
Efek 'Obat Kuat' dari The Fed Mulai Pudar, Rupiah Loyo Lagi
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 March 2020 08:21

Selain itu, pasar juga semakin khawatir dengan perkembangan penyebaran virus corona. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:23 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 95.125. Korban jiwa juga semakin bertambah menjadi 3.254 orang.
Penyebaran virus corona di China memang sudah mereda. Namun kini yang dicemaskan adalah penyebaran di negara-negara lain yang kian masif.
Kasus corona di Korea Selatan semakin bertambah menjadi 5.621. Begitu pula di Italia (3.089), Iran (2.922), dan negara-negara lainnya.
Di AS, korban meninggal akibat virus corona bertambah menjadi 11 orang. Mereka yang tutup usia tinggal di daerah-daerah padat penduduk seperti New York dan Los Angeles. Ini semakin membuat cemas, karena ada kemungkinan virus bisa menyebar dengan cepat.
Penyebaran virus corona membuat aktivitas masyarakat menjadi terbatas. Pabrik-pabrik menghentikan produksi, atau kalau masih berproduksi tidak dalam kapasitas optimal karena pekerja yang masih dirumahkan untuk mencegah penularan virus lebih lanjut.
Rantai pasok global terancam rusak. Risiko kekurangan pasokan bahkan kelangkaan berbagai produk sudah di depan mata. Akibatnya, prospek pertumbuhan ekonomi dunia menjadi suram.
"Penyebaran virus dan upaya untuk menanggulanginya akan menjadi beban bagi aktivitas ekonomi. Di sini, dan di berbagai tempat," tegas Jerome 'Jay' Powell, Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), sebagaimana diberitakan Reuters.
Dihantui oleh risiko perlambatan ekonomi, bahkan mungkin saja resesi, investor pun kehilangan risk appetite. Aset-aset berisiko ditinggalkan dan pelaku pasar memilih bermain aman di instrumen berstatus safe haven yang salah satunya adalah dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Penyebaran virus corona di China memang sudah mereda. Namun kini yang dicemaskan adalah penyebaran di negara-negara lain yang kian masif.
Kasus corona di Korea Selatan semakin bertambah menjadi 5.621. Begitu pula di Italia (3.089), Iran (2.922), dan negara-negara lainnya.
Penyebaran virus corona membuat aktivitas masyarakat menjadi terbatas. Pabrik-pabrik menghentikan produksi, atau kalau masih berproduksi tidak dalam kapasitas optimal karena pekerja yang masih dirumahkan untuk mencegah penularan virus lebih lanjut.
Rantai pasok global terancam rusak. Risiko kekurangan pasokan bahkan kelangkaan berbagai produk sudah di depan mata. Akibatnya, prospek pertumbuhan ekonomi dunia menjadi suram.
"Penyebaran virus dan upaya untuk menanggulanginya akan menjadi beban bagi aktivitas ekonomi. Di sini, dan di berbagai tempat," tegas Jerome 'Jay' Powell, Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), sebagaimana diberitakan Reuters.
Dihantui oleh risiko perlambatan ekonomi, bahkan mungkin saja resesi, investor pun kehilangan risk appetite. Aset-aset berisiko ditinggalkan dan pelaku pasar memilih bermain aman di instrumen berstatus safe haven yang salah satunya adalah dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular