
IHSG Lompat Nyaris 3%, Setelah Ambles 10% Dalam 7 Hari

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rebound tajam pada perdagangan Selasa (3/3/2020) mendapat "suntikan" tenaga dari Bank Indonesia (BI) dan mengikuti kenaikan tajam bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, IHSG langsung melesat 1,3% ke 5.431,296. Rebound terus berlanjut hingga 3,43% ke 5.455,774, sebelum mengakhiri perdagangan sesi I di 5.518,459 atau menguat 2,93%.
Memasuki perdagangan sesi II, IHSG mampu mempertahankan kinerja positif, meski belum mempertebal penguatan lagi. Di akhir perdagangan IHSG menguat 2,94% di 5.518,628. Dengan penguatan hari ini, IHSG resmi menghentikan kemerosotan dalam 7 hari beruntun. Selama periode tersebut total IHSG anjlok 10,20%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi pada sesi I sebesar Rp 7,53 triliun dengan investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 264,72 miliar.
Sembilan sektor di IHSG membukukan penguatan pada perdagangan hari ini, sektor consumer yang memimpin penguatan di sesi I tersalip oleh sektor infrastruktur yang membukukan penguatan sebesar 4,23%, sementara sektor consumer 3,9%. Sektor finansial yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar tercatat menguat 2,79%.
BI Senin kemarin mengeluarkan lima kebijakan untuk meredam dampak virus corona ke perekonomian.
Pertama adalah meningkatkan intensitas intervensi di pasar keuangan baik di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF), dan obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN).
Kedua adalah menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) valas dari 8% terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi 4% DPK, berlaku mulai 16 Maret. Penurunan ini akan meningkatkan likuiditas valas di perbankan US$ 3,2 miliar.
"Kami harapkan ini akan memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah. Perbankan akan lebih mampu memasok pasar valas," kata Perry.
Ketiga adalah BI juga menurunkan GWM rupiah sebesar 50 basis poin (bps) khusus kepada bank yang melakukan kegiatan ekspor-impor, berlaku mulai 1 April selama sembilan bulan. BI menilai eksportir dan importir memang kesulitan setelah merebaknya virus corona.
"Importir yang semula ingin mengimpor dari China kalau mau mengimpor dari negara lain biayanya lebih mahal. Penurunan 50 bps ini dapat mempermudah dunia usaha melalui biaya yang lebih murah. Bank akan lebih mampu membiayai kegiatan ekspor-impor sekaligus mengompensasi kenaikan biaya tadi," jelas Perry.
Keempat, BI memperluas jenis dan cakupan underlying investor asing di dalam melakukan lindung nilai, termasuk kalau mau masuk ke pasar DNDF. Memang kalau ingin mengakses DNDF, partisipan harus punya underlying yang jelas seperti kebutuhan impor, pembayaran utang luar negeri, dan sebagainya.
"Bagi investor asing yang menjual kepemilikan SBN dan memasukkan ke rekening rupiah di Indonesia, bisa digunakan sebagai underlying DNDF. Bagi investor asing, tidak perlu melakukan indung nilai melalui offshore NDF," tegas Perry.
Langkah kelima, demikian Perry, adalah investor global dapat menggunakan bank kustodi baik global maupun domestik dalam melakukan kegiatan investasi di Indonesia. Jadi tidak hanya bank asing, bank lokal juga sudah mampu menyediakan jasa kustodi.
Stimulus tersebut disambut positif oleh pelaku pasar pada hari ini, setelah Senin kemarin pelaku pasar dibuat cemas akan masuknya virus corona ke Indonesia. Presiden Joko Widodo dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto kemarin mengkonfirmasi dua kasus virus corona yang menimpa ibu dan anak, yang dilaporkan terpapar warga negara Jepang.