Obligasi

Euforia Rapat Darurat The Fed, Harga Obligasi Terapresiasi

Haryanto, CNBC Indonesia
04 March 2020 19:53
Harga obligasi rupiah pemerintah naik signifikan pada perdagangan hari ini (4/3/2020) terpicu oleh euforia penurunan suku bunga acuan The Fed.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah naik signifikan pada perdagangan Rabu (4/3/2020) terpicu oleh euforia penurunan suku bunga acuan The Fed.

The Fed semalam dalam rapat darurat FOMC secara mengejutkan telah memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin dan menyebabkan pasar Asia Optimistis.

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.

Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0081 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 26,80 basis poin (bps) menjadi 5,77%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

  

Yield Obligasi Negara Acuan 4 Mar'20

Seri

Jatuh tempo

Yield 3 Mar'20 (%)

Yield 4 Mar'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 4 Mar'21 (%)

FR0081

5 tahun

6.042

5.774

-26.80

5.6011

FR0082

10 tahun

6.851

6.631

-22.00

6.486

FR0080

15 tahun

7.379

7.165

-21.40

6.9928

FR0083

20 tahun

7.515

7.451

-6.40

7.1452

 

Sumber: Refinitiv

 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks naik 4,85poin (1,76%) menjadi 280,75 dari posisi kemarin 275,9.

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 567,4 bps, melebar dari posisi kemarin 583,4 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 6 bps hingga 0,95% dari posisi kemarin 1,01%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

Yield US Treasury Acuan 4 Mar'20

Seri

Benchmark

Yield 3 Mar'20 (%)

Yield 4 Mar'20 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

0.884

0.925

3 bulan-5 tahun

21.5

UST 2020

2 Tahun

0.661

0.667

2 tahun-5 tahun

-4.3

UST 2021

3 Tahun

0.667

0.673

3 tahun-5 tahun

-3.7

UST 2023

5 Tahun

0.708

0.71

3 bulan-10 tahun

-2.2

UST 2028

10 Tahun

0.946

0.947

2 tahun-10 tahun

-28

 

Sumber: Refinitiv

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.039,65 triliun SBN, atau 36,79% dari total beredar Rp 2.825,93 triliun berdasarkan data per 2 Maret 2020.

Angka itu menunjukkan kepemilikan investor asing masih keluar dari pasar SUN senilai Rp 25,77 triliun sejak akhir pekan lalu, sedangkan sejak awal bulan masih defisit Rp 37,41 triliun.

Sejak awal tahun ini, posisi investor asing masih negatif Rp 22,21 triliun dibanding posisi akhir Desember 2019 Rp 1.061,86 triliun, sehingga persentase masih turun dari 38,57% pada periode yang sama.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju mengalami penguatan harga sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 3 Mar'20 (%)

Yield 4 Mar'20 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil (BB-)

6.51

6.525

1.50

China (A+)

2.815

2.766

-4.90

Jerman (AAA)

-0.641

-0.621

2.00

Prancis (AA)

-0.337

-0.326

1.10

Inggris Raya (AA)

0.39

0.352

-3.80

India (BBB-)

6.342

6.23

-11.20

Jepang (A)

-0.14

-0.136

0.40

Malaysia (A-)

2.827

2.769

-5.80

Filipina (BBB)

4.38

4.213

-16.70

Rusia (BBB)

6.21

6.2

-1.00

Singapura (AAA)

1.455

1.352

-10.30

Thailand (BBB+)

1.095

0.97

-12.50

Amerika Serikat (AAA)

1.017

0.957

-6.00

Afrika Selatan (BB+)

8.965

8.865

-10.00

 

Sumber: Refinitiv

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular