
IHSG Ambruk, Syailendra Capital: Ini Panic Mode Sementara!

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Direktur PT Syailendra Capital, Fajar Hidayat, mengatakan koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cukup signifikan di atas 4% dalam sehari ini mencerminkan ada kepanikan sementara dari pelaku pasar.
Namun dia menegaskan terjadinya swing di pasar modal biasa terjadi setiap tahun di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kali ini, penurunan IHSG berkaitan dengan tren di bursa saham AS, Wall Street, khususnya indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang menjadi acuan global terus melorot dalam beberapa hari terakhir.
Penurunan DJIA seiring dengan kekhawatiran meluasnya wabah virus corona secara global mengingat saat ini jumlah kasus infeksi virus corona sampai Jumat pagi (28/2) sudah mencapai 83.389 kasus di lebih dari 50 negara dan menewaskan 2.858 orang.
"[Investor pesimistis fundamental bursa?] Tidak demikian, market swing biasa, terjadi tiap tahun, ini efek reaksi investor, Dow Jones 2-3 hari turun dalam, akibat kekhawatiran virus corona," katanya, dalam dialog CNBC Indonesia, Jumat (28/2/2020).
Pagi tadi tiga indeks utama Wall Street kembali ditutup ambruk. DJIA anjlok 4,44%, S&P 500 turun 4,43% dan Nasdaq Composite melorot 4,61%.
Pada sesi I siang tadi, IHSG berhasil memangkas pelemahan tersebut dan mengakhir perdagangan di level 5.311,961, atau anjok 4,04%. Sepanjang sesi I, nilai transaksi tercatat Rp 3,21 triliun dan asing tercatat membukukan net buy Rp 61,59 miliar.
Fajar menjelaskan penurunan 4% IHSG mencerminkan kepanikan sementara investor seiring dengan sentimen negatif di global saat ini di tengah wabah corona.
"Investor panic mode, sementara. Setiap tahun ada swing, jadi memang sejak awal tahun hingga saat ini IHSG sudah terkoreksi 16%. Dalam range 9 tahun, IHSG pernah 2013 ambles 22% [dalam kurun waktu beberapa bulan], pernah 22% di 2015 dari top to bottom, dan long the way selama 10 tahun swing atau turun 11-16%."
Sebagai catatan, data BEI menunjukkan pada 3 bulan antara 20 Mei-27 Aggustus 2013 IHSG melorot hingga 23,91%.
Dia mengatakan IHSG sudah jenuh jual (oversold), tapi beberapa saham unggulan alias blue chip belum mengalami oversold.
(tas/hps) Next Article Jadi 'Korban' Corona, IHSG Ambles 6,9%, Asing Masih Kabur!