
Rilis Lapkeu 2019, Bagaimana Prospek Saham PTBA?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
04 March 2020 17:38

PTBA merupakan salah satu emiten tambang tanah air yang memiliki keunggulan dalam hal strip rasio dibanding emiten pertambangan lain. Pada 2019 strip rasio PTBA berada di angka 4,6x dan masih lebih rendah dibanding strip rasio emiten batu bara lainnya.
Jika perusahaan tidak mengambil langkah untuk efisiensi, maka manajemen memperkirakan laba bersih bisa anjlok hingga 28% (yoy).
Kinerja perusahaan juga dipengaruhi oleh fluktuasi harga batu bara pada 2019. Hal ini juga ditegaskan oleh manajemen PTBA. Pada 2019 harga batu bara berkalori tinggi (>6.000 Kcal/Kg) mengalami pelemahan lebih dari 30% pada tahun lalu.
Pelemahan harga batu bara termal dari Australia yang biasanya menambang batu bara berkalori tinggi diakibatkan oleh pelemahan permintaan dari Jepang, Korea Selatan dan Uni Eropa pada semester pertama tahun lalu. Sementara untuk batu bara dengan nilai kalori yang rendah seperti banyak ditemukan di RI bisa dibilang cukup resilient ketimbang harga batu bara dengan kalori tinggi.
Tantangan Untuk Industri Batu Bara Tanah Air Termasuk untuk PTBA
Bagaimanapun juga untuk tahun 2020, harga batu bara masih diperkirakan masih mengalami pelemahan. Apalagi saat ini negara-negara konsumen batu bara terbesar di Asia (China, Jepang, Korea Selatan) sedang mengalami musibah akibat merebaknya virus corona.
Tantangan yang dihadapi oleh negara-negara eksportir batu bara seperti Indonesia adalah :
Kebijakan impor batu bara China yang masih tidak pasti, selain itu untuk jangka pendek permintaan batu bara China juga dipengaruhi oleh seberapa lama periode recovery aktivitas pertambangan di China setelah terjadi wabah corona.
Upaya penutupan pembangkit listrik di Korea Selatan. Menteri Energi Korea Selatan mengatakan berencana untuk menutup 28 pembangkit listrik bertenaga batu bara. Korsel saat ini memiliki 60 pembangkit listrik bertenaga batu bara yang menyumbang 40% suplai listrik Korsel.
Selain itu saat ini Korea Selatan juga menjadi negara dengan jumlah kasus infeksi virus corona terbesar kedua setelah China dengan 5.328 kasus. Dengan keberadaan virus ini tentu akan mempengaruhi permintaan dan pengiriman batu bara.
Pelemahan ekonomi Jepang, merebaknya kasus virus corona dan harga LNG yang relatif lebih murah.
Pelemahan ekonomi India yang membuat permintaan listrik di India melemah pada tahun 2019
Keempat faktor di atas menjadi tantangan besar untuk industri batu bara tanah air termasuk untuk PTBA yang menjual batu baranya ke negara-negara di atas. (twg/hps)
Jika perusahaan tidak mengambil langkah untuk efisiensi, maka manajemen memperkirakan laba bersih bisa anjlok hingga 28% (yoy).
Pelemahan harga batu bara termal dari Australia yang biasanya menambang batu bara berkalori tinggi diakibatkan oleh pelemahan permintaan dari Jepang, Korea Selatan dan Uni Eropa pada semester pertama tahun lalu. Sementara untuk batu bara dengan nilai kalori yang rendah seperti banyak ditemukan di RI bisa dibilang cukup resilient ketimbang harga batu bara dengan kalori tinggi.
Tantangan Untuk Industri Batu Bara Tanah Air Termasuk untuk PTBA
Bagaimanapun juga untuk tahun 2020, harga batu bara masih diperkirakan masih mengalami pelemahan. Apalagi saat ini negara-negara konsumen batu bara terbesar di Asia (China, Jepang, Korea Selatan) sedang mengalami musibah akibat merebaknya virus corona.
Tantangan yang dihadapi oleh negara-negara eksportir batu bara seperti Indonesia adalah :
Kebijakan impor batu bara China yang masih tidak pasti, selain itu untuk jangka pendek permintaan batu bara China juga dipengaruhi oleh seberapa lama periode recovery aktivitas pertambangan di China setelah terjadi wabah corona.
Upaya penutupan pembangkit listrik di Korea Selatan. Menteri Energi Korea Selatan mengatakan berencana untuk menutup 28 pembangkit listrik bertenaga batu bara. Korsel saat ini memiliki 60 pembangkit listrik bertenaga batu bara yang menyumbang 40% suplai listrik Korsel.
Selain itu saat ini Korea Selatan juga menjadi negara dengan jumlah kasus infeksi virus corona terbesar kedua setelah China dengan 5.328 kasus. Dengan keberadaan virus ini tentu akan mempengaruhi permintaan dan pengiriman batu bara.
Pelemahan ekonomi Jepang, merebaknya kasus virus corona dan harga LNG yang relatif lebih murah.
Pelemahan ekonomi India yang membuat permintaan listrik di India melemah pada tahun 2019
Keempat faktor di atas menjadi tantangan besar untuk industri batu bara tanah air termasuk untuk PTBA yang menjual batu baranya ke negara-negara di atas. (twg/hps)
Pages
Most Popular