Efek 'Obat Kuat' dari The Fed Mulai Pudar, Rupiah Loyo Lagi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 March 2020 08:21
Efek 'Obat Kuat' dari The Fed Mulai Pudar, Rupiah Loyo Lagi
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Sayang sekali, padahal kemarin performa rupiah begitu impresif.

Pada Kamis (5/3/2020), US$ 1 dihargai Rp 14.110 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya alias stagnan.

Seiring perjalanan pasar, rupiah terpeleset ke zona merah. Pada pukul 08:07 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.120 di mana rupiah melemah 0,07%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan signifikan 1,16%. Rupiah pun menjadi mata uang terbaik di Asia.

Namun hari ini, penampilan apik itu rasanya sulit terulang. Sebab sepertinya dolar AS memang sedang perkasa di Asia.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:11 WIB WIB:





Hari ini, sepertinya dolar AS sedang dalam misi balas dendam. Tidak hanya di Asia, mata uang Negeri Paman Sam tengah perkasa di level global.

Pada pukul 07:38 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,19%. Penguatan ini terjadi setelah koreksi parah. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index terpangkas 1,19% secara point-to-point.



Dolar AS terkoreksi akibat sentimen penurunan suku bunga acuan yang terbentuk sejak pekan lalu. Benar saja, pada Selasa malam waktu Indonesia, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) memangkas suku bunga acuan 50 basis poin (bps) ke 1-1,25%. Penurunan ini diputuskan melalui rapat insidentil yang tidak terjadwal, karena semestinya pertemuan Komite Pengambil Kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) baru terjadi pada 17-18 Maret.

Penurunannya juga tidak tanggung-tanggung, langsung 50 bps. Biasanya penurunan suku bunga dalam sekali rapat hanya 25 bps. Ini menjadi penurunan lebih dari 25 bps pertama sejak 2008, kala AS berkubang dalam krisis ekonomi.


Investor langsung merespons langkah The Fed tersebut dengan melepas dolar AS. Maklum, penurunan suku bunga acuan akan ikut menurunkan imbalan investasi di instrumen-instrumen berbasis dolar AS.

Namun aksi jual tersebut membuat dolar AS kini menjadi 'murah'. Pelaku pasar pun kembali melirik mata uang ini dan mengoleksinya.


Selain itu, pasar juga semakin khawatir dengan perkembangan penyebaran virus corona. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:23 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 95.125. Korban jiwa juga semakin bertambah menjadi 3.254 orang.

Penyebaran virus corona di China memang sudah mereda. Namun kini yang dicemaskan adalah penyebaran di negara-negara lain yang kian masif.

Kasus corona di Korea Selatan semakin bertambah menjadi 5.621. Begitu pula di Italia (3.089), Iran (2.922), dan negara-negara lainnya.

Di AS, korban meninggal akibat virus corona bertambah menjadi 11 orang. Mereka yang tutup usia tinggal di daerah-daerah padat penduduk seperti New York dan Los Angeles. Ini semakin membuat cemas, karena ada kemungkinan virus bisa menyebar dengan cepat.


Penyebaran virus corona membuat aktivitas masyarakat menjadi terbatas. Pabrik-pabrik menghentikan produksi, atau kalau masih berproduksi tidak dalam kapasitas optimal karena pekerja yang masih dirumahkan untuk mencegah penularan virus lebih lanjut.

Rantai pasok global terancam rusak. Risiko kekurangan pasokan bahkan kelangkaan berbagai produk sudah di depan mata. Akibatnya, prospek pertumbuhan ekonomi dunia menjadi suram.

"Penyebaran virus dan upaya untuk menanggulanginya akan menjadi beban bagi aktivitas ekonomi. Di sini, dan di berbagai tempat," tegas Jerome 'Jay' Powell, Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), sebagaimana diberitakan Reuters.


Dihantui oleh risiko perlambatan ekonomi, bahkan mungkin saja resesi, investor pun kehilangan risk appetite. Aset-aset berisiko ditinggalkan dan pelaku pasar memilih bermain aman di instrumen berstatus safe haven yang salah satunya adalah dolar AS.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular