Bank Sentralnya Pangkas Bunga, Dolar Australia Malah Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 March 2020 12:18
Pemangkasan tersebut bertujuan memberikan stimulus ke perekonomian guna meminimalisir dampak virus corona.
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)
Jakarta. CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia berbalik menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (3/3/2020) setelah bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) memangkas suku bunga.

Pada pukul 12:00 WIB, dolar Australia menguat 0,15% melawan dolar AS ke US$ 0,6549 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara melawan rupiah, Mata Uang Kanguru menguat tipis 0,08% ke Rp 9.332,33/AU$, tetapi sebelumnya di awal perdagangan hari ini sempat melemah 0,92%.

RBA pada hari ini mengumumkan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 0,5% yang merupakan rekor terendah sepanjang sejarah. Pemangkasan tersebut bertujuan memberikan stimulus ke perekonomian guna meminimalisir dampak virus corona.

Gubernur RBA, Philip Lowe, mengatakan wabah virus corona memperburuk outlook perekonomian global dan Australia dalam jangka pendek.

"Wabah virus corona memberikan dampak signifikan ke perekonomian Australia saat ini, khususnya sektor edukasi dan agen perjalanan. Kata Lowe sebagaimana dilansir Sydney Morning Herald.

Akibat wabah tersebut, pertumbuhan ekonomi Australia juga akan terpukul di kuartal I-2020.



"Ketidakpastian yang ditimbulkan wabah virus corona akan berdampak pada belanja domestik. Sehingga pertumbuhan ekonomi di kuartal I akan kemungkinan akan di bawah prakiraan sebelumnya" tambah Lowe.

Lowe juga mengatakan masih belum diketahui seberapa besar dan seberapa lama wabah virus corona akan memberikan dampak negatif. Tetapi Lowe yakin ketika wabah tersebut berakhir, ekonomi akan segera bangkit.

RBA juga membuka ruang untuk kembali memangkas suku bunga jika diperlukan untuk membantu perekonomian.

Menariknya, pemangkasan suku bunga yang dilakukan RBA biasanya menekan kurs dolar Australia. Tetapi kali ini justru menguat. Pelaku pasar sepertinya mengharapkan suku bunga di pangkas agar ekonomi Australia terpacu lebih cepat.

Selain itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) juga diprediksi akan memangkas suku bunga lebih agresif, sehingga dolar AS mengalami tekanan.



CNBC International mewartakan, ekonom Goldman Sachs memprediksi The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada Maret menjadi 1-1,25%. Dan sepanjang tahun ini suku bunga di prediksi akan dipangkas sebanyak 100 bps hingga menjadi 0,5-0,75%.

Prediksi Goldman tersebut diperkuat dengan data dari piranti FedWatch milik CME Group, dimana pelaku pasar melihat probabilitas 100% bahwa bank sentral pimpinan Jerome Powell itu akan memangkas suku bunga sebesar 50 bps bulan ini.

Kemudian di bulan Desember, ada probabilitas sebesar 38,1% suku bunga The Fed berada di 0,5-0,75%. Probabilitas tersebut menjadi yang terbesar dibandingkan dengan yang lainnya, itu artinya pelaku pasar juga sejalan dengan prediksi ekonom dari Goldman Sachs.

Jika benar terjadi, hal tersebut akan menjadi kejutan lagi di pasar finansial, mengulangi kejutan The Fed pada tahun lalu. Di awal tahun lalu, The Fed masih berencana menaikkan suku bunga, tetapi pada akhirnya memangkas suku bunga sebanyak 3 kali, masing-masing 25 bps.

Sementara di awal bulan ini, The Fed masih menegaskan akan menahan suku bunga 1,5-1,75% di tahun ini, tetapi kini diprediksi akan agresif memangkas suku bunga. Dampaknya, dolar AS kembali tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular