
Internasional
Corona, Bank Sentral Dunia Ramai-ramai Luncurkan Stimulus
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
03 March 2020 12:50

Jakarta, CNBC Indonesia - VirusĀ corona terus menjadi ancaman yang menakutkan bagi banyak pihak. Sejak ditemukan pertama kali di Wuhan, China pada Desember lalu, per hari ini Selasa (3/3/2020), wabah ini telah menyebar ke 74 negara.
Di mana korban terinfeksi telah mencapai 90 ribu lebih orang. Dengan jumlah kematian sebanyak 3.117 dan korban sembuh 47.995.
Dampak yang tidak main-main ini tidak hanya membuat berbagai lembaga kesehatan dunia kewalahan, namun juga membuat berbagai lembaga ekonomi dunia ikut pusing. Sebab, corona atau COVID-19, telah menimbulkan dampak ekonomi yang signifikan.
Akibat ini, bank-bank sentral berbagai negara sibuk meluncurkan langkah-langkah untuk menopang ekonomi. Beberapa bank top dunia yang telah mengumumkan rencana untuk meluncurkan stimulus demi membatasi dampak yang dibawa coronavirus pada ekonomi mereka, di antaranya Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan (BOJ).
Sebagaimana dilaporkan Reuters, hari ini Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda mengumumkan rencana untuk meluncurkan tindakan yang diperlukan untuk menstabilkan pasar yang tersentak akibat wabah corona. Setelahnya, Presiden ECB Christine Lagarde juga mengumumkan hal serupa.
"Kami siap untuk mengambil tindakan yang tepat dan bertarget, sebagaimana diperlukan dan sepadan dengan risiko yang mendasarinya," kata Lagarde dalam sebuah pernyataan. "Wabah corona adalah situasi yang berkembang cepat, yang menciptakan risiko bagi prospek ekonomi dan berfungsinya pasar keuangan," katanya.
Selain kedua lembaga itu, sebelumnya pada Jumat, Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell juga menjanjikan stimulus untuk menopang ekonomi AS yang telah terdampak corona. Bukan hanya itu Powell, Kuroda dan Lagarde akan bergabung dengan menteri keuangan dan gubernur bank sentral lainnya dari tujuh ekonomi terbesar dunia (G7), untuk mengadakan konferensi pada Selasa ini.
Dalam kesempatan itu mereka dikabarkan akan membahas krisis corona yang terus meluas ini. Namun belum jelas tindakan apa yang akan mereka ambil dan seberapa cepat keputusannya.
Perlu diketahui, dari ketiga bank sentral tersebut, The Fed adalah satu-satunya yang masih menetapkan suku bunga kebijakan di atas nol. Fed juga satu-satunya bank sentral yang neracanya memiliki lebih dari US$ 14 triliun aset.
Meski demikian, para ekonom dan investor menganggap hal ini sebagai sinyal kuat bahwa tindakan kebijakan yang terkoordinasi akan dilakukan sesegera mungkin.
"Berita tentang menteri keuangan G-7 besok dan panggilan bank sentral untuk membahas tanggapan terkoordinasi, jelas meningkatkan potensi bahwa Fed dapat mengambil tindakan minggu ini," kata kepala ekonom JPMorgan Michael Feroli dalam sebuah catatan.
"Kami percaya perubahan (mengurangi suku bunga) 25 basis poin akan berisiko mengecewakan pasar dan dengan demikian memperketat kondisi keuangan."
"Bisa dibilang FOMC (Komite Pasar Terbuka Federal) harus mengubah (memangkas suku bunga) lebih dari 50 basis poin sesuai yang diharapkan oleh kami dan pasar."
Keyakinan serupa juga diutarakan ekonom Goldman Sachs Jan Hatzius dan Daan Struyven. Mereka mengatakan, The Fed mungkin tidak menunggu (untuk mengubah suku bunganya) sampai pertemuan komite yang dijadwalkan diadakan pada bulan Maret.
"Pernyataan Ketua Powell pada hari Jumat menyarankan kepada kami bahwa para bankir global sangat berfokus pada risiko penurunan dari virus," kata Hatzius dan Struyven dalam sebuah catatan.
(sef/sef) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Di mana korban terinfeksi telah mencapai 90 ribu lebih orang. Dengan jumlah kematian sebanyak 3.117 dan korban sembuh 47.995.
Akibat ini, bank-bank sentral berbagai negara sibuk meluncurkan langkah-langkah untuk menopang ekonomi. Beberapa bank top dunia yang telah mengumumkan rencana untuk meluncurkan stimulus demi membatasi dampak yang dibawa coronavirus pada ekonomi mereka, di antaranya Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan (BOJ).
Sebagaimana dilaporkan Reuters, hari ini Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda mengumumkan rencana untuk meluncurkan tindakan yang diperlukan untuk menstabilkan pasar yang tersentak akibat wabah corona. Setelahnya, Presiden ECB Christine Lagarde juga mengumumkan hal serupa.
"Kami siap untuk mengambil tindakan yang tepat dan bertarget, sebagaimana diperlukan dan sepadan dengan risiko yang mendasarinya," kata Lagarde dalam sebuah pernyataan. "Wabah corona adalah situasi yang berkembang cepat, yang menciptakan risiko bagi prospek ekonomi dan berfungsinya pasar keuangan," katanya.
Selain kedua lembaga itu, sebelumnya pada Jumat, Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell juga menjanjikan stimulus untuk menopang ekonomi AS yang telah terdampak corona. Bukan hanya itu Powell, Kuroda dan Lagarde akan bergabung dengan menteri keuangan dan gubernur bank sentral lainnya dari tujuh ekonomi terbesar dunia (G7), untuk mengadakan konferensi pada Selasa ini.
Dalam kesempatan itu mereka dikabarkan akan membahas krisis corona yang terus meluas ini. Namun belum jelas tindakan apa yang akan mereka ambil dan seberapa cepat keputusannya.
Perlu diketahui, dari ketiga bank sentral tersebut, The Fed adalah satu-satunya yang masih menetapkan suku bunga kebijakan di atas nol. Fed juga satu-satunya bank sentral yang neracanya memiliki lebih dari US$ 14 triliun aset.
Meski demikian, para ekonom dan investor menganggap hal ini sebagai sinyal kuat bahwa tindakan kebijakan yang terkoordinasi akan dilakukan sesegera mungkin.
"Berita tentang menteri keuangan G-7 besok dan panggilan bank sentral untuk membahas tanggapan terkoordinasi, jelas meningkatkan potensi bahwa Fed dapat mengambil tindakan minggu ini," kata kepala ekonom JPMorgan Michael Feroli dalam sebuah catatan.
"Kami percaya perubahan (mengurangi suku bunga) 25 basis poin akan berisiko mengecewakan pasar dan dengan demikian memperketat kondisi keuangan."
"Bisa dibilang FOMC (Komite Pasar Terbuka Federal) harus mengubah (memangkas suku bunga) lebih dari 50 basis poin sesuai yang diharapkan oleh kami dan pasar."
Keyakinan serupa juga diutarakan ekonom Goldman Sachs Jan Hatzius dan Daan Struyven. Mereka mengatakan, The Fed mungkin tidak menunggu (untuk mengubah suku bunganya) sampai pertemuan komite yang dijadwalkan diadakan pada bulan Maret.
"Pernyataan Ketua Powell pada hari Jumat menyarankan kepada kami bahwa para bankir global sangat berfokus pada risiko penurunan dari virus," kata Hatzius dan Struyven dalam sebuah catatan.
(sef/sef) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular