
Aksi 'Obral' Saham Berlanjut, Harga Emas Malah Merosot

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia menurun pada perdagangan Jumat (28/2/2020), padahal para pelaku pasar sedang melakukan aksi "obral" saham yang membuat bursa-bursa utama dunia bergelimpangan. Pada pukul 19:40 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1,621,9/troy ons, melemah 1,2% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Emas merupakan aset aman (safe haven) yang menjadi investasi alternatif saat terjadi gejolak di pasar finansial. Ketika bursa saham mengalami aksi jual, harga emas biasanya akan menguat. Namun hal tersebut tidak terjadi pada hari ini, karena harga logam mulia ini justru melemah.
Di awal pekan ini, harga emas dunia sempat melesat ke US$ 1.688/troy ons. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 23 Januari 2013.
Setelah mencapai level tersebut, emas cenderung loyo meski bursa saham global terus mengalami aksi jual. Dari Benua Kuning, bursa utama Asia merah membara. Indeks Nikkei Jepang, Shanghai Composite China, Kospi Korea Selatan, dan Strait Times Singapura merosot lebih dari 3%, sementara Hang Seng Hong Kong lebih dari 2%.
Pelemahan bursa Asia juga merembet ke Eropa. Indeks DAX Jerman jeblok 3,3% disusul FTSE Inggris 2,9%. Indeks CAC Prancis dan FTSE MIB Italia juga merosot lebih dari 2%.
Aksi jual yang terus melanda pasar Asia dan Eropa sebenarnya terpicu oleh anjloknya bursa saham AS (Wall Street) pada perdagangan Kamis kemarin, yang membuat sentimen pelaku pasar semakin memburuk.
Indeks Dow Jones amblas 4,4%, sekaligus membukukan kinerja harian terburuk sejak Februari 2018. Sementara indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah 4,4% dan 4,6%, keduanya membukukan kinerja harian terburuk sejak Agustus 2011.
Sementara untuk hari ini ketika indeks tersebut berisiko kembali mengalami aksi jual, melihat pergerakan indeks futures (berjangka) yang sudah berada di zona merah.
Laporan kasus virus corona terbaru di AS memicu kecemasan akan penyebaran yang lebih luas di Negeri Sam, membuat pelaku pasar keluar dari aset-aset berisiko dan memilih masuk ke aset aman.
Namun pelaku pasar lebih memilih masuk ke obligasi (Treasury) AS ketimbang emas. Hal tersebut tercermin dari yield Treasury tenor 10 tahun yang berada di level terendah sepanjang masa. Untuk diketahui, pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Ketika harga naik karena permintaan tinggi, maka yield akan turun.
Sementara itu, emas justru diterpa aksi ambil untung (profit taking) yang membuat harganya melemah pada hari ini. Meski demikian, penurunan akibat aksi profit taking tersebut akan membuka ruang bagi emas untuk kembali menguat apalagi wabah virus corona dikhawatirkan akan menyebar di AS.
Kasus virus corona terbaru yang dilaporkan Pusat Pencegahan dan Pengendali Penyakit (Center of Disease and Prevention/CDC) berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya, di mana para pasien positif corona dapat diketahui penyebabnya, seperti punya riwayat berpergian ke China, atau pernah melakukan kontak dengan pasien yang positif corona.
CDC pada hari Rabu mengkonfirmasi adanya pasien positif virus corona di California, tetapi belum diketahui bagaimana bisa terjangkit. Pasien tersebut dilaporkan tak pernah berpergian atau berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki risiko membawa virus corona.
Akibatnya, CDC memperingatkan kemungkinan terjadinya "penyebaran di masyarakat", yang memicu kecemasan di pasar.
"Di dalam skenario dasar kami, kemungkinan besar penyebaran wabah akan tetap tertahan di China dan masih akan terjadi pada musim semi. Ekonomi China akan berkontraksi pada kuartal pertama tahun ini, dan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan terpangkas menjadi 5,4%," ujar Mark Zandi, Chief Economist Moody's Analytics dalam risetnya, Rabu (26/2/20).
Selain berdampak pada ekonomi China, ekonomi AS juga akan diprediksi akan melambat 0,6 ppt (persentase poin) dan hanya dapat tumbuh 1,3% pada kuartal I-2020.
Tahun ini, ekonomi AS diprediksi melambat 0,2 ppt dari prediksi awal 2% atau artinya hanya tumbuh 1,7%. Dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi di China dan AS itu, maka dampaknya diprediksi dapat membuat pertumbuhan ekonomi dunia melambat 0,4 ppt menjadi 2,4% tahun ini dari prediksi awal 2,8%.
Jika wabah virus corona berlangsung lebih lama dari prediksi, pertumbuhan ekonomi global bisa semakin tertekan, dan harga emas berpeluang kembali melesat di tahun ini.
TIM RISET CNBC IDONESIA
(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
