Corona Menggila, Rupiah Tak Berdaya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 March 2020 08:04
Corona Menggila, Rupiah Tak Berdaya
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Dunia semakin cemas dengan penyebaran virus corona yang semakin luas.

Pada Jumat (6/3/2020), US$ 1 dibanderol Rp 14.180 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.


Investor terlihat sedang menjaga jarak dari aset-aset berisiko. Tanda-tandanya sudah terlihat sejak dini hari tadi, di mana bursa saham New York melemah dalam.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 3,8%, S&P 500 amblas 3,39%, dan Nasdaq Composite ambrol 3,1%. Saham-saham yang terkoreksi dalam di antaranya adalah Microsoft (-2,51%), Procter & Gamble Co (-2,31%), dan United Health Group (2,23%).

'Kengerian' di Wall Street berlanjut ke Asia. Matoritas mata uang utama Asia melemah di hadapan dolar AS, pertanda bahwa arus modal sedang menjauh.


Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:02 WIB:



Pelaku pasar (dan seluruh dunia) kian khawatir dengan penyebaran virus corona yang begitu masif. Mengutip data satelit pemetaan ArcGi pukul 07:13 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 97.886. Korban jiwa pun bertambah menjadi 3.348.

Walau penyebaran di lokasi asalnya (China) sudah melambat, tetapi yang sekarang dikhawatirkan adalah di negara-negara lain. Tiga orang meninggal dunia di Prancis, yang membuat korban jiwa bertambah menjadi tujuh. Sementara tiga orang di Negara Bagian New York positif mengidap virus corona. Negara Bagian California bahkan sudah memberlakukan status darurat karena korban jiwa di Negeri Paman Sam yang terus bertambah, saat ini menjadi 11 orang.

HSBC meminta lebih dari 100 karyawan di kantor London untuk pulang setelah seorang di antaranya positif terjangkit virus corona. UniCredit di Italia juga memulangkan karyawannya karena ada dua orang yang mengidap virus corona. Sementara JPMorgan memindahkan para trader dari New York dan London ke lokasi lain untuk mencegah penularan virus.


"Tidak ada yang bisa memperkirakan ke mana ini semua akan menuju. Tidak ada model yang bisa menjelaskan, karena kita memang tidak tahu," kata Carol Schleif, Deputy Chief Investment Officer di Abbot Downing yang berbasis di Minneapolis, seperti dikutip dari Reuters.

Indeks VIX, yang mengukur volatilitas pasar atau juga dikenal sebagai Indeks Ketakutan (Fear Index), melonjak 23,85% menjadi 39,62, tertinggi sejak 28 Februari. Secara year-to-date, indeks ini sudah meroket 187,52%.



"Saya kira 2020 adalah tahun Pemilu (Pemilu di Amerika Serikat /AS digelar tahun ini). Ternyata adalah tahun virus. Ini akan mendominasi perekonomian global pada 2020," kata David Kelly, Chief Global Strategist di JPMorgan Asset Management, seperti dikutip dari Reuters.

Gara-gara virus corona, Institute of International Finance yang berbasis di Washington memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2020 akan mendekat 1%. Jauh dibandingkan pencapaian 2019 yaitu 2,6%.

Dana Moneter Internasional (IMF) sampai memberi wanti-wanti bahwa virus corona akan menghapus seluruh optimisme pada 2020. Pertumbuhan ekonomi dunia akan mencapai titik terendah sejak krisis 2008-2009.

"Pertumbuhan ekonomi global akan melambat sampai ke bawah pencapaian tahun lalu. Sampai kapan perlambatan akan terjadi masih sulit untuk diprediksi," kata Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, seperti diberitakan Reuters.

Oleh karena itu, sangat wajar jika pasar begitu jittery. Investor mana yang tidak cemas saat melihat risiko perlambatan ekonomi (bahkan mungkin resesi) semakin meninggi? Jadi tidak heran arus modal menjauh dari pasar keuangan Asia dan membuat mata uang melemah, tidak terkecuali rupiah.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular