'Doping' BI-The Fed Buat IHSG Melesat 5% Lebih, Dalam 2 Hari

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 March 2020 16:42
'Doping' BI-The Fed Buat IHSG Melesat 5% Lebih, Dalam 2 Hari
Foto: Ilustrasi Bursa, Pergerakan Layar IHSG di Gedung BEI Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melesat di perdagangan Rabu (4/3/2020) melanjutkan penguatan nyaris 3% pada perdagangan kemarin.

IHSG membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,1% di 5.524,094, tidak lama penguatan langsung terakselerasi hingga 2,02% di 5.630,268, sebelum sedikit terpangkas dan mengakhiri sesi I di level 5.623,821 atau menguat 1,91%.

Laju impresif IHSG kembali berlanjut di perdagangan sesi II, penguatan IHSG menebal hingga 2,38% ke 5.650,136 di akhir perdagangan.

Dengan penguatan hari ini, total dalam dua hari terakhir IHSG sudah menguat 5,32 setelah membukukan pelemahan tujuh pekan beruntun dengan total 10,2%.

[Gambas:Video CNBC]



Semua sektor di IHSG menguat di perdagangan sesi I. Sektor industri dasar memimpin penguatan di sesi I tersalip sektor infrastruktur yang melesat 4,02%. Sektor finansial sendiri mencatat penguatan 3,87%. Sementara Sektor finansial dengan kapitalisasi pasar terbesar menguat 1,96%.

Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 6,61 triliun dengan investor asing melakukan jual bersih Rp 26,75 miliar.

Stimulus moneter sejak awal pekan ini membuat IHSG melesat 2 hari terakhir. Di awal pekan, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan 5 kebijakan guna meredam dampak wabah virus corona ke perekonomian.



Senin lalu, setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG), Gubernur BI Perry Warjiyo mengeluarkan lima kebijakan.

Pertama adalah meningkatkan intensitas intervensi di pasar keuangan baik di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF), dan obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) guna menstabilkan nilai tukar rupiah.

Kedua adalah menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) valas dari 8% terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi 4% DPK, berlaku mulai 16 Maret. Penurunan ini akan meningkatkan likuiditas valas di perbankan US$ 3,2 miliar.

Ketiga, BI juga menurunkan GWM rupiah sebesar 50 basis poin (bps) khusus kepada bank yang melakukan kegiatan ekspor-impor, berlaku mulai 1 April selama sembilan bulan. BI menilai eksportir dan importir memang kesulitan setelah merebaknya virus corona.



Keempat, BI memperluas jenis dan cakupan underlying investor asing di dalam melakukan lindung nilai, termasuk kalau mau masuk ke pasar DNDF. Memang kalau ingin mengakses DNDF, partisipan harus punya underlying yang jelas seperti kebutuhan impor, pembayaran utang luar negeri, dan sebagainya.

Langkah kelima, adalah investor global dapat menggunakan bank kustodi baik global maupun domestik dalam melakukan kegiatan investasi di Indonesia. Jadi tidak hanya bank asing, bank lokal juga sudah mampu menyediakan jasa kustodi.

Efek stimulus dari BI baru terasa Selasa kemarin akibat di hari Senin sentimen pelaku pasar memburuk setelah wabah virus corona masuk ke Indonesia. 2 Orang dilaporkan terjangkit virus corona, jumlah tersebut masih belum bertambah hingga saat ini, sehingga sentimen pelaku pasar membaik.
Sehari setelah BI mengumumkan kebijakannya, giliran bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang memberikan kejutan di pasar. 

Kemarin malam (Selasa pagi waktu AS), The Fed secara tiba-tiba mengumumkan memangkas suku bunga acuannya atau Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1-1,25%. Pemangkasan yang agresif tersebut merupakan yang pertama sejak Desember 2008 atau saat krisis finansial terjadi. Kala itu The Fed memangkas suku bunga sebesar 75 bps.

Bank sentral paling powerful di dunia ini seharusnya mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Maret waktu AS, tetapi penyebaran wabah corona virus menjadi alasan The Fed memangkas suku bunga lebih awal dari jadwal RDG.

Dalam konferensi pers setelah pengumuman tersebut, pimpinan The Fed Jerome Powell mengatakan keputusan pemangkasan suku bunga diambil setelah para anggota dewan The Fed melihat wabah virus corona mempengaruhi outlook perekonomian.



"Besarnya efek virus corona terhadap perekonomian AS masih sangat tidak menentu dan berubah-ubah. Melihat latar belakang tersebut, anggota dewan menilai risiko terhadap outlook perekonomian telah berubah secara material. Merespon hal tersebut, kami telah melonggarkan kebijakan moneter untuk memberikan lebih banyak support ke perekonomian" kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International.

Pemangkasan FFR tersebut kurang direspon positif oleh Wall Street. Bursa saham AS tersebut justru merosot, pada perdagangan Selasa. Pelaku pasar di AS mengharapkan The Fed akan menggelontorkan lebih banyak stimulus, salah satunya program pembelian aset (quantitative easing/QE), tetapi Powell belum memberikan sinyal ke arah itu. 

Responnya berbeda ditunjukkan pasar Asia, beberapa bursa utama menguat, begitu juga dengan IHSG. 




TIM RISET CNBC INDONESIA  
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular