Corona Bikin Rupiah Akhirnya Tumbang di Hadapan Dolar

Market - Tirta Citradi, CNBC Indonesia
29 February 2020 12:15
Rupiah sempat berjaya kini tumbang Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya tumbang kala ancaman wabah corona yang berpotensi jadi pandemi kian nyata. Terjadi outflow yang di pasar keuangan tanah air dan rupiah anjlok signifikan sepekan terakhir.

Dalam sepekan terakhir untuk pertama kalinya di tahun ini nilai tukar rupiah terdepresiasi dalam keluar ke level di atas Rp 14.000/US$. Kemarin mata uang garuda ditutup melemah signifikan 2,21% di hadapan dolar AS dan mencatatkan depresiasi sebesar 4,2% dalam seminggu terakhir (wow).



Dengan begitu rupiah mencatatkan depresiasi sebesar 3,3% sejak awal tahun. Sejak Januari rupiah terus memukul mundur dolar AS dan berada di level tertingginya pada 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$.





Bahkan nilai tukar rupiah masih cenderung stabil bergerak di rentang Rp 13.600/US$ - Rp 13.740 hingga pertengahan Februari. Artinya mata uang tanah air masih mencatatkan penguatan jika dibandingkan dengan awal tahun.

Rupiah juga sempat menyandang status sebagai jawara dunia pada Februari mengungguli mata uang Mesir yakni Pound Mesir. Namun kejayaan rupiah harus goyah akibat wabah virus corona yang kian ganas.

Dulu jumlah kasus baru infeksi virus corona paling banyak dilaporkan di China. Namun pada minggu terakhir Februari terjadi lonjakan jumlah kasus baru di luar China secara signifikan. Hal ini memicu kepanikan dan membuat bursa saham global ambruk.

Tekanan jual di bursa saham global tak terelakkan. Sebagai gambaran, pada awal perdagangan pekan ini saja nilai sell of di bursa Wall Street mencapai US$ 1,737 triliun. Angka yang fantastis memang. Dengan demikian Wall Street yang sebelumnya bullish dan all time high seketika terbenam di zona merah dalam perdagangan sepekan terakhir.

Tekanan jual di Wall Street juga memantik aksi jual di bursa saham global lainnya termasuk kawasan Asia. Di Indonesia sendiri IHSG sudah terkoreksi sebesar 13,44% sejak awal tahun. Kemarin IHSG sempat tertekan hingga lebih dari 4% pada perdagangan intraday walau ditutup membaik dengan koreksi 1,5%.

Dalam sepekan terakhir koreksi juga terjadi pada pasar surat utang pemerintah Indonesia untuk tenor 10 tahun. Pada Jumat pekan lalu (21/2/2020) imbal hasil obligasi pemerintah RI bertenor 10 tahun ini berada di 6,542%.

Sementara itu, kemarin (28/2/2020) imbal hasilnya naik menjadi 6,887%. Artinya ada koreksi pada harga mengingat hubungan antara imbal hasil dan harga berbanding terbalik untuk surat utang.

Kemarin di kantornya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan per 27 Februari 2020 ada total net outflow dana asing sebesar Rp 30,8 triliun. Perry merinci aliran dana asing yang keluar terdiri atas Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 26,2 triliun dan saham sebesar Rp 4,1 triliun.

Terjadinya outflow turut menekan kinerja mata uang garuda yang sempat berjaya. Namun apa boleh buat virus corona memang tengah tebar ancaman yang buat investor panik dan buru-buru menyelamatkan diri dengan membeli aset-aset safe haven.

Salah satu aset safe haven yang diburu adalah surat utang pemerintah AS yang bertenor 10 tahun. Aktivitas perburuan ini memicu terjadinya kenaikan harga obligasi tersebut yang tercermin dari penurunan imbal hasil. Saat ini imbal hasil 10 Year US Treasury Bond berada di level terendahnya sepanjang masa.



Kala aset berupa surat utang pemerintah AS diburu, artinya investor sedang ketar-ketir akan prospek perekonomian global yang suram akibat wabah virus corona.



TIM RISET CNBC INDONESIA
Artikel Selanjutnya

COVID-19 Bikin Rupiah & IHSG Keok, BI & Pemerintah Harus Apa?


(twg)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading