Aksi Jual di Pasar RI, Kurs Dolar Singapura Naik ke Rp 10.000

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 February 2020 11:45
Aksi jual di pasar dalam negeri sudah berlangsung sejak awal pekan ini akibat melonjaknya penyebaran wabah virus corona di luar China.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura kembali menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (27/2/2020), melanjutkan penguatan 4 hari sebelumnya.

Dolar Singapura pagi ini menguat 0,39% ke Rp 10.001,43 di pasar spot, melansir data Refnitiv.

Aksi jual yang melanda pasar keuangan dalam negeri membuat rupiah keok. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 2% sementara dari pasar obligasi, yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik 8,1 basis poin (bps) menjadi 6,663%.

Untuk diketahui pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga SUN, kala yield naik itu artinya harga sedang turun. Sehingga kenaikan yield mengindikasikan aksi jual di pasar obligasi.


Aksi jual di pasar dalam negeri sudah berlangsung sejak awal pekan ini akibat melonjaknya penyebaran wabah virus corona di luar China. IHSG sudah anjlok lebih dari 5% sementara yield SUN tenor 10 tahun naik 12,1 bps, dampaknya rupiah terus tertekan. Sepanjang pekan ini, rupiah sudah melemah 1,68% melawan dolar Singapura.



Lonjakan kasus virus corona atau Covid-19 terjadi di Korea Selatan, Italia dan Iran. Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis dari John Hopkins CSSE, jumlah kasus Covid-19 di Korsel kini mencapai 1.595 orang, dengan 12 orang meninggal dunia. Korsel kini menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak kedua setelah China yang menjadi pusat wabah tersebut.

Korban meninggal di Italia juga sebanyak 12 orang, dengan 453 orang yang terjangkit, sementara Iran melaporkan 19 orang meninggal dan menjangkiti 139 orang.



Di China yang merupakan pusat wabah corona, jumlah korban meninggal lebih dari sebanyak 2.700 orang, dan telah menjangkiti lebih dari 78.000 orang. Sementara Secara global virus corona telah menewaskan 2.799 orang, dan menjangkiti lebih dari 82.000 orang.

Sejauh ini belum ada kasus virus corona di Indonesia, tetapi kabar buruknya negara-negara mitra dagang utama RI, yakni China, Jepang, Singapura, dan Korsel yang terkena wabah tersebut diprediksi mengalami pelambatan ekonomi.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam acara Economic Outlook 2020 CNBC Indonesia Rabu kemarin menyatakan jika perekonomian China melambat 1%, maka pertumbuhan ekonomi RI bisa terpangkas 0,3-0,6%.

Itu baru China saja, negara-negara mitra dagang utama RI juga diprediksi mengalami pelambatan bahkan terancam mengalami resesi. Ekonomi RI tentunya semakin tertekan, akibatnya rupiah terus mengalami pelemahan.

Kabar terbaru yang membuat aksi jual makin "menggila" pada hari ini adalah kasus corona di AS yang belum diketahui penyebab sampai bisa terjangkit. Indeks Dow Jones futures langsung anjlok 300 poin, yang mengirim aura negatif ke pasar Asia, aksi jual di Indonesia makin menjadi-jadi, dan rupiah semakin tertekan.



Pusat Pencegahan dan Pengendali Penyakit (Center of Disease and Prevention/CDC) mengkonformasi adanya pasien positif virus corona tetapi belum diketahui bagaimana bisa terjangkit. CDC memperingatkan kemungkinan terjadinya "penyebaran di masyarakat" melihat kasus terbaru tersebut, yang memicu kecemasan di pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]



(pap/pap) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular