Dolar Singapura Lompat ke Atas Rp 10.200/SG$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 February 2020 15:28
Dengan pergerakan hari ini, dolar singapura sudah menguat 4% sepanjang pekan ini.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura terus meroket naik pada perdagangan Jumat (28/2/2020) hingga ke atas Rp 10.200/SG$.

Pada pukul 15:00 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.234,76, dolar Singapura melesat 1,79% di pasar spot melansir data Refinitiv. Dengan pergerakan hari ini, dolar Singapura sudah menguat 4% sepanjang pekan ini.

Level Rp 10.234,76/SG$ merupakan yang terkuat bagi dolar Singapura sejak 10 Januari lalu. Padahal pada pekan lalu mata uang Negeri Merlion ini menyentuh level terlemah sejak Juli 2017 di Rp 9.738,78/SG$.

Buruknya performa rupiah di pekan ini akibat kecemasan pelaku pasar akan penyebaran wabah virus corona di luar China, sehingga memicu aksi jual di pasar keuangan dalam negeri.



Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di kantornya hari ini menjelaskan di bulan ini hingga 27 Februari kemarin terjadi outflow Rp 26,2 triliun di pasar obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN), dan Rp 4,1 triliun. Sementara sepanjang bulan Januari masih terjadi inflow sehingga secara year-to-date terjadi outflow Rp 11 triliun di SBN dan 1,6 triliun di saham.

Angka tersebut belum termasuk outflow yang terjadi pada hari ini. Hingga pukul 15:00 WIB, yield SBN tenor 10 tahun naik 16,2 basis poin (bps) menjadi 6,878%. Untuk diketahui pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga SUN, kala yield naik itu artinya harga sedang turun. Sehingga kenaikan yield mengindikasikan aksi jual di pasar obligasi.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 3,23%, bahkan sebelumnya sempat lebih dari 4%. 

Aksi jual yang terus melanda pasar keuangan dalam negeri hari ini, terpicu oleh anjloknya bursa saham AS (Wall Street) pada perdagangan Kamis kemarin, yang membuat sentimen pelaku pasar semakin memburuk.



Indeks Dow Jones amblas 4,4%, sekaligus membukukan kinerja harian terburuk sejak Februari 2018. Sementara indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah 4,4% dan 4,6%, keduanya membukukan kinerja harian terburuk sejak Agustus 2011.

Kecemasan akan penyebaran wabah virus corona di AS membuat pelaku pasar keluar dari aset-aset berisiko dan memilih masuk ke aset aman seperti obligasi AS (Treasury). Hal tersebut bisa dilihat dari yield Treasury AS tenor 10 tahun yang berada di dekat rekor terendah sepanjang sejarah.  

Pusat Pencegahan dan Pengendali Penyakit (Center of Disease and Prevention/CDC) mengkonfirmasi adanya pasien positif virus corona di California Utara, tetapi belum diketahui bagaimana bisa terjangkit. Pasien tersebut dilaporkan tidak pernah berpergian atau berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki risiko membawa virus corona. Akibatnya, CDC memperingatkan kemungkinan terjadinya "penyebaran di masyarakat", yang memicu kecemasan di pasar.

Yang paling ditakutkan oleh pelaku pasar adalah "produk turunan" dari virus corona yakni pelambatan ekonomi global. China yang merupakan asal virus corona hampir dipastikan akan mengalami pelambatan ekonomi, begitu juga negara-negara lainnya yang sudah terjangkit seperti Jepang, Korea Selatan, hingga Singapura.

Meski demikian nilai tukar dolar Singapura terus menguat belakangan ini, sebabnya, Indonesia juga tidak lepas dari ancaman pelambatan ekonomi. Kurs rupiah sempat berjaya di bulan Januari, dan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia. Salah satu alasannya adalah perekonomian global tahun ini yang diprediksi akan lebih baik dari tahun 2019.

Para investor masuk ke aset-aset yang memberikan imbal hasil tinggi seperti obligasi di Indonesia, begitu juga dengan saham. Dampaknya aliran modal deras masuk ke dalam negeri. Kini kondisinya berbanding terbalik, pelaku pasar keluar dari aset-aset berisiko atau berimbal hasil tinggi dan memilih bermain aman, rupiah pun terus tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular