Black Friday! IHSG Drop 4% Lebih, Sudah di Bawah 5.300

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
28 February 2020 10:52
Ini membuat bursa saham domestik semakin tertekan.
Foto: Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Jumat (28/2/2020) jatuh lebih dari 4%. Ini membuat bursa saham domestik semakin tertekan.

Hingga pukul 10.45 WIB, IHSG tercatat turun 4,32% ke level 5.296,35. Pada pembukaan perdagangan Jumat (28/2/2020) IHSG dibuka melemah 1,79% ke level 5.436.

Kamis kemarin IHSG juga babak belur dan ditutup terkoreksi 2,69% dengan asing keluar dari bursa saham Tanah Air sebesar Rp 1,05 triliun.

Indeks bursa saham Tanah Air terus menunjukkan tren bearish sejak awal tahun dengan mencatatkan pelemahan sebesar 12% hingga penutupan perdagangan kemarin. Asing telah mencatatkan aksi jual bersih sebesar Rp 4,7 triliun sejak awal tahun.


Pagi tadi tiga indeks utama Wall Street kembali ditutup ambruk. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 4,44%, S&P 500 turun 4,43% dan Nasdaq Composite melorot 4,61%.

Siang ini bursa saham utama kawasan Asia juga bergerak di zona merah. Indeks Nikkkei225 (Jepang) jeblok 4,31%, Hang Seng (Hong Kong) ambrol 2.67%, Shanghai Composite (China) jatuh dan Straits Times (Singapura) melemah 2,58%.

Pasar saham global diwarnai dengan kecemasan, apalagi setelah awal pekan ini dilaporkan bahwa lonjakan kasus baru yang signifikan terjadi di luar China. Negara yang melaporkan terjadi kenaikan jumlah kasus infeksi virus corona adalah Korea Selatan, Italia dan Iran.

Berdasarkan data teranyar yang dirilis Johns Hopkins University CSSE jumlah kasus yang dilaporkan di Korea Selatan sudah mencapai 1.766 dengan total kematian yang dilaporkan mencapai 13 orang.


Di Italia ada 655 kasus infeksi patogen berbahaya ini dan 17 orang dilaporkan meninggal dunia. Sementara di Iran kasus yang dilaporkan mencapai 245 kasus dengan kematian terbanyak di luar China mencapai 26 orang.

Pelaku pasar mengkhawatirkan wabah ini akan jadi pandemi yang memukul perekonomian global. Walau sampai saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum menetapkan status pandemi pada kasus ini, tetapi organisasi tersebut telah mewanti-wanti akan potensi pandemi terjadi.

"Tidak ada negara yang boleh merasa aman, itu fatal sekali. Virus ini punya potensi menjadi pandemi," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Gebreyesus, seperti yang diwartakan Reuters.

"Dalam beberapa pekan terakhir, pasar akhirnya menyadari bahwa penyebaran virus bisa seburuk ini. Sekarang investor sedang melakukan kalkulasi ulang dampak virus corona terhadap perekonomian," kata Philip Marey, Senior US Strategist di Rabobank, seperti diberitakan Reuters.

Indonesia memang sampai saat ini belum melaporkan adanya satu kasus pun. Namun bukan berarti Indonesia kebal terhadap dampak yang ditimbulkan oleh virus ganas ini terhadap perekonomian.

China yang merupakan episentrum penyebaran virus adalah negara yang paling merasakan dampak ekonomi dari wabah ini. Banyak ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi China akan terpangkas lebih dari 1 poin persentase (pp) jika virus ini tak segera dapat dikontrol.

China merupakan mitra dagang strategis Indonesia. Tak hanya itu perekonomian Indonesia juga sangat terhubung dengan China. Dalam acara CNBC Indonesia Outlook Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan jika pertumbuhan ekonomi China terpangkas 1 pp maka ekonomi dalam negeri akan terdampak sebesar 0,3-0,6 pp.

Untuk itu pemerintah mengeluarkan stimulus fiskal berupa diskon tiket pesawat terbang dan insentif pajak untuk hotel dan restoran di sejumlah daerah yang pariwisatanya terdampak virus corona, menggenjot kartu pra kerja dan kartu sembako cepat selesai, serta meningkatkan kuota untuk subsidi rumah dengan anggaran mencapai Rp 1,5 triliun.

[Gambas:Video CNBC]




(hps/tas) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular