
Rilis Lapkeu 2019, Bagaimana Prospek Saham PTBA?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
04 March 2020 17:38

PTBA mengekspor batu bara ke berbagai negara terutama negara kawasan seperti India (10% dari total penjualan), Korea Selatan (6%), Hong Kong (5%), Jepang (3%) dan sisanya ke negara tetangga (ASEAN).
Sementara sebanyak 60% dari total penjualan batu bara PTBA diserap oleh pasar domestik terutama untuk pembangkit listrik milik PLN dan Indonesia Power.
Konsumsi batu bara tanah air masih didominasi untuk pembangkit listrik (>90%). Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik naik rata-rata 8% per tahun (CAGR).
Pertumbuhan konsumsi batu bara untuk sektor pembangkit listrik menjadi salah satu pendorong pemanfaatan batu bara untuk kebutuhan energi tanah air. Potensi pertumbuhan konsumsi batu bara tanah air jadi pendorong penguatan pasar domestik.
Bagaimanapun juga prospek bisnis PTBA masih sangat menarik. Apalagi dengan adanya proyek-proyek yang tengah digarap perusahaan. Selain memproduksi batu bara PTBA juga mengoperasikan 3 pembangkit listrik, dua di antaranya di Sumatera dan satu di Jawa. Total serapan batu bara untuk ketiga pembangkit listrik ini sebesar 1,25 juta ton.
Untuk pembangkit listrik PTBA saat ini tengah mengerjakan dua proyek besar. Pertama adalah proyek PLTU di Centra Banko Sumatera Selatan dengan kapasitas mencapai 2x620 MW. Setelah rampung PLTA ini diperkirakan akan menyerap 5,4 juta ton batu bara per tahun. PTBA menguasai 45% saham PLTU ini.
Selain PLTU, PTBA juga sedang mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya di bandar udara Soekarno Hatta. Untuk kedua proyek ini statusnya sedang dalam konstruksi.
Proyek lain yang tengah digarap oleh PTBA adalah hilirisasi produk batu bara untuk industri petrokimia. PTBA bekerja sama dengan Pertamina dan Air Products untuk proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME). Jika telah selesai, unit pengolahan ini diperkirakan akan menyerap 6,5 juta ton batu bara per tahun.
Selain DME, PTBA juga tengah mengembangkan hilirisasi produk batu bara menjadi urea dan Plipropilen bersama PT Pupuk Indonesia dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Unit produksi ini diperkirakan akan menyerap 8,1 juta ton batu bara per tahun.
Selain melakukan diversifikasi pada bisnisnya, PTBA juga berupaya terus mendorong peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun global. Pada 2020, PTBA menargetkan peningkatan kapasitas infrastruktur untuk transportasi pengiriman batu bara dari area penambangan ke pelabuhan sebesar 18,6% (yoy) menjadi 30 juta ton pada 2020.
Secara keseluruhan strategi untuk mendiversifikasi portofolio bisnis serta mendongkrak produksi membuat prospek bisnis PTBA masih menarik. (twg/hps)
Sementara sebanyak 60% dari total penjualan batu bara PTBA diserap oleh pasar domestik terutama untuk pembangkit listrik milik PLN dan Indonesia Power.
Konsumsi batu bara tanah air masih didominasi untuk pembangkit listrik (>90%). Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik naik rata-rata 8% per tahun (CAGR).
Bagaimanapun juga prospek bisnis PTBA masih sangat menarik. Apalagi dengan adanya proyek-proyek yang tengah digarap perusahaan. Selain memproduksi batu bara PTBA juga mengoperasikan 3 pembangkit listrik, dua di antaranya di Sumatera dan satu di Jawa. Total serapan batu bara untuk ketiga pembangkit listrik ini sebesar 1,25 juta ton.
Untuk pembangkit listrik PTBA saat ini tengah mengerjakan dua proyek besar. Pertama adalah proyek PLTU di Centra Banko Sumatera Selatan dengan kapasitas mencapai 2x620 MW. Setelah rampung PLTA ini diperkirakan akan menyerap 5,4 juta ton batu bara per tahun. PTBA menguasai 45% saham PLTU ini.
Selain PLTU, PTBA juga sedang mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya di bandar udara Soekarno Hatta. Untuk kedua proyek ini statusnya sedang dalam konstruksi.
Proyek lain yang tengah digarap oleh PTBA adalah hilirisasi produk batu bara untuk industri petrokimia. PTBA bekerja sama dengan Pertamina dan Air Products untuk proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME). Jika telah selesai, unit pengolahan ini diperkirakan akan menyerap 6,5 juta ton batu bara per tahun.
Selain DME, PTBA juga tengah mengembangkan hilirisasi produk batu bara menjadi urea dan Plipropilen bersama PT Pupuk Indonesia dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Unit produksi ini diperkirakan akan menyerap 8,1 juta ton batu bara per tahun.
Selain melakukan diversifikasi pada bisnisnya, PTBA juga berupaya terus mendorong peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun global. Pada 2020, PTBA menargetkan peningkatan kapasitas infrastruktur untuk transportasi pengiriman batu bara dari area penambangan ke pelabuhan sebesar 18,6% (yoy) menjadi 30 juta ton pada 2020.
Secara keseluruhan strategi untuk mendiversifikasi portofolio bisnis serta mendongkrak produksi membuat prospek bisnis PTBA masih menarik. (twg/hps)
Next Page
Bagaimana Prospek Harga Sahamnya?
Pages
Most Popular