Corona Lebih Parah dari Perang Dagang, Rupiah Lemah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 February 2020 08:12
Virus Corona > Perang Dagang AS-China
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ini semua karena penyebaran virus corona yang semakin luas. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:43 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 83.078. Korban jiwa juga semakin bertambah menjadi 2.855.

Kini yang menjadi ketakutan adalah penyebaran di luar China yang semakin masif. Beberapa negara telah melaporkan kasus corona perdana mereka, seperti San Marino, Belanda, dan Georgia.

Sementara di negara-negara lain, jumlah kasus kian membengkak. Di Korea Selatan sudah mencapai 1.766, Italia 655, Iran 245, dan Jepang 214.


"Kita tidak perlu menunggu rilis data untuk dapat melihat akan separah apa dampaknya terhadap perekonomian. Penjualan tiket pesawat dan pemesanan kamar hotel turun sampai separuhnya. Sepertinya memang layak untuk mengatakan bahwa virus corona lebih parah ketimbang perang dagang AS-China," tegas Tomoaki Shishido, Senior Economist di Nomura Securities, seperti dikutip dari Reuters.

Perang dagang membuat harga barang lebih mahal karena dikenakan bea masuk, tetapi barangnya masih ada. Corona bisa membuat parang menjadi hilang, atau minimal langka di pasaran.

Gara-gara virus corona, aktivitas masyarakat menjadi terbatas. Karyawan tidak bekerja, mahasiswa tidak kuliah, siswa tidak sekolah, pelancong tidak bepergian. Pabrik-pabrik minim berproduksi, aktivitas ekspor-impor lesu, pariwisata kurang peminat.

Paling parah tentu terjadi di China, episentrum penyebaran virus corona. "Kami memperkirakan baru dua pertiga pekerja yang kembali bekerja dan hanya 40% perusahaan yang sudah memulai kembali aktivitasnya selepas libur Imlek," sebut riset Nomura.

Artinya, proses produksi di China bakal terganggu karena karyawan tidak berani keluar rumah akibat virus corona yang bergentayangan. Padahal saat ini peran China begitu penting dalam rantai pasok global.

Ma Tieying, Ekonom DBS, menyoroti bahwa China menyumbang 30-40% dari total ekspor produk tekstil dan alas kaki global. Selain itu, sekitar 20% ekspor mesin dan peralatan listrik dunia berasal dari Negeri Tirai Bambu.

Jadi jangan heran kalau investor cemas bukan main akibat penyebaran virus corona. Kecemasan itu diwujudkan dengan melepas aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular