Fed Diramal Pangkas Bunga 100 bps, Rupiah Bisa Juara Dunia?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 March 2020 16:06
The Fed Diramal Pangkas Suku Bunga 100 Bps
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/CNBC Indonesia)
Wabah virus corona yang berasal dari China berisiko memicu pelambatan ekonomi global. Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE, hingga saat ini virus corona sudah menjangkiti lebih dari 90.000 orang, dan menewaskan 3.117 orang di berbagai negara, utamanya China. 

Lembaga riset global, Moody's Analytics, memprediksi virus corona corona dapat menekan pertumbuhan ekonomi China pada 2020 menjadi tinggal 5,4% dari angka pertumbuhan tahun lalu 6%.

"Di dalam skenario dasar kami, kemungkinan besar penyebaran wabah akan tetap tertahan di China dan masih akan terjadi pada musim semi. Ekonomi China akan berkontraksi pada kuartal pertama tahun ini, dan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan terpangkas menjadi 5,4%," ujar Mark Zandi, Chief Economist Moody's Analytics dalam risetnya, Rabu (26/2/20).

Selain berdampak pada ekonomi China, ekonomi AS juga akan diprediksi akan melambat 0,6 ppt (persentase poin) dan hanya dapat tumbuh 1,3% pada kuartal I-2020. Tahun ini, ekonomi AS diprediksi melambat 0,2 ppt dari menjadi 1,7%.

Dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi di China dan AS itu, maka dampaknya diprediksi dapat membuat pertumbuhan ekonomi dunia melambat 0,4 ppt menjadi 2,4% tahun ini dari prediksi awal 2,8%. 

Akibat risiko pelambatan ekonomi tersebut bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diprediksi akan memangkas suku bunga secara agresif di tahun ini. Jumat lalu pimpinan The Fed, Jerome Powell, mengatakan akan "bertindak sesuai kebutuhan" untuk membantu perekonomian. 

Usai pernyataan tersebut, pasar langsung menilai The Fed akan memangkas suku bunga secara agresif di tahun ini. 



CNBC International mewartakan, ekonom Goldman Sachs memprediksi The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada Maret menjadi 1-1,25%. Dan sepanjang tahun ini suku bunga di prediksi akan dipangkas sebanyak 100 bps hingga menjadi 0,5-0,75%. 

Prediksi Goldman tersebut diperkuat dengan data dari piranti FedWatch milik CME Group, dimana pelaku pasar melihat probabilitas 100% bahwa bank sentral pimpinan Jerome Powell itu akan memangkas suku bunga sebesar 50 bps bulan ini. Kemudian di bulan Desember, ada probabilitas sebesar 38,1% suku bunga The Fed berada di 0,5-0,75%. Probabilitas tersebut menjadi yang terbesar dibandingkan dengan yang lainnya, itu artinya pelaku pasar juga sejalan dengan prediksi ekonom dari Goldman Sachs. 

Kali terakhir The Fed memangkas suku bunga secara agresif pada tahun 2008 saat terjadi krisis finansial global. Di Desember 2008, The Fed memangkas suku bunga 75 bps ke 0-0,25%. Suku bunga tersebut ditahan hingga akhir tahun 2015. 


Jika benar The Fed benar memangkas suku bunga 50 bps di bulan ini, itu artinya perekonomian AS memang berisiko terpukul cukup telak, sehingga harus dilakukan pemangkasan secara agresif guna memacu roda perekonomian agar berputar lebih kencang. 

Pemangkasan suku bunga secara agresif akan menjadi kejutan lagi di pasar finansial, mengulangi kejutan The Fed pada tahun lalu. Di awal tahun lalu, The Fed masih berencana menaikkan suku bunga, tetapi pada akhirnya memangkas suku bunga sebanyak 3 kali, masing-masing 25 bps. 

Sementara di awal bulan ini, The Fed masih menegaskan akan menahan suku bunga 1,5-1,75% di tahun ini, tetapi kini diprediksi akan agresif memangkas suku bunga. Selisih imbal hasil (yield) antara obligasi AS (Treasury) dengan obligasi RI (SBN) tentunya akan kembali melebar dan menarik investasi masuk ke dalam negeri. Rupiah bisa kembali perkasa, tetapi tentunya wabah virus corona baik di global maupun di Indonesia tidak semakin mengganas. 

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular