IHSG Lompat Nyaris 3%, Setelah Ambles 10% Dalam 7 Hari

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 March 2020 16:47
IHSG Lompat Nyaris 3%, Setelah Ambles 10% Dalam 7 Hari
Foto: Ilustrasi Bursa, Pergerakan Layar IHSG di Gedung BEI Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rebound tajam pada perdagangan Selasa (3/3/2020) mendapat "suntikan" tenaga dari Bank Indonesia (BI) dan mengikuti kenaikan tajam bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street.

Begitu perdagangan hari ini dibuka, IHSG langsung melesat 1,3% ke 5.431,296. Rebound terus berlanjut hingga 3,43% ke 5.455,774, sebelum mengakhiri perdagangan sesi I di 5.518,459 atau menguat 2,93%.

Memasuki perdagangan sesi II, IHSG mampu mempertahankan kinerja positif, meski belum mempertebal penguatan lagi. Di akhir perdagangan IHSG menguat 2,94% di 5.518,628. Dengan penguatan hari ini, IHSG resmi menghentikan kemerosotan dalam 7 hari beruntun. Selama periode tersebut total IHSG anjlok 10,20%.

Berdasarkan data RTI, nilai transaksi pada sesi I sebesar Rp 7,53 triliun dengan investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 264,72 miliar.

Sembilan sektor di IHSG membukukan penguatan pada perdagangan hari ini, sektor consumer yang memimpin penguatan di sesi I tersalip oleh sektor infrastruktur yang membukukan penguatan sebesar 4,23%, sementara sektor consumer 3,9%. Sektor finansial yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar tercatat menguat 2,79%.


BI Senin kemarin mengeluarkan lima kebijakan untuk meredam dampak virus corona ke perekonomian.

Pertama adalah meningkatkan intensitas intervensi di pasar keuangan baik di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF), dan obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN).

Kedua adalah menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) valas dari 8% terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi 4% DPK, berlaku mulai 16 Maret. Penurunan ini akan meningkatkan likuiditas valas di perbankan US$ 3,2 miliar.

"Kami harapkan ini akan memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah. Perbankan akan lebih mampu memasok pasar valas," kata Perry.

Ketiga adalah BI juga menurunkan GWM rupiah sebesar 50 basis poin (bps) khusus kepada bank yang melakukan kegiatan ekspor-impor, berlaku mulai 1 April selama sembilan bulan. BI menilai eksportir dan importir memang kesulitan setelah merebaknya virus corona.

"Importir yang semula ingin mengimpor dari China kalau mau mengimpor dari negara lain biayanya lebih mahal. Penurunan 50 bps ini dapat mempermudah dunia usaha melalui biaya yang lebih murah. Bank akan lebih mampu membiayai kegiatan ekspor-impor sekaligus mengompensasi kenaikan biaya tadi," jelas Perry.



Keempat, BI memperluas jenis dan cakupan underlying investor asing di dalam melakukan lindung nilai, termasuk kalau mau masuk ke pasar DNDF. Memang kalau ingin mengakses DNDF, partisipan harus punya underlying yang jelas seperti kebutuhan impor, pembayaran utang luar negeri, dan sebagainya.

"Bagi investor asing yang menjual kepemilikan SBN dan memasukkan ke rekening rupiah di Indonesia, bisa digunakan sebagai underlying DNDF. Bagi investor asing, tidak perlu melakukan indung nilai melalui offshore NDF," tegas Perry.

Langkah kelima, demikian Perry, adalah investor global dapat menggunakan bank kustodi baik global maupun domestik dalam melakukan kegiatan investasi di Indonesia. Jadi tidak hanya bank asing, bank lokal juga sudah mampu menyediakan jasa kustodi.

Stimulus tersebut disambut positif oleh pelaku pasar pada hari ini, setelah Senin kemarin pelaku pasar dibuat cemas akan masuknya virus corona ke Indonesia. Presiden Joko Widodo dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto kemarin mengkonfirmasi dua kasus virus corona yang menimpa ibu dan anak, yang dilaporkan terpapar warga negara Jepang. 


[Gambas:Video CNBC]



Selain dari dalam negeri, penguatan IHSG sebenarnya juga dipicu Wall Street yang menguat tajam di awal pekan kemarin. Indeks Dow Jones melesat lebih dari 5% menjadi kenaikan harian terbesar sejak Maret 2009.

Penguatan Wall Street dipicu oleh ekspektasi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan memangkas suku bunga 50 basis poin (bps) menjadi 1-1,25% di bulan ini.

Sebagai kiblat bursa saham global, penguatan Wall Street tentunya memberikan sentimen positif ke pasar Asia, dan IHSG hari ini.

Pimpinan The Fed, Jerome Powell, pada hari Jumat lalu mengatakan akan "bertindak sesuai kebutuhan" untuk membantu perekonomian.

Usai pernyataan tersebut, pasar langsung menilai The Fed akan memangkas suku bunga secara agresif di tahun ini.



CNBC International mewartakan, ekonom Goldman Sachs memprediksi The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada Maret menjadi 1-1,25%. Dan sepanjang tahun ini suku bunga di prediksi akan dipangkas sebanyak 100 bps hingga menjadi 0,5-0,75%.

Prediksi Goldman tersebut diperkuat dengan data dari piranti FedWatch milik CME Group, dimana pelaku pasar melihat probabilitas 100% bahwa bank sentral pimpinan Jerome Powell itu akan memangkas suku bunga sebesar 50 bps bulan ini.

Kemudian di bulan Desember, ada probabilitas sebesar 38,1% suku bunga The Fed berada di 0,5-0,75%. Probabilitas tersebut menjadi yang terbesar dibandingkan dengan yang lainnya, itu artinya pelaku pasar juga sejalan dengan prediksi ekonom dari Goldman Sachs.

Jika benar terjadi, hal tersebut akan menjadi kejutan lagi di pasar finansial, mengulangi kejutan The Fed pada tahun lalu. Di awal tahun lalu, The Fed masih berencana menaikkan suku bunga, tetapi pada akhirnya memangkas suku bunga sebanyak 3 kali, masing-masing 25 bps.

Sementara di awal bulan ini, The Fed masih menegaskan akan menahan suku bunga 1,5-1,75% di tahun ini, tetapi kini diprediksi akan agresif memangkas suku bunga. Pemangkasan suku bunga ataupun pelonggaran moneter lainnya cenderung membawa Wall Street menguat, dan mengirim hawa positif ke bursa saham lainnya. 



TIM RISET CNBC INDONESIA 
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular