Hanai)
Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I-2020 hanya 3,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6% dan jadi yang terlemah setidaknya sejak 1992.

 

"Sulit untuk melihat optimisme pada kuartal II, jadi sepertinya situasi baru berangsur normal pada semester II. Jika Anda berada di kota yang dikarantina atau terpaksa diam di rumah karena karantina swadaya (self quarantine), maka Anda tidak bisa pergi ke bioskop atau makan di restoran. Aktivitas ekonomi sangat terpengaruh," kata Rob Carnell, Head of Asia-Pasific Research di ING, seperti dikutip dari Reuters.

Masalahnya, China adalah perekonomian terbesar di dunia. Jika sang nomor dua lesu, maka akan menular ke negara-negara lain. Jadilah pertumbuhan ekonomi global melambat.


Institute of International Finance yang berbasis di Washington memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2020 akan mendekat 1%. Jauh dibandingkan pencapaian 2019 yaitu 2,6%.

Dana Moneter Internasional (IMF) sampai memberi wanti-wanti bahwa virus corona akan menghapus seluruh optimisme pada 2020. Pertumbuhan ekonomi dunia akan mencapai titik terendah sejak krisis 2008-2009.

"Pertumbuhan ekonomi global akan melambat sampai ke bawah pencapaian tahun lalu. Namun sampai kapan perlambatan akan terjadi masih sulit untuk diprediksi," kata Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, seperti diberitakan Reuters.

Dihantui oleh ancaman perlambatan ekonomi yang sangat nyata, investor mana yang berani mengambil risiko? Memang sangat wajar jika aset-aset di pasar keuangan Asia dijauhi dulu. Akibatnya, bursa saham Asia tidak punya pilihan selain melemah.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular